Berkerja di Negeri Kangguru masih merupakan impian yang menjanjikan bagi masyarakat internasional, tidak terkecuali Indonesia. Hingga saat ini Australia masih memiliki daya tarik tersendiri khususnya untuk orang Indonesia, baik yang ingin menimba ilmu, bekerja maupun untuk menetap.

Pemerintah Australia dan Indonesia mengadakan kerjasama untuk memberikan visa berkerja dan liburan – Working Holiday Visa (WHV). Kemitraan ini sudah dimulai sejak 1 Juli 2009 silam yang berawal dengan kuota sebesar 1000 orang per tahunnya hingga saat ini sekitar 4100 orang per tahunnya. Australia tidak hanya berkerjasama dengan Indonesia saja untuk pemberian kuota visa tersebut, namun juga bersama dengan 41 negara lainnya.

Apa sih WHV itu?

Ada 2 jenis WHV yang dikeluarkan oleh pemerintah Australia yang dikenal dengan istilah subclass.

Subclass 462: Pemohon diharuskan memiliki minimum Pendidikan Diploma atau 2 tahun belajar di universitas, serta melampirkan surat sponsor dari pemerintah negara asal, biasanya dari departemen imigrasi. Dan memiliki bukti jika pemohon bisa berkomunikasi dalam Bahasa inggris.

Subclass 417: Tidak memerlukan persyaratan seperti 462, hanya selama negara tersebut masuk dalam kategori 417.

Indonesia merupakan salah satu negara yang masuk dalam kategori Subclass 462. Untuk mendapatkannya ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu:

  1. Berusia antara 18 hingga 30 tahun
  2. Belum memilki anak
  3. Memiliki tiket pesawat pergi pulang
  4. Minimal Pendidikan Diploma / dua tahun dari Pendidikan universitas
  5. Bukti keuangan paling tidak $5000
  6. Surat rekomendasi dari Direktorat Jenderal Imigrasi
  7. Memiliki karakter yang baik dan sehat jasmani
  8. Dapat berkomunikasi dalam berbahasa Inggris

(sumber https://indonesia.embassy.gov.au/jakt/Checklist_WHol.html)

Dilihat dari persyaratannya tidaklah sulit, namun dikarenakan kuota yang diberikan pihak pemerintah Australia, inilah yang membuat ‘berburu’ WHV cukup menantang. Belum lagi ditambah dengan kuota yang diberikan pihak Direktorat Imigrasi Indonesia untuk melakukan wawancara terhadap setiap orang yang mendaftar. Dirjen Imigrasi Indonesia membatasi setiap harinya hanya menerima 100 aplikasi, pendaftaran bisa dilakukan secara online melalui situs https://whv.imigrasi.go.id/home.

Pengalaman pribadi Catur, Gusti, dan Iqbal

Di Victoria, kebanyakan warga Indonesia yang memanfaatkan WHV berkerja di wilayah rural dengan berbagai macam jenis pekerjaan, terutama di industri perkebunan dan peternakan.

BUSET sempat mewawancarai tiga pemuda yang datang ke Australia menggunakan WHV. Mereka menceritakan proses yang mereka lalui dan pengalaman berkerja di Australia. Sebelum menggali lebih dalam, BUSET ingin menghanturkan terimakasih dan apresiasi yang mendalam kepada ketiganya yang telah mau berbuka hati dan pikiran untuk dibagikan ke para pembaca.

Catur adalah seorang lulusan S1 asal Mojokerto, Jawa Timur. Sedangkan Gusti, pemuda asal Bandung, Jawa Barat memberanikan diri meninggalkan profesinya selama 7 tahun sebagai seorang marketing. Lain lagi halnya dengan Iqbal Wahyudi asal Padang, Sumatera Barat yang dengan berat hati harus meninggalkan istrinya untuk mencari nafkah di Negeri Kangguru.

Ketiganya mengungkapkan bahwa pengurusan WHV sebenarnya tidak terlalu lama, namun untuk mendapatkan waktu wawancara dan surat rekomendasi dari pihak pemerintah Indonesia yakni melalui Dirjen Imigrasi cukup memakan waktu. Faktor keberuntungan pun sangat mempengaruhi. Dari ribuan pendaftar tiap tahunnya mereka harus saling berkompetisi seperti ingin mendapatkan lotre. Di laih pihak, banyak juga aplikan yang ditolak oleh pemerintah Australia. Kebanyakan kasus ditolaknya dikarenakan sudah masuk daftar hitam pihak imigrasi Australia atas masalah visa sebelumnya. Selain itu, hasil tes kesehatan juga menjadi salah satu faktor yang dapat mendukung penolakan.

