[Dancing] is part of me, it’s like breathing, especially breathing out. It’s a release in my own bubble.”

 

Milla bersama pasangan menarinya, Robin, di ajang Singapore Latin Extravaganza 2017

Ketertarikan pada dunia tari sejak SMA membawa Ludmilla Dhani Wulandari atau yang akrab disapa Milla memenangkan World Salsa Solo 2017 yang dihelat di Brisbane. Melihat sejarah Milla sebagai mahasiswi Universitas Parahiyangan Bandung jurusan Teknik Industri, tidak pernah terpikirkan olehnya untuk bisa berkecimpung di dunia tari, apalagi mengikuti lomba salsa bertaraf internasional.

Kecintaan Milla terhadap Salsa ini berawal dari seorang teman baik yang memperkenalkan line dance salsa kepadanya. Bukan hanya sekedar mengikuti gerakan yang diajarkan, Milla pun sampai melakukan analisa terhadap teknik yang digunakan oleh guru tarinya pada waktu itu. Padahal, jauh sebelum mengenal tarian, Milla merupakan sosok yang sangat pemalu. “Saya bahkan sampai bungkuk, menutupi wajah dengan rambut sangking malunya… I felt that I’m not worthy,” kenang Milla. Namun secara perlahan, wanita cantik ini mulai membuka diri dan tampil percaya diri melalui tarian. “Sewaktu pindah ke Melbourne, dan mulai menari, dan orang-orang di sekitar aku selalu mendorong, mendukung, dan acknowledge kemampuan menari aku sampai aku merasa tidak lagi invinsible,” paparnya.

(kanan) Juara 1 kategori Salsa Duet dan juara 3 Salsa Couple pada pertandingan World Salsa Solo 2017

Usai kuliah, Milla pindah ke Jakarta dan di sini wanita berparas manis tersebut melanjutkan belajar menari Salsa On1 (LA Style) dan Cuban Salsa hingga akhirnya ia hijrah ke Melbourne mengikuti sang suami pada tahun 2017. Di sini ia pun mengikuti kelas tari, bahkan ditawari posisi sebagai asisten di The Salsa Foundation dimana salah satu tugasnya adalah menjadi instruktur tari ke sekolah-sekolah, termasuk universitas kenamaan yang ada di Melbourne.

Pada tahun 2011 Milla bergabung di Spin City Dance, Moonee Ponds sebagai pelajar, kemudian asisten, semi pro-team, pro-team sampai akhirnya resmi jadi instruktur tari.

PRESTASI

Dari berbagai jenis tari salsa, salah satu yang ditekuni Milla saat ini adalah street latin. Dalam satu tahun, banyak sekali ajang kompetisi yang ia ikuti, dua diantaranya adalah Salsa Solo Competition dan Australian Latin Dance Championship (dulu dikenal dengan sebutan Australian Salsa Open). Ajang bergengsi seperti ini sudah diikutinya selama empat tahun.

Membawakan Tari Berburu asal Papua di panggung Federation Square, Melbourne dalam rangka merayakan HUT RI ke-72 pada Agustus 2017 lalu

“Salsa Solo Competition itu sebenarnya dulu Australia saja, namun tahun 2017 diganti namanya jadi World Salsa Solo jadi semua negara boleh ikut. Ada yang dari Brisbane, Jepang, Italia, dan lain-lain. Dari kompetisi ini, aku mendapat achievements dari beberapa kategori. Dua achievements juara pertama, dua lainnya juara ketiga, dan satu posisi keempat. Tidak disangka-sangka juga sih karena aku skip kompetisi di tahun 2016 karena harus pulang Indonesia. Maka dari itu, aku bertekad untuk latihan sebaik mungkin dan ikut kompetisi kemarin ini,” jelasnya.

