Kebhinnekaan masyarakat Indonesia terlihat dari beragamnya komunitas masyarakat Indonesia yang terbentuk di Victoria. Konon nyaris 50 komunitas Indonesia ada dan eksis di negara bagian Victoria saja. Karena itu pulalah Forum Komunikasi Komunitas Indonesia (FKKI) Victoria dibentuk pada bulan September 2015 lalu. Dimotori oleh beberapa ketua komunitas yang merasa komunikasi antar komunitas dan organisasi masyarakat tidak berjalan optimal.

Diski Naim, selaku sekretariat FKKI sejak 2015 membeberkan sejarah singkat dari FKKI Victoria. “Setelah dibentuk sekretariat, kami mulai mengadakan pertemuan rutin sekitar 3-4 bulan sekali untuk bertukar informasi tentang kegiatan yang akan berlangsung di waktu-waktu mendatang, terutama di antaranya yang memerlukan kolaborasi, dan meletakkannya dalam kalender bersama.”

Menjaga kekompakan dan tali silaturahmi antar komunitas pun coba digelar berkala, termasuk pada 23 Agustus 2018 lalu di gedung Lifestyle Working, Collins Street, Melbourne. Pertemuan dengan perwakilan komunitas dan organisasi masyarakat Indonesia yang tersebar di Melbourne di antaranya dihadiri oleh Perkumpulan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA), PERWIRA, Australia-Indonesia Youth Association (AIYA), Indonesia Diaspora Network Victoria dan Tasmania, organisasi kedaerahan seperti Bona Pasogit, Kabo Lawyer, serta Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI).

“Banyak hal yang didapatkan dari rapat hari ini. Kami dapat melakukan realignment dengan teman-teman antar komunitas yang sempat beberapa bulan off. Dan teman-teman setuju kalau FKKI ini tetap berjalan,” ungkap Diski Naim. Ia menambahkan, “Sebagai hasil dari rapat hari ini, kami juga kembali ingin mengaktifkan sekretariat dengan tenaga baru sehingga kegiatan dari komunitas yang ada bisa dimasukkan ke kalender yang sama.”

“Pada akhirnya, objektif dari FKKI adalah soal kolaborasi antar komunitas atau ormas sehingga bisa saling bersinergi dan kerjasama. Dengan semangat ini, diharapkan goals mereka juga bisa tercapai,” lanjutnya.

Tidak dapat dipungkiri, layaknya setiap organisasi, FKKI juga dihadapkan berbagai tantangan. Beberapa di antaranya menyangkut perbedaan objektif antara organisasi satu dengan yang lainnya, serta kesibukan dari para sekretariat dengan pekerjaan masing-masing. “Kendala lainnya juga adalah karena forum ini sifatnya sukarela, tidak dibayar, jadi seringkali kesibukan masing-masing membuat kalender FKKI tidak sempat ter-update,” buka Diski Naim.

Meski begitu semangatnya untuk menjaga partisipasi komunitas masyarakat di Melbourne tak lantas padam. Ia berharap seluruh ormas dan komunitas turut aktif menjalin silaturahmi. “Harapan saya dan sekretariat lain adalah agar partisipasi dari teman-teman komunitas lebih besar, sehingga tujuan awal kita untuk bekerjasama atau berkolaborasi itu tercapai,” ungkapnya.
Nasa