Saat ini media sosial memang tengah menjadi platform yang mendominasi komunikasi dunia. Baik melalui Facebook, Instagram, YouTube, Snapchat, medium-medium ini dapat menghubungkan kita dengan keluarga, teman, bahkan orang yang tak pernah kita kenal dalam sekejap. Kini, muncul satu komunitas dari anak-anak di Melbourne yang ingin mengekspresikan diri mereka melalui medium-medium tersebut, bernama Anak Melbourne.
Untuk tahu lebih jelas mengenai komunitas ini, tim BUSET pun datang menemui Direktur, Editor sekaligus Penulis Anak Melbourne, Stephanie Dish.
Berawal dari ide Andy Mokson yang ingin mencoba membuat video-video lucu serta menggambarkan kehidupan anak-anak Indonesia yang hijrah ke negeri asing, khususnya Melbourne, ide Anak Melbourne pun resmi terbentuk pada Maret 2016. Setelah melalui penggarapan ide, pematangan konsep, serta perekrutan anggota, kini Anak Melbourne telah resmi berdiri 1 tahun dari pertama kali merilis video di akun YouTube mereka.
“Jadi tujuan kita itu untuk wadah kita semua mengekspresikan diri sih. Soalnya menurut kami, orang-orang itu kreatif, banyak ide, tapi sayangnya ga banyak yang disalurkan ke media,” tutur Stephanie.
Bila awalnya Anak Melbourne digawangi oleh 10 orang anggota – Stephanie Dish, Carina Rahardjo, Gwen Florencia Ali, Karissa Marie Joewono, Indra Pramana, Andy Mokson, Monica Irene Saputra, Ricent Lu, Samantha Mae Joewono, dan Shannel Lokananta; kini telah berkembang menjadi 12 anggota dengan tambahan Dika Praditya dan Randy Prasetya Budiono. Komunitas yang dimulai dari pertemanan para anggotanya ini pun memiliki visi yang sama dalam menyalurkan talenta mereka ke dalam suatu kegiatan berkarya yang positif.
Kendati menghadapi berbagai kesulitan dalam upaya mereka untuk menghibur para penontonnya, baik kesulitan menyamakan waktu 12 orang untuk mengadakan rapat anggota maupun syuting, hingga mencapai ide yang memuaskan bagi semua anggota, Stephanie mengaku kalau semua anggota Anak Melbourne tetap senang dalam berkarya melalui medium ini.
“Anak Melbourne kan berawal dari pertemanan kami, jadi kami benar-benar menghargai pertemanan kami. Selain dari keperluan Anak Melbourne, kami sebenarnya lebih sering main bareng tanpa kamera daripada dengan kamera. Jadi, Anak Melbourne itu tujuannya bukan untuk mencari viewers atau hal lain, namun supaya mengeratkan hubungan antar teman, mengekspresikan diri juga menghibur para penonton kami.”
Ketika ditanya mengenai harapannya untuk Anak Melbourne, Stephanie pun mengaku kalau ia ingin lebih sering merilis video-video di akun YouTube Anak Melbourne. “Awalnya sih kami berencana untuk mengeluarkan video setiap minggunya. Namun, karena sulitnya mencari waktu bersama, sekarang kami hanya mengeluarkan video saat kami punya ide yang bagus banget dan menurut kami dapat menghibur orang-orang, barulah kami membuat videonya.”
Sebelum mengakhiri wawancara bersama BUSET, Stephanie berpesan untuk para pembaca, “untuk orang-orang yang kreatif di luar sana, yang aku tahu pasti ada banyak banget, kita itu ga boleh takut-takut mengekspresikan diri, soalnya kadang kreativitas itu sayang kalo kita ga salurkan keluar. Dan gift-gift yang sudah didapetin itu tuh menurut aku dikeluarin saja. Soalnya biasa kan orang indo itu culturenya rada memendam ya, jadi blend in, kita tuh jadi ikut tren yang sekarang ada. Menurut aku, menjadi sesuatu yang berbeda itu ga apa-apa.”
***
YouTube, FB, IG : Anak Melbourne
Para Personil Anak Melbourne
- Stephanie Dish :Director / Editor / Content Writer + Talent
- Shannel Lokananta :Public Relations + Manager
- Carina Rahardjo :Secretary + Talent
- Indra Pramana :Creative + Talent
- Samantha Mae Joewono :Documentation + Talent
- Ricent Lu :Venue Management + Logistic + Talent
- Andy Mokson :Venue Management + Talent
- Monica Irene Saputra :Talent
- Karissa Marie Joewono :Talent
- Gwen Florencia Ali :Talent
- Randy Prasetya Budiono :Talent
- Dhika Praditya :Talent
JLie