Setibanya di Australia, Gusti sudah mendaftar untuk berkerja sebagai petugas kebersihan di sebuah pabrik di bilangan Warnambool. Kendati sangat jauh berbeda dengan pekerjaan yang dia miliki sebelumnya, namun di sini dirinya belajar untuk lebih bisa menghargai diri sendiri, orang lain, dan waktu. Dari segi penghasilan, jauh berbeda bila dibandingkan ketika bekerja di Indonesia. Penghasilan yang ia dapatkan dalam 1 minggu lebih dari 1 bulan bekerja di Indonesia. Dan kedepannya Gusti berkeinginan untuk bisa memaksimalkan waktu WHV selama tiga tahun dan melanjutkan pendidikan di Australia.

Iqbal yang sudah tiga tahun mencari nafkah sebagai karyawan di sebuah perusahaan sekarang telah beralih profesi sebagai seorang penyembelih hewan di pabrik yang sama dengan rekannya. Meskipun pekerjaan fisik tersebut menuntut dirinya untuk menyembelih 1500 kambing atau 500 sapi dalam seharinya, namun tidak dapat dipungkiri secara finansial Iqbal berpenghasilan jauh lebih tinggi daripada sebelumnya. “Australia adalah negara yang tepat untuk kita mengumpulkan pundi-pundi uang,” jujur pria yang bertekad memaksimalkan waktunya selama memegang WHV ini.

Melalui profesi yang sama sebagai penyembelih daging, Catur mengaku bisa belajar banyak hal, termasuk yang terpenting adalah kemandirian hidup. Catur sama sekali tidak menyesal dengan keputusannya untuk memberanikan diri mencari nafkah di negeri orang sesaat setelah lulus kuliah. Dirinya justru menganggap kesempatan ini merupakan pengalaman yang hanya terjadi sekali dalam seumur hidup. Sama seperti Gusti, Catur berencana untuk memperkaya diri dengan melanjutkan studi setelah berkerja selama tiga tahun nantinya.

Kepada BUSET, ketiganya lanjut meneritakan pengalaman unik selama bekerja di Warnambool, terutama ketika menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan. Walaupun tidak terlalu banyak penganut agama Islam di tempat kerja, akan tetapi semua tetap menghormati dan membantu mereka. Pihak perusahaan bahkan menyediakan fasilitas mushola sehingga mereka bisa sembahyang tepat waktu.

Tak sampai di situ, pabrik pun diberhentikan selama satu jam demi memberikan kesempatan kepada setiap pekerja yang beragam Islam untuk melakukan sholat berjamaah Idul Fitri tepat di hari raya, dan masing-masing dari mereka mendapatkan bingkisan yang berlimpah berupa 8 kilo daging dan THR (Tunjangan Hari Raya).

Kemungkinan untuk studi dan visa PR

Pemerintah Australia saat ini mengijinkan para pemilik WHV untuk melanjutkan pendidikan di Australia. Tidak tertutup pula kemungkinan untuk mendapatkan visa menetap atau permanent resident di kemudian hari seturut dengan perubahan-perubahan peraturan imigrasi Australia.

Seperti yang diungkapkan Kelana Jayan selaku Konsultan Pendidikan di Masiratna Study Abroad (MSA), “dua tahun terakhir ini kami banyak membantu teman-teman pemegang WHV untuk mendaftarkan ke berbagai institusi pendidikan.”

Mila dari Progress Study Education Melbourne juga menambahkan, pemegang WHV berkesempatan untuk menempuh pendidikan di Australia, jika memang harus mengganti visa menjadi visa pelajar (student visa) pihak Progress Study dan MSA bisa membantu.

Jenjang pendidikan yang bisa mereka tempuh adalah diploma hingga master (postgraduate study). Kedepannya mereka juga dapat membantu memberikan rekomendasi dalam hal mendapatkan permanent residence di Australia tentunya selama persyaratan dapat dipenuhi.

Tips

Berikut ini adalah beberapa tips yang diberikan Catur, Gusti dan Iqbal seputar WHV berdasarkan pengalaman pribadi mereka.

  1. Perbanyak belajar Bahasa Inggris sebelum berangkat. Karena komunikasi selama di Australia menggunakan Bahasa Inggris.
  2. Persiapan fisik yang mantap mengingat kebanyakan pemegang WHV bekerja di bidang usaha perkebunan atau peternakan di luar kota.
  3. Jangan putus asa. Untuk mendapatkan WHV seperti mendapatkan lotre, dan ada batasan usia. Gusti sendiri telah mendaftar selama 3 tahun, terbukti di umurnya ke-30 masih bisa mendapatkan WHV hingga bisa tiba di Australia.
  4. Australia memang negara yang indah, namun jangan berharap atau bermimpi bahwa Australia akan selalu seindah harapan kita, siapkan mental selama merantau di Australia yang jauh dari keluarga.
  5. Link dan Network: menghubungi mereka yang sudah pernah mendapatkan WHV, dapatkan informasi sebanyak-banyaknya tentang hidup dan berkerja di Australia.