Tiga puluh tahun silam mungkin tak pernah terbayang di dalam benak seorang Ria Angelika Polo untuk menimba ilmu dan berkecimpung di dunia musik. Apalagi untuk dapat tampil dalam sebuah konser Grand Organ di Melbourne Town Hall yang notabene merupakan salah satu organ terbaik dan terbesar di belahan Bumi Selatan. Namun, pada Juni 2015, Ria Angelika Polo berhasil masuk sebagai segelintir musisi dan satu-satunya warga asal Indonesia yang dapat unjuk kebolehan di tempat tersebut.

Ria Angelika Polo
Ria Angelika Polo

Lagu-lagu yang dibawakan berasal dari seniman papan atas dunia, sebut saja karya dari Mendelssohn, Buxtehude, César Franck dan Johann Sebastian Bach. Setidaknya ada 7 lagu yang berhasil Ria mainkan kala itu. Menurut pengakuan wanita lulusan Melbourne University tersebut, bermain grand organ merupakan mimpi yang menjadi kenyataan.

Perjalanan karir Ria di bidang musik dimulai saat dirinya berusia 5 tahun, ketika itu sang bunda, Lydia Polo mulai memperkenalkan tuts piano pada jari-jari mungilnya. Dari situ, Ria kecil terus berlatih dan mengasah kemampuan yang ia miliki dengan mengikuti kursus secara intensif.

Menginjak umur delapan, Ria mulai diperkenalkan dengan instrumen lain, yakni organ, yang menurut penjelasannya memiliki teknik yang cukup berbeda dengan piano. Kemahiran dalam memainkan pedal merupakan salah satu perbedaan mendasar yang dibutuhkan saat tampil menggunakan instrumen organ.

Tak disangka, minat yang awalnya didorong oleh ibundanya – yang juga ialah seorang pemusik – lama kelamaan menjadi hobi dan semakin membuat Ria mantap untuk meneruskan perjalanan studi dan karirnya di bidang musik.

Ria dan sang bunda, Lydia Polo
Ria dan sang bunda, Lydia Polo

Pada 2002 gadis yang berulang tahun tiap 9 Agustus ini hijrah ke Melbourne untuk mengejar pendidikan musik dan mengambil jurusan Piano di University of Melbourne. Setelah mendapatkan gelar sarjana tiga tahun kemudian, Ria pun melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi hingga ia menyandang gelar Master of Music Studies (Music Performance and Teaching) di universitas yang sama pada 2006.

Sempat Ria mempertimbangkan untuk terbang pulang dan merintis karir di Tanah Air. Namun, Ria melihat dirinya pun dapat berkontribusi bagi bangsa meski berada di tanah rantauan. Akhirnya Ria memutuskan untuk membuka sebuah studio musik di Melbourne yang ia beri nama Ria Music Design Studio. Melalui usaha yang dirintis sejak 2006 itu lah Ria sekaligus memperkenalkan kecintaannya terhadap kebudayaan Indonesia pada murid-murinya yang berasal dari berbagai bangsa dengan mengenakan pakaian batik di banyak kesempatan.

Selain itu, istri dari Guruh Sukowati ini menganggap ada kesempatan yang lebih besar bagi dirinya untuk bisa mengembangkan bakatnya di Melbourne. “I find more opportunities to perform in Melbourne karena culture arts di Melboune yang sangat menghargai kualitas musik,” papar musisi yang sudah menetap selama 13 tahun di kota penyandang titel ‘ternyaman di dunia’ ini. Banyaknya organ besar yang dapat ditemukan di berbagai gedung gereja dan panggung seni di Melbourne membuat dirinya berpikir bahwa ada peluang untuk terus berkembang dan belajar serta merealisasikan mimpi untuk mengadakan konser dengan menggunakan instrumen-instrumen tersebut.

Kenyataan ini berbanding terbalik dengan di Indonesia, dimana apresiasi terhadap pipe organ belum begitu berkembang. Kendati demikian, tanpa ragu Ria tetap berusaha mempromosikan tanah kelahirannya di setiap ada kesempatan. Misalnya saja pada acara Celebration of Indonesia yang diadakan untuk merayakan kemerdekaan RI ke-70 di Melbourne Town Hall, dengan indah Ria memainkan grand organ mengiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya.

Selain sibuk menjalankan studio musiknya, Ria juga berprofesi sebagai guru piano dan accompanist di Monash University Foundation Year. Setiap harinya, wanita aktif ini selalu disibukkan oleh para murid yang terus berdatangan untuk menimba ilmu dan mengasah kemampuan bermain piano. “Pada dasarnya untuk bisa bermain piano adalah latihan, karena ada orang yang punya talenta tapi tidak latihan. Tapi yang tidak punya talenta, tapi latihan dengan giat, they can go further,” ungkap Ria.

Ditanya mengenai salah satu kesuksesan terbesarnya di dunia musik, dengan rendah hati wanita 31 tahun ini berujar bahwa kesuksesan bagi dirinya adalah ketika murid-murid yang ia ajar dapat bermain musik dengan musikalitas yang tinggi dan ketika ia bisa menjadi sumber inspirasi bagi banyak orang atau pemusik lainnya.

Berbicara mengenai tokoh yang ia kagumi, Ria mengaku bahwa dirinya kerap terinspirasi oleh Tommy Emmanuel, John Mayer, Coldplay dan Dream Theater. Sedangkan aliran favorit yang ia senangi adalah Baroque, Romantic, French Romantic dan Modern.

Bermusik bersama sang suami, Guruh Sukowati
Bermusik bersama sang suami, Guruh Sukowati

Sebelum mengakhiri wawancara dengan BUSET, Ria sempat berbagi tips dan kiat sukses bagi para pemula yang ingin berkecimpung dan belajar musik terutama untuk instrumen piano dan organ. “Yang dibutuhkan adalah kesabaran karena everything does not happen in the blink of an eye, konsistensi, fokus saat latihan dan kerja keras terus menerus karena repetition akan merangsang motoric sensor and the more you repeat, the better,” pungkasnya mantap.

Ke depannya, wanita kelahiran Jakarta ini memiliki harapan untuk dapat tampil di Sydney Opera House dan merambah ke Benua Eropa untuk terus mengembangkan potensinya di bidang musik.

Mari kita doakan dan dukung bersama, sukses selalu, Ria!

 

leo
foto: dok. pribadi