Sebagai penutup 2016, Association of Indonesian Journalist in Australia (AIJA) menggelar malam diskusi akhir tahun. Acara yang berlangsung di Ruang Bhinneka Graha KJRI Melbourne ini mengusung tema kiat bisnis sukses seorang Chairul Tanjung. Adapun tamu istimewa yang diundang untuk menjadi pembicara pada kesempatan itu adalah Komisaris TransMedia Ishadi SK, sosok pakar televisi Indonesia yang telah bekerja sama dengan Chairul Tanjung selama kurang lebih dua dasawarsa terakhir.

Ishadi SK
Ishadi SK

Wakil Ketua AIJA Hendrarto Darudoyo membuka acara malam itu dengan mengundang Konsul Protokol dan Kekonsuleran Umbara Setiawan, dan Ketua AIJA Lucky Kalonta untuk memberikan pidato sambutan. Keduanya menghanturkan rasa terimakasih kepada Ishadi SK yang meluangkan waktunya untuk berbagi tips cermat dalam berbisnis. Harapan mereka juga agar para peserta diskusi dapat menuai berbagai pengetahuan yang bermanfaat.

Ketua AIJA Lucky Kalonta
Ketua AIJA Lucky Kalonta

Berlaku sebagai moderator pada acara yang diselenggarakan di Ruang Bhinneka KJRI Melbourne adalah Ella yang juga dikenal sebagai salah seorang penyiar Radio Love and Hate 94.1FM. Dengan tangkas ia memperkenalkan Ishadi SK seraya sedikit bercerita mengenai latar belakangnya yang mengesankan. Pria kelahiran tahun 1943 itu adalah lulusan Masters of Science dari Ohio University. Amerika Serikat. Beliau memulai perjalan karirnya sebagai reporter TVRI di tahun 1997 hingga akhirnya menjadi sebagai kepala Stasiun Pusat TVRI. Semenjak 2008 beliau juga menjabat sebagai komisaris TransMedia, yang terdiri dari TransTV, Trans7, DetikCom, CNN Indonesia, Transvision dan CNBC.

Ishadi mengawali presentasinya dengan menekankan perihal pentingnya power branding yang dianut seorang CT. menurutnya, meningkatkan kapasitas branding harus diutamakan sebab nilainya yang tinggi melebihi aset lainnya. Brand adalah satu bentuk aset yang tidak akan mengalami depresiasi dengan pemeliharaan dan manajemen baik dan benar.

Penasaran kan dengan kiat-kiat bisnis cermat seorang Chairul Tanjung? Mari kita telusuri rangkuman berikut!

9 CT’s Business Ways

  1. Kerja keras, kerja keras, kerja keras

Meyakini bahwa kerja keras adalah sumber keberhasilannya, CT membina perusahaan-perusahaannya dengan memberikan contoh konkrit. Beliau selalu menjadi orang yang terakhir yang tinggal di kantor untuk bekerja. Bertolak belakang dengan pepatah Tionghoa yang mengatakan, ‘yang bangun pagi, akan memperoleh rejeki yang lebih pagi’, bagi seorang CT ‘semakin larut, semakin banyak yang dapat dikerjakan’.

  1. Meyakini semua yang dilakukan adalah amanah

CT juga menegaskan bahwa segala hal yang ia capai sekarang adalah tidak lain merupakan bantuan tangan Tuhan. Sebab hanya oleh kehendak Tuhan maka usaha yang ia kelola dapat berkembang dengan cepat dan amanah tersebut harus ia pertanggungjawabkan dengan bekerja keras (kunci pertama). Dengan semakin berkembang usaha-usahanya, ia mampu menampung semakin banyak tenaga-tenaga kerja dan memberikan kemaslahatan kepada orang banyak.

  1. Milikilah passion terhadap apa yang dilakukan

Dengan adanya passion, ketekunan dan kerja keras akan hadir beriringan. CT memegang teguh prinsip kesabaran ketika mempelajari segala hal yang dibutuhkan dalam membesarkan perusahaannya. Begitu pula dalam perihal mengambil keputusan. Tidak malu-malu seorang CT untuk mengambil sebanyak-banyaknya waktu yang ia butuhkan, sebab sangatlah banyak aspek-aspek yang harus dipertimbangkan.

