Handwriting: is it still a necessary skill to have?
Di jaman canggih begini, dimana teknologi sudah merajalela dan menjadi elemen hidup kita, apakah masih perlu anak-anak belajar tulis tangan di sekolah? Surat-suratan menjadi email. Buku masuk versi online. Kartu ucapan digantikan oleh e-card. Dokter mengetik, bukan menulis resep. Touchscreen menjadi fitur utama banyak peralatan. Bukankah keterampilan mengetik keyboard touchscreen dengan secepat-cepatnya lebih berguna daripada belajar menulis tangan?
Ini adalah pertanyaan yang perlu tetapi tidak banyak dipikirkan oleh orangtua jaman sekarang. Semakin banyak sekolah yang menggunakan tablet computers sebagai sarana utama belajar. Jumlah sekolah yang masih melatih anak-anak menulis dengan tangan serapi dan secepat mungkin akan menurun. Saya juga sering ditanya pendapat saya mengenai hal ini. Ketika saya menjawab bahwa saya percaya latihan menulis dengan tangan itu masih penting bagi anak-anak kita, desakannya kepada saya adalah untuk menjawab “mengapa?” Banyak teman yang berpendapat bahwa tulisan tangan itu sudah tidak diperlukan di jaman quantum computer yang akan datang. “Handwriting will become obsolete,” begitulah katanya.
Penjelasan saya adalah sebagai berikut. Pertama, latihan menulis dengan tangan adalah pengembangan keterampilan yang menggunakan sumber-daya yang sudah tersedia gratis yaitu tangan dan jari-jari kita. Sudah dari “sononya”, kata orang Jakarta.
Otak kita sudah memiliki bagian yang siap berkembang dan perlu dilatih untuk melakukan fine motor skills, atau kemampuan bergerak dengan teliti. Latihan menulis halus dan dengan hati-hati untuk bisa membentuk huruf, frase, kata hingga kalimat adalah aspek penting perkembangan fisik seorang anak.
Kecepatan komputer memproses informasi tujuh kali lebih cepat daripada kemampuan alami kita. Makanya kalau anak-anak terbiasa menggunakan komputer untuk main atau belajar tanpa diimbangi praktek keterampilan yang alami, mereka akan mengalami kesulitan untuk bisa mengerjakan sesuatu tanpa mesin itu.
Kedua, keuntungan menulis dengan tangan juga termasuk melatih ketekunan (perseverance) dan kesabaran (patience) untuk menghasilkan karya yang terbaik tanpa diburu-buru. Sebenarnya komputer itu didesain untuk bekerja minimal 7 kali lebih cepat daripada otak kita. Dalam proses belajar di ruang kelas, ketika saya mengajar dan meminta para siswa mencatat dengan menggunakan kertas dan pena/pensil, orang-orang yang sudah terbiasa menggunakan ipad atau laptop kelihatan gelisah. Mengapa saya meminta mereka off screen ketika saya mengajar? Karena sebenarnya mencatat dengan tangan, baik dalam bentuk tulisan atau gambar, melatih kita untuk menyimak (listening) dengan seksama dan memilah (filter) informasi inti yang memang penting. Bukan hanya menyalin (copying) apa kata pengajar. Catatan hal-hal penting inilah yang lebih efektif untuk belajar karena ketika otak kita membuat catatan itu, sudah sekalian menyerap informasi inti.
Manfaat ketiga menulis dengan tangan adalah menciptakan kesempatan refleksi. Kemampuan untuk berefleksi (reflective practice) ini penting untuk proses belajar karena melatih kepekaan terhadap diri sendiri, apa yang sedang dikerjakan dan mengapa kita mengerjakannya. Bukan hanya tergesa-gesa loncat dari satu kegiatan ke yang lainnya. Justru dengan berefleksi kita bisa maju lebih pesat dan efektif. The art of slowing down to progress kedengarannya aneh, tetapi nyata manfaatnya. Lihatlah penelitian mengenai manfaat bermeditasi, berdoa atau berlibur. Anak-anak kita bisa membangun kebiasaan berefleksi ini melalui latihan menulis menggunakan tangan mereka sendiri, bukan dengan mengetik di keyboard komputer.
Semoga anak-anak kita bisa mengalami manfaat menulis tangan, sementara mereka berkembang dalam era teknologi.
Junny Ebenhaezer
Kandidat PhD bidang Pendidkan di Deakin University
Dosen di RMIT
Program Manager di Academies Australasia Polytechnic
Ide/Pertanyaan kirim ke email: j.ebenhaezer@polytechnic.academies.edu.au