Salah satu gereja umat Kristiani Indonesia tertua di Melbourne, Mulgrave Uniting Church – Indonesian Congregation (MUC-IC), baru saja merayakan ulang tahunnya yang ke-30. Bertempat di Wesley Hall Boxhill, ruangan terisi penuh oleh jemaat gereja dari berbagai generasi. Acara yang bertemakan “Give Thanks to The Lord For He Is Good” ini turut mengundang perwakilan dari Uniting Church Australia (UCA), beberapa perwakilan gereja jemaat Indonesia di Victoria serta KJRI Melbourne untuk bergabung dalam kebaktian pada sore itu.
Tema yang diangkat merupakan tanda ungkapan syukur yang tulus dari MUC-IC kepada Tuhan. “Tema ini dipilih karena selama 30 tahun perjalanan MUC-IC dari persekutuan kecil menjadi jemaat yang berkembang seperti sekarang ini, itu semua karena kebaikan Tuhan,” jelas Pendeta Ayub Yahya, senior pastor dari MUC-IC. Perjalanan panjang MUC-IC sebagai sebuah jemaat Indonesia di Australia dipandang tidak mungkin didasari oleh kekuatan manusia semata. “MUC-IC tidak mungkin exist kalau tidak karena Tuhan,” tegas Pendeta Ayub.
Acara dilangsungkan dalam nuansa kekeluargaan yang kental. Berhiaskan dekorasi hutan rimbun nan teduh, acara dimulai dengan praise & worship yang dipimpin oleh tim gabungan berbagai generasi jemaat – dari teenagers, youth hingga dewasa. Grup remaja pun melanjutkan dengan persembahan pujian sign language dance yang unik dan menyentuh. Begitu juga paduan suara gabungan Soli Deo Gloria Choir turut membawakan tembang pujian Hallelujah to The Lamb.
Suasana ulang tahun sungguh terasa saat kue berhiaskan ornamen pohon kehidupan dikeluarkan seraya diiringi nyanyian Happy Birthday oleh anak-anak Sekolah Minggu. Beberapa perwakilan dari berbagai kelompok jemaat MUC-IC pun diundang ke depan untuk meniup lilin bersama-sama sebagai ungkapan syukur. Hal ini menjadi simbol kebersamaan MUC-IC sebagai gereja yang satu.
Tentunya nuansa kekeluargaan dan kebersamaan tersebut sesuai dengan visi acara perayaan itu sendiri. “Visi acara ini adalah kita ingin As One Church, One Family untuk memuji Tuhan bersama-sama,” jelas Maganendra Satya Wardhana, Ketua Mulgrave Youth Fellowship (MYF), “itulah mengapa kita gather jemaat dari seluruh generasi untuk berpartisipasi dalam acara ini.” Hal ini pula sejalan dengan visi MUC-IC yang dicantumkan dengan lantang: As one church, becoming more like Christ, to serve and witness to the community in this generation.
Surat Tuhan kepada MUC-IC
Khotbah hari itu dipimpin Pendeta Ayub dengan cara yang tidak biasa. Alih-alih berkhotbah, Pendeta Ayub justru menyampaikan pesan melalui surat imajiner dari Tuhan kepada jemaat MUC-IC. Ide yang bertolak dari Kitab Wahyu pasal 2 dan 3 ini dianggap dapat menjadi medium penyampaian Firman yang lebih interaktif kepada jemaat.
Salah satu pertanyaan yang membekas dari surat tersebut yakni ‘apakah pertambahan jumlahmu diikuti juga dengan pertumbuhan imanmu kepada-Ku dan semakin hangatnya kasihmu satu kepada yang lain?’ Sebuah pertanyaan reflekti bagi jemaat. “Saya ingin mengingatkan, di tengah kemapanan dan kenyamanan yang ada, jangan sampai kita terlena, lalu lupa akan misi kita di dunia,” jelas Pendeta Ayub, “dan jangan juga kita hanya bertambah secara kuantitas, namun tidak bertumbuh secara kualitas. Pertambahan jumlah harus didasari pada pertumbuhan iman dan kasih jemaat.”
‘Aku menjadikanmu sebagai jemaat yang dewasa agar kamu semakin menjadi penyalur berkat, bukan penimbun berkat’. Itulah bunyi salah satu pesan penutup dari ‘Surat Tuhan’ tersebut. Hal ini merupakan perwujudan dari salah satu pengharapan Pendeta Ayub kepada MUC-IC maupun jemaat-jemaat Indonesia di Australia lainnya. “Sudah saatnya MUC-IC tidak hanya asyik ke dalam, tetapi juga aktif melakukan pelayanan ke luar,” jelas Pendeta Ayub. Pelayanan ke luar sangat penting karena dengan cara itulah orang-orang di lingkungan sekitar dapat merasakan keberadaan Gereja seperti MUC-IC, sebagai perpanjangan kasih Kristus, secara nyata.
Pelayanan ke luar harus mampu menjangkau baik masyarakat Australia, maupun Indonesia. “Gereja Indonesia ditempatkan oleh Tuhan di Australia pasti bukan hanya untuk berkumpul-kumpul dan membesarkan diri, namun harus membuat negeri yang kita tinggali ini menjadi tempat lebih baik,” jelas Pendeta Ayub. Tak lupa, jemaat Gereja Indonesia pun harus tetap mampu menjadi berkat bagi Tanah Air tempatnya berasal. “Jadi kita perlu melakukan misi pelayanan bagi Australia, negeri yang kita tinggali, maupun Indonesia, negeri tempat kita berasal,” ujar Pendeta Ayub seraya menutup pembicaraan.
Semoga pada ulang tahun ke-30 ini, MUC-IC dapat terus berkembang sebagai jemaat, terus berpegang kepada Tuhan serta menyalurkan berkat kepada masyarakat sekitar.
** Ucapan Selamat dan Harapan bagi MUC-IC **
It has been 30 years and MUC-IC has grown a lot, tapi akan selalu ada challenges ahead. Kita sebagai gereja harus bisa bersyukur kepada Tuhan karena Dia selalu menyertai kita. Percaya bahwa rencanaNya akan indah pada waktuNya. Harapanku, acara ini tidak hanya menjadi sekadar acara dan perayaan – it is not the end. Tetapi acara ini sebagai awal pengingat bagi jemaat MUC-IC untuk semakin dekat dengan Tuhan dan semakin dekat dengan visi gereja kita.
Dearest my MUC-IC, happy 30th birthday! Semoga gereja MUC-IC dapat semakin dewasa, bisa menjadi ‘rumah’ bagi jemaat yang beriibadah di dalamnya, serta menjadi berkat untuk Australia dan Indonesia. Sebagai gereja etnik Indonesia yang berada di Australia, semoga MUC-IC bisa fleksibel dalam menghadapi perubahan-perubahan dinamis yang terjadi di dunia ini dan terus memancarkan kasih dan terang Yesus. God bless!
Happy 30th birthday MUC-IC! Saya berdoa semoga MUC-IC lewat para jemaatnya bisa terus menjadi garam dan terang bagi masyarakat di Melbourne!
Semoga MUC-IC semakin berkembang dan dewasa dalam Tuhan. Tetap melakukan segala aktivitas dengan tujuan utama memuliakan nama Tuhan. Saya berharap MUC-IC bisa terus menjadi rumah dan keluarga untuk warga Indonesia di Melbourne yang jauh dari keluarga di Indonesia. Saya juga berdoa agar komunitas youth kita (MYF) pun bisa semakin bertumbuh dan memberikan yang terbaik untuk Tuhan.
flase
foto: muc-ic