  1. Pantang menzalimi, dan pantang mundur bila dizalimi

Bagi seorang CT, satu musuh sudah terlalu banyak dan seribu sahabat masih tidaklah cukup. Di tahun 1995, sebuah transaksi perbankan yang tidak berjalan sesuai dengan kesepakatan awal, dimana perjanjian menyatakan dua buah bank termasuk dalam deal namun satu lenyap begitu saja. Kendatipun, hal itu tidak menggoyahkan semangat CT. Sebaliknya, CT tidak mengambil hati dan terus maju sebab ia telah berkomitmen dan selalu memegang teguh omongannya. Ia curahkan segala upaya dan kerja kerasnya pada bank yang memiliki saldo merah signifikan tersebut. Hingga pada akhirnya keberhasilan yang dicapai tidak mungkin ditampik lagi. Lima belas tahun setelah diambil alih oleh CT, bank tersebut memasuki jajaran peringkat 15 besar perbankan di Indonesia. Bank tersebut tidak lain dan tidak bukan adalah Bank Mega.

  1. Hemat pangkal kaya, boros pangkal miskin

Sebuah teori bisnis klasik yang dianut oleh CT adalah reduce cost and increase revenue. Hal ini dipraktekkan dengan perhitungan biaya yang cermat dan menawar harga serendah-rendahnya ketika membeli sebuah aset.

  1. Sedekah, sedekah, sedekah

Sebagai seorang Muslim yang taat, CT percaya bahwa sedekah adalah sebuah kewajiban berdasarkan Al-Quran yang menyatakan sedekah adalah suatu hal yang mulia dan Allah SWT akan melimpahkan berkah sebanyak 700 kali nilai yang ia berikan. Hal ini ia jalankan dengan mengadakan program berbagi berupa 100.000 bahan kebutuhan pokok pada tahun 1999. Bayangkan betapa sulitnya untuk memenuhi hal tersebut setelah krisis yang terjadi di tahun 1998. Lagi-lagi seorang CT bekerja keras untuk mewujudkan hal tersebut demi membantu sesamanya.

Tidak sampai situ saja. Pasca Tsunami Aceh pada tahun 2006, CT menggalang dana untuk pendirian sekolah demi anak-anak Aceh. Sekolah tersebut kemudian berkembang menjadi sekolah menengah unggulan di bawah naungan CT Foundation. Sekolah tersebut menampung 100 siswa SMP (Sekolah Menengah Pertama) kelas 3 yang pandai namun kurang mampu. Di sana mereka diasramakan dan menerima beasiswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang SMA (Sekolah Menengah Atas).

  1. Berbisnis berdasarkan amanah

Hanyalah berdasarkan amanah, bisnis CT dapat terus berkembang. Seperti dilansir oleh majalah FORBES pada tahun 2011, CT ditempatkan sebagai orang terkaya kelima di Indonesia. Menjalankan amanah, CT memiliki sebanyak 37 perusahaan sehat dan mempekerjakan setidaknya 100.000 orang karyawan yang kian hari kian bertambah.

  1. Buy the future with present value

Janganlah menjalankan bisnis di sektor yang telah kadaluarsa. Pastikan juga unit usaha yang dibeli memiliki prospek baik di masa depan, dan pembelian layaknya dilakukan ketika harga masih murah.

Kerja kerasnya dalam mendirikan TransTV terbukti dengan pencapaian peringkat keempat dari 10 stasiun TV yang ada, hanya dalam jangka waktu 9 bulan. Kesuksesannya yang terus meningkat membawa CT pada keputusan untuk mengakuisisi stasiun TV7 yang kala itu menghadapi kesulitan dan menderita kerugian. Dalam kurun waktu hanya satu tahun setelah proses akuisisi, stasiun televisi yang diubah namanya menjadi Trans7 tersebut sudah tidak memerlukan subsidi dan lambat laun dapat menikmati keuntungan.

Dengan visi jauh ke depan yang dimilikinya, CT memprediksi bahwa media online akan membentuk masa depan dan kemudian detik.com dibelinya.

  1. Pragmatisme dan idealisme tidak saling bertentangan

Idealisme dan bisnis adalah dua sisi mata uang koin yang sama, tidak mungkin terpisahkan. Seperti halnya sewaktu CT membeli saham Garuda Indonesia sebanyak 20% ketika IPO. Hal ini dilakukannya bukan hanya atas dasar return on investment (pragmatis), namun juga atas pertimbangan idealisme. Garuda Indonesia merupakan maskapai penerbangan nasional, juga representasi negara kita tercinta di mata internasional.

Semoga kiat-kiat bisnis CT tersebut bermanfaat bagi semua sahabat BUSET dan memberikan inspirasi untuk selalu maju terus dan pantang mundur. Sampai bertemu di forum diskusi AIJA 2017!

 

 

Ishie