***

Recent achievements from World Salsa Solo 2017 in Brisbane

Ludmilla & Robin – 1st Place – Open Salsa Duet 

 Ludmilla & Robin – 3rd Place – Open Salsa Couple

Westside Mambo Team – 1st Place – Open Partnered Salsa Team

Spin City Dance Pro Team – 3rd Place – Open Salsa Shines Team

Ludmilla and Emma – 4th Place – ProAm Salsa Duet

***

High Heels Team, salah satu tim tari yang dikoreografikan Milla melalui sekolah dansa Spin City Dance

Sebagai instruktur, tidak memerlukan waktu yang lama bagi seorang Milla dalam menciptakan sebuah koreografi tarian, seolah-olah tubuhnya memang sudah terlatih untuk mampu bergerak alami mengikuti irama musik. Dari sini, para murid hanya perlu mempelajari dan mengikuti gerakannya.

Jika berbicara kompetisi, Milla dan Robin – yang sudah menjadi pasangan menarinya selama lima tahun – memikirkan matang-matang lagu dan koreografinya untuk kemudian mereka tunjukkan kepada direktur atau instruktur lain dan berusaha medapatkan solusi agar dapat mengeksekusi keseluruhan tarian dengan lebih baik.

Menghadapi tahun kompetisi di tahun 2018, Milla dan Robin berencana untuk belajar langsung dari pedansa senior yang telah berkali-kali memenangkan kompetisi salsa tingkat dunia.

TARI ADALAH HIDUP

Selain gerakan yang energetik, musik salsa dapat ‘hidup’ dan dimainkan dengan banyak instrumen. Setiap lagu mengandung arti dan perasaan yang berbeda, membuat tubuh bergerak seakan memang musik itulah yang menggerakkannya. Inilah yang dirasakan ibu dari dua putri tercinta, Livinia Deandini Adriana (9) dan Alena Gladis Ardelia (8). Terlebih lagi setelah ia mengikuti Salsa Palladium Mambo Convention di Sydney November kemarin. Salah satu yang menginspirasi Milla adalah ketika mengikuti workshop Eddie Torres Jr. dimana dijelaskan sedikit sejarah mengenai Mambo, yakni jenis dansa latin dari Kuba.

Suami (Yoga Adipraja) dan anak-anak Milla (Vinia-kiri dan Alena-kanan) selalu setia mendukung profesi Milla

Kecintaan terhadap musik, budaya, dan tarian salsa menempatkan Milla di dalam komunitas dengan ketertarikan dan minat yang sama. Dari sini pula lah Milla belajar untuk bisa menerima diri sendiri dan berharap untuk menjadi individu yang lebih baik dalam segala hal.

Tentu saja bukan hal yang mudah untuk menjalani karir sebagai penari profesional. Terlebih lagi adanya ekspektasi dari keluarga dan kerabat agar Milla dapat bekerja kantoran. Namun karena Milla benar-benar melakukan semua itu dengan hati yang tulus dan selalu memberikan yang terbaik, maka semua pun akhirnya mendukung kecintaannya terhadap menari ini.

Sebagai ibu, Milla mengaku tidak pernah memaksakan kecintaannya terhadap tari kepada kedua putrinya. Kendati pun, ia ingin agar buah hati dan sanak keluarganya melihat bahwa segala sesuatu dapat diraih asalkan kita berani mencoba, terus bekerja keras, tidak gampang menyerah, dan memiliki kecintaan dalam melakukannya.

Melatih anak-anak untuk tampil dalam perayaan Ulang Tahun KKI (Keluarga Katolik Indonesia) ke-30 di Melbourne

Kedepannya, jika diberi kesempatan, Milla, Robin dan tim salsanya ingin sekali mengikuti World Salsa Summit Competition di Miami, Florida, Amerika Serikat. “Selain itu, aku juga ingin kembali belajar tari tradisional – tari Bali -karena suamiku dari Bali. Jika ada kesempatan untuk tampil seperti di Celebration of Indonesia 2017 lalu dimana Milla menjadi pemeran utamanya ‘Insos si gadis dari Papua’, Milla ingin sekali terlibat lagi. Semoga semua goals ini bisa tercapai,” ujarnya polos.

 

 

Devina
(foto artikel: koleksi pribadi)