Pada Sabtu, 25 Agustus kemarin, LPDP Monash Indonesia menggelar roundtable discussion forum dengan judul “Envisioning Indonesia’s Future: Empowering Youth Innovative Movements” di Kampus Clayton Monash University. Dengan rentetan pembicara yang inspiratif, mulai dari Dr. Nasya Bahfen sebagai pembicara utama, dilanjutkan oleh Ahmad Junaidi, Dr. Agung Yoga Sembada, dan Diana Nur Fatimah. Pembicaraan dan pertukaran pemikiran yang terjadi siang itu diharapkan dapat mendorong generasi muda Indonesia di Melbourne untuk menjadi masyarakat visioner yang turut berperan aktif dalam proses pembangunan masa depan bangsa.

Konjen RI untuk Melbourne, Spica Tutuhatunewa bersama para pembicara, Diana Nur Fatimah, Agung Yoda Sembada, dan Ahmad Junaidi

Pentingnya Literasi Media di Era Serba Sharing

Dr. Nasya Bahfen mengingatkan pentingnya literasi media di era penuh berita palsu

Dr. Nasya Bahfen yang merupakan dosen senior jurnalistik di La Trobe University membahas mengenai pentingnya kualitas kecakapan literasi media dengan banyaknya berita-berita hoax di dunia media kita yang sudah berorientasi kepada media sosial. Literasi media merupakan kemampuan seseorang untuk memahami, menganalisis dan mendekonstruksi pencitraan media.

Walau terdengar remeh, berita-berita hoax yang kerap beredar di sosial media seringkali berujung dengan masalah yang sangat besar baik di Indonesia maupun negara-negara lainnya, apalagi dengan adanya sosial media yang membuat semua berita dan informasi beredar dengan sangat cepat dan diakses oleh banyak orang dalam sekejap.

Konjen RI untuk Melbourne, Spica Tutuhatunewa memberikan piagam untuk pembicara utama, Dr. Nasya Bahfen

Lantas apa solusinya? Menurut Dr. Nasya Bahfen, peningkatan jumlah konsumen media yang kritis dapat dilakukan melalui program-program di sekolah dan awareness campaign yang ditujukan untuk mendorong literasi media, yaitu rasa skeptis yang sehat terhadap informasi yang didapat, keingintahuan akan sumber informasi tersebut, serta pengertian akan risiko yang dapat disebabkan dengan membagi informasi tersebut ke orang lain.

Berperan Aktif Memperjuangkan Edukasi Rakyat

Ahmad Junaidi dengan Jage Kastare Foundation (JKF) mendorong muda-mudi Lombok untuk kritis dan peduli sekitar

Melalui Jage Kastare Foundation (JKF), Ahmad Junaidi terjun langsung dalam pengadaan edukasi yang mencakup pendidikan Bahasa Inggris, social entrepreneurship, hinga kesehatan nutrisi dan penanggulangan gempa untuk masa depan generasi muda di Lombok.

Dengan sekitar seratus siswa, JKF ditopang oleh para relawan yang terus mendorong muda-mudi di Lombok menjadi remaja yang kritis dan aktif untuk meningkatkan kualitas hidup mereka, baik dengan program edukasi seperti Critical English Pedagody Class hingga melalui keterlibatan besar siswa dengan jajaran direktur yayasan ini sendiri.

Ahmad Junaidi percaya bahwa volunteerism khususnya dari generasi muda selaku agen perubahan sosial merupakan hal yang sangat penting untuk melahirkan energi dan ide kreatif yang akan mendorong kemauan lebih besar untuk terus berinovasi dan maju. Dengan saling membantu sesama generasi muda bangsa khususnya di pedesaan, Ahmad Junaidi yakin bahwa ini adalah kunci dari kesejahteraan Indonesia yang lebih baik dan setara.

Merayakan Kebaikan di Media Sosial

Pasti kita semua sering mendengar lelucon yang bernada stereotyping seperti, “wah, Indonesia banget” saat ada hal-hal yang berbau negatif di negeri ini. Apalagi dengan perkembangan pesat media sosial, remaja Indonesia terpapar oleh banyaknya stereotype negatif tentang bangsa kita sendiri, yang ternyata dapat menghalangi kita untuk berkeinginan maju.

Agung Yoda Sembada mencontohkan salah satu unggahan yang bernada stereotyping yang seringkali tanpa disadari menjadi penghambat bangsa untuk maju.

