Menyusul kesuksesannya tiga tahun lalu, Australian Indonesian Association of Victoria (AIAV) menggelar kembali acara makan malam tahunan bertajuk “AIAV Annual Dinner 2019” dan mengundang anggota dari organisasi yang sudah berdiri sejak 1956 tersebut.

Steve Dobney, Ketua AIAV sejak 2016, mengatakan bahwa acara ini membuka ruang bagi para anggota untuk bertemu satu sama lain selain menjadi kesempatan menunjukkan kontribusi AIAV kepada negara Indonesia.

“Kami punya beberapa tujuan untuk acara ini. Yang pertama adalah untuk memberi kesempatan bagi anggota kami untuk bertemu dengan kawan lama dan bertemu kawan baru,” kata Steve yang pernah tinggal di Indonesia selama satu tahun.

Jewel Topsfield menceritakan pengalamannya sebagai koresponden Indonesia di tahun 2015-2018

“Yang kedua, acara ini menjadi kesempatan bagi kami untuk menceritakan aktivitas yang kami lakukan, misalnya AIAV memberi sumbangan kepada dua organisasi di Indonesia.”

Tarian daerah dari Sanggar Lestari Melbourne menghibur para tamu yang sedang menyantap hidangan makanan Indonesia dan bercakap-cakap dengan rekan mereka di meja masing-masing.

Kesempatan ini juga digunakan oleh AIAV untuk meluncurkan sebuah buku resep makanan Indonesia berjudul “How to Cook Indonesian Food” tulisan  A.G. Thomson Zainu’ddin yang juga adalah anggota AIAV pada tahun 1956.

“Buku ini memiliki lebih dari 140 resep masakan Indonesia yang dirangkum dalam 72 halaman dengan ilustrasi makanan oleh mahasiswa dari RMIT University.”

Ia menceritakan tentang bagaimana buku terbitan tahun 1965 tersebut sebelumnya sudah dicetak sebanyak tujuh kali hingga tahun 1982 dan sudah terjual sebanyak 700 kopi. Penulis buku tersebut adalah Ailsa Gwyneth Thomson yang lahir di Melbourne.

“Di tahun 1952 di Canberra, Ailsa bertemu dengan diplomat Indonesia dan mantan pejuang kemerdekaan bernama Zainuddin. Beberapa tahun setelahnya ia berada di Jakarta dan bekerja di Departemen Pendidikan,” cerita Steve kepada para tamu.

“Lalu mereka kembali ke Melbourne di tahun 1956 dan di tahun inilah kemungkinan mereka bergabung dengan AIAV karena Dean adalah Presiden AIAV di tahun 1963-1964.”

Selanjutnya, penonton juga diperkenalkan kepada tamu pembicara yang diundang malam itu, yakni editor Melbourne koran The Age, Jewel Topsfield yang pernah menjadi koresponden Indonesia untuk The Age dan Sydney Morning Herald di tahun 2015 sampai 2018.

Makan malam mengundang lebih dari 100 tokoh masyarakat

Terinspirasi Orang Indonesia

“Sungguh tiga tahun yang luar biasa dan saya merasa banyak hal luar sangat besar terjadi selama itu. Saya sadar sekarang banyak hal menarik selalu terjadi. Indonesia memang negara menakjubkan dan dinamis,” ungkap wartawan yang memenangkan penghargaan $20,000 Lowy Institute Media itu.

Ia pun menceritakan tentang pengalamannya meliput kejadian-kejadian penting di Indonesia seperti eksekusi pengedar narkoba dari Australia.

“Ketika di Indonesia saya meliput eksekusi Andrew Chan dan Myuran Sukumaran, itu ketika saya baru enam bulan ada di sana. Jadi saat itu benar-benar sedang heboh. Saya juga meliput hukuman penistaan agama Ahok, dan banyak cerita lainnya.”

