Ada alunan nada yang familiar, tapi tak biasa terdengar di sekitar taman Birrarung Marr, awal Desember lalu. Rupanya ada irama gamelan mengalun di sana dalam rangka Mapping Melbourne 2018. Gamelan yang dimainkan di ruang terbuka di akhir pekan ini jelas berhasil mencuri perhatian dan bikin penasaran mereka yang sedang menghabiskan waktu di sekitar taman.

Mapping Melbourne ialah festival tahunan yang mulai diadakan sejak 6 tahun silam. Mempertunjukkan berbagai seni ikonik dari Australia dan beberapa negara di Asia. Kegiatan yang berlangsung selama lebih dari 15 hari dan di 14 lokasi berbeda ini “menyatukan” keberagaman Kota Melbourne melalui budaya dan seni tiap masyarakatnya. Tak cuma itu, acara ini diharapkan bisa meningkatkan kolaborasi antar kelompok masyarakat.

Aksi gamelan yang diberi nama “Sounding the City in Bronze” ini juga jadi bagian upaya untuk terus memperkenalkan gamelan Jawa ke publik di Melbourne. Bahkan diakui Dr Aline Scott-Maxwell, seorang dosen etnomusikologi di Monash University sekaligus panitia acara, bahwa acara semacam ini perlu diadakan lagi di tahun-tahun berikutnya.

Penabuh gamelan yang tergabung di komunitas Melbourne Community Gamelan (MCG) berkolaborasi dengan komposer Mitchell Mollison menampilkan pertunjukkan unik gamelan. Paduan bunyi demung, gendang, gong dan alat musik khas gamelan lainnya, serta gerakan tari dari Ade Suharto menambah keistimewaan tradisional Jawa Tengah. Apalagi gamelan lebih banyak dimainkan di dalam ruangan atau di bawah atap, namun hari itu alunan nada gamelan bebas mengudara.
Konon, atraksi 39 bel perunggu yang disebut dengan nama Federation Bells yang letaknya di area taman Birrarung Marr, juga terinspirasi salah satunya dari gamelan. Setiap minggunya, lebih dari 100 komposisi musik rutin berdering dari dalam lonceng-lonceng tersebut.

Beruntung langit Melbourne hari itu sedang cerah, matahari juga bersinar hangat. Membuat pengunjung betah berkerumun saat acara berlangsung selama satu jam.
Apa Kata Mereka
Dr Aline Scott-Maxwell – Panitia
We usually play traditional Javanese gamelan and this is something experimental, doing something with a composer and a dancer as well. I am very pleased how it turned out and thankfully we had a good weather.
Ki Poedijono OAM – Pengajar di MCG
Saya cukup terkejut dengan minat warga lokal terhadap alat musik gamelan Jawa. Saya berharap gamelan Jawa bisa lebih maju dan berkembang lagi di seluruh dunia.
Ade Suharto – Penari
Mitchell and I were approached by Aline and other members from the MCG to take parts in this project. I think it is a really nice way to use an outdoor space and see the aesthetic of the Federations Bells.
Octa