
Aisyah Claresta adalah salah seorang perempuan dengan segudang prestasi yang tentunya dapat menginspirasi pembaca BUSET sekalian. Riwayat pendidikan singkat Aisyah ini yaitu setelah lulus dari SMA Labschool Kebayoran, ia mendapatkan undangan SNMPTN di Universitas Indonesia sebelum akhirnya memutuskan untuk menempuh pendidikan di Melbourne University dengan jurusan Management, karena ia tertarik dengan bisnis.
Tak berhenti sampai di sana, Ais kemudian menyelesaikan program Master of Business Administration di RMIT University. Di waktu yang bersamaan, perempuan luar biasa ini mendapatkan pengalaman internship di dua startup yang berbeda, menyimpan segudang pengalaman yang ia bawa pulang ke Tanah Air setelah lulus.
Dalam wawancara singkat dengan perempuan cantik yang menjabat sebagai Direktur Utama PT. Makanan Andalan Kita ini, Ais menceritakan bahwa dirinya dituntut untuk belajar lebih mandiri dalam segala hal, dimulai dari urusan akademik hingga non akademik. “Bagaimana kita mencari motivasi dalam diri sendiri, bagaimana cara untuk tetap termotivasi dengan keterbatasan yang ada karena tidak sedang berada di negeri sendiri.”
Menjadi Karyawan Bappenas Sepulang dari Luar Negeri?
Di tahun akhir berkuliah di Melbourne, Aisyah Claresta sudah memiliki rencana untuk pulang ke Indonesia dan mengaplikasikan apa saja yang sudah ia dapat. Ia memasukkan lamaran di PCPM Bank Indonesia sebelum pulang, namun sayangnya tidak diterima. Walau sempat sedih dan down, ia tetap optimis untuk pulang ke Indonesia. Semangat positif seperti inilah yang membuat Ais terus melangkah menuju tangga kesuksesan.
Pada Januari 2019, Aisyah beranjak kembali ke Indonesia dan langsung mendapatkan panggilan kerja di Bappenas sebagai Relationship Manager PINA (Pembiayaan Investasi Non-Anggaran Pemerintah).

dan PINA Bappenas

Bambang Brodjonegoro dalam acara IIIF London

Workshop Oleh AIIB dan Kemenkeu
Perbandingan antara bekerja di luar dan dalam negeri tentunya ada yang berbeda. Menurut Aisyah working culture yang paling menonjol perbedaannya yaitu kebiasaan menepati jam meeting. Di Australia, sudah menjadi budaya untuk datang lebih awal dari jam yang ditentukan, namun di Indonesia adalah normal jika janji ‘mepet’ atau bahkan telat dari waktu yang ditentukan. Mau tidak mau tentu ia harus banyak menyesuaikan atau memaksa pegawai untuk bekerja cepat.
Perjalanan Entrepreneurhip
Pantang menyia-nyiakan waktu, Aisyah Claresta berinisiatif bersama dengan temannya yang juga berkuliah di Melbourne sepakat mencoba berbisnis.
Bisnis pertama yang didirikan Aisyah yaitu All You Can Eat (di Malang dan lantas membuk franchise di Medan). Namun bisnis ini adalah salah satu bisnis yang terdampak pandemi dan tutup pada Agustus 2021.
Beruntung, Ais selalu memiliki ide kreatif. Pada Desember 2020, Aisyah telah mendirikan bisnis lagi yaitu Goban Take Out (American Chinese Cuisine) yang tidak memakan waktu lama untuk meroket. Untuk menyesuaikan selera Indonesia yang identik dengan makanan pedas, ia berinovasi untuk membuat satu – satunya Spicy Orange Chicken di Indonesia yang sangat digemari.

Melalui bisnis makanan ini, Ais menerapkan sistem waralana agar pemuda-pemudi Indonesia tergerak melirik berbisnis yang sama. Sekedar informasi, pada Agustus 2021 Goban Take Out sudah memiliki 6 outlet di Jakarta dan menyusul untuk kota lainnya.
“Selama pandemi jangan stop karena bisnis down, terus aja berinovasi. Jangan putus asa atau putus semangat, karena selama dicoba pasti akan ada ide – ide baru yang akan berhasil. Kita harus beradaptasi dengan keadaan pandemi ini,” ucapnya.
Tertarik dengan Politik
Selain bisnis, anak pertama dari empat bersaudara ini juga aktif dipolitik, karena sering melihat kiprah sang ayah, Mukhamad Misbakhun dari partai Golongan Karya, dan saat ini menjabat sebagai anggota DPR RI Komisi XI.
Kendati ayahnya tidak pernah memaksa Aisyah untuk berkecimpung dalam politik, ketertarikan terhadap dunia politik memang sudah ada pada dirinya sejak kecil. Ais ambil bagian dalam program leadership yang diadakan oleh Partai Golkar yaitu program Golkar Institut, dan menjadi salah satu peserta terbaik di antara lima peserta terbaik lainnya. Ais yang baru saja resmi menjadi istri dari Dimas Harianto itu ingin berkontribusi pada negara dan mencari cara bagaimana UMKM dapat ditingkatkan.


“Untuk pembaca BUSET, terutama mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Melbourne, jangan lupa untuk terus ikuti perkembangan Indonesia, bisa juga ikut membantu UMKM misalkan dengan program dan donasi – donasi untuk UMKM yang terdampak pandemic. Yuk mahasiswa Indonesia yang ada di Australia, kita bantu bareng – bareng UMKM di Indonesia supaya terus berkembang dan tumbuh walaupun kesulitan selama PPKM.”
Dari wawancara singkat dengan Aisyah Claresta mengenai perjalanan karirnya, kita bisa mempelajari banyak hal. Tentu yang paling utama adalah tidak menyerah walaupun sempat gagal, usaha apapun akan berhasil jika terus mencoba. Semoga setelah membaca mengenai perjalanan karir Aisyah, banyak dari pembaca BUSET akan terinspirasi dan tidak menyerah dengan karirnya.