Kata pembuka sebagai perkenalan diri pada para tamu tersebut ia lanjutkan dengan cerita tentang orang-orang di Indonesia yang paling menginspirasi. Salah satunya adalah Kepala Pusat Data, Informasi dan Hubungan Masyarakat di Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB).

“Suatu hari saya menangis di meja saya, dan alasannya adalah karena waktu itu saya menerima informasi bahwa seorang pria Indonesia yang sangat menginspirasi meninggal dunia, namanya Pak Sutopo.”

Jewel menceritakan bagaimana pertama kali bertemu dengan Sutopo, ketika mendapat kesempatan untuk mewawancarai beliau dan hubungan akrab  antara pria tersebut dengan para wartawan di Indonesia termasuk dirinya sendiri.

Hiburan dari Sanggar Lestari Melbourne

“Saya mewawancara beliau dan menurut saya dia memiliki karakter yang sangat unik. Reaksi dari artikel yang saya tulis pun sangat lah menarik, terutama dari orang-orang Indonesia yang berkata ‘sangat benar’, mereka tahu beliau suka menolong orang,” ucap Jewel dengan mata berkaca-kaca.

“Ia sangat menginspirasi karena bagaimana cara ia memperlakukan orang lain, dan beliau juga mempengaruhi persepsi dunia terhadap Indonesia, meski tidak melakukan hal khusus untuk mempererat hubungan Australia dan Indonesia, misalnya.”

“Beliau dikenal karena menjadi orang baik.” ungkap Jewel.

Memperkuat Hubungan lewat Bahasa

Sebagai Presiden AIAV yang ke-25, Steve ingin menjalankan misi dasar dari organisasi tersebut yang adalah “untuk memelihara dan menyebarluaskan pertemanan, pengertian dan hubungan baik antar orang-orang Indonesia dan Australia”.

“Cara utama kami untuk mewujudkan misi ini adalah dengan mengadakan kelas Bahasa Indonesia, yang telah sudah sejak lama organisasi ini lakukan. Selain itu, bersama dengan organisasi partner kami, IndoAustay, kami menjalankan program imersi dan pertukaran pelajar.”

Program lainnya yang menjadi rencana dari AIAV adalah berkaitan dengan usaha mempromosikan pariwisata Indonesia selain Bali.

“Satu rencana yang belum sempat kami laksanakan adalah untuk bekerjasama dengan agen travel dan menawarkan tur kecil-kecilan ke daerah di Indonesia selain Bali.”

Sebagai organisasi yang dapat dibilang senior, AIAV juga bekerjasama dengan organisasi Australia-Indonesia lainnya. Pria yang pertama kali belajar Bahasa Indonesia di tahun 1973 ini mengatakan bahwa AIAV juga sering memberikan sponsor kepada acara-acara Indonesia di Melbourne.

“Cara utama kami bekerja dengan organisasi lain adalah dengan menjadi sponsor untuk acara seperti Indonesian Film Festival dan kunjungan Cak Lontong ke Melbourne,”

“Kini kami sedang bekerjasama dengan Balai Bahasa dan Budaya Indonesia Victoria dan Tasmania (BBBIVT) untuk menghadirkan koki Indonesia Sisca Soewitomo ke sini. Selain itu, kami juga mempromosikan kegiatan organisasi lain melalui newsletter dan akun Facebook.”

Tentang keberadaan rencana untuk regenerasi anggota, Steve mengatakan terbuka terhadap anggota baru yang membawa semangat baru.

“Kami selalu mencari anggota dan komite baru yang akan membawa energi dan perspektif baru ke dalam asosiasi ini.”

Kemeriahan acara tersebut diakhiri dengan pembagian doorprize bagi para tamu dan tidak lain, menari poco-poco bersama.


APA KATA MEREKA

Tania O’ Brien
Guru Sains

I know this event through my daughter who’s on the committee. She helps out, she learns Indonesian on Tuesday night and my husband is also learning Indonesian. So they are both learning Indonesian.