Maka dari itu, dosen marketing di Swinburne University, Dr. Agung Yoda Sembada mengajak kita untuk mengganti fokus dan sorotan kita di media sosial. Cap-cap negatif dapat membuat remaja bangsa mudah menyerah karena sudah tertanamnya paham-paham mengenai diri kita yang sebenarnya tidak benar dan sesungguhnya dapat diubah. Tidak hanya berbahaya untuk kesuksesan satu individu, dampak cultural prejudice ini dapat menyebar dengan ciri saling menjatuhkan yang menjadi sebuah siklus.

Dr. Agung Yoga Sembada dalam sesinya yang diberi tajuk “Celebrate a New Breed of Indonesian Heroes” yakin jika pengguna media sosial di Indonesia lebih tertarik kepada hal-hal positif yang inspiratif dibandingkan dengan “nyinyiran” di internet, maka konten-konten berbau positif pun akan menjamur dengan sendirinya yang dapat memotivasi bangsa kita untuk percaya akan keunggulan negeri ini untuk maju.

Generasi Muda Indonesia Siap untuk Masa Depan

Tahap transisi dari masa remaja ke masa dewasa ternyata tidak se-linear yang kita kira, setidaknya tidak seperti dulu. Tahap belajar, bekerja, menikah, dan mempunyai anak tidak lagi diikuti oleh seluruh remaja. Contohnya, banyak remaja yang sekarang belajar sambil bekerja, atau bahkan bekerja dulu baru belajar.

Walau begitu, masa dewasa yang ditandai dengan kemandirian dari orang tua atau memulai keluarga sendiri tidak dapat dilakukan dengan mulus di lingkungan sosial kita tanpa adanya pekerjaan, yang mana sangat bergantung pada pendidikan kita. Di sisi lain, banyaknya lulusan kuliah yang melebihi kapasitas pekerjaan yang tersedia membuat banyak remaja mengalami  underemployment, lapangan pekerjaan pun terus meningkatkan tuntutan dan syarat-syarat untuk para calon pekerja.

Diana Nur Fatimah “membangunkan” para peserta agar tidak hanya menggantungkan diri pada pendidikan formal untuk berkembang dan siap terjun ke masyarakat

Pada pembicaraannya pada hari ini, Diana Nur Fatimah menjelaskan pentingnya edukasi baru untuk mengembangkan tidak hanya pendidikan formal namun juga pendidikan yang mengasah kemampuan remaja untuk membangun identitas, bergabung dengan remaja-remaja dengan minat yang sama, dan kemampuan untuk membangun jaringan.

Dengan model pendidikan baru ini kaum muda tidak hanya dibekali oleh gelar di akhir masa pendidikannya, namun juga portofolio akan kemampuan lain, pengalaman, dan pencapaian-pencapaian yang membuat seluruh remaja Indonesia lebih berkarakter dan bukan sebatas remaja dengan gelar kuliah.

Foto bersama para peserta roundtable discussion forum yang digelar LPDP Monash Indonesia

 

Forum diskusi yang digagas oleh LPDP Monash Indonesia juga menggelar workshop interaktif untuk seluruh hadirin. Mereka berkumpul dan bekerja sama mempresentasikan ide-ide baru mengenai topik-topik yang diberikan oleh panitia, mempraktikkan generasi muda Indonesia yang kritis dan aktif untuk kebaikan masa depan kita semua.

 

 

APA KATA MEREKA

 

Aya –  Mahasiswa Monash University

Acara ini keren banget. Saya pribadi ingin mendengar pemaraparan Ahmad Junaidi karena saya juga dari Lombok. Ide untuk turun ke masyarakat itu keren banget, mengarahkan orang-orang di desa mulai dari anak kecil sampai orang tuanya. Semoga remaja Indonesia bisa melihat contoh orang-orang muda yang sukses dengan ide-ide inovasi yang baru.

 

Yugo –  Persatuan Pelajar Indonesia di Australia

Saya suka banget, saya bisa melihat banyak ide “gila” yang memicu ide-ide lain, apalagi ketika pulang ke Indonesia kita bisa membuat ide-ide baru dan bisa membuat Indonesia lebih baik. Harapan untuk remaja Indonesia lainnya semoga kita terus bermimpi dan terus berjuang.

 

Septi – Mahasiswa Monash University

Acara ini sangat inspiratif. Saya harap dengan ini remaja Indonesia akan ingin meningkatkan prestasinya terus, agar tidak lelah mengabdi untuk daerah kita masing-masing karena Indonesia membutuhkan kita.

 

 

 

 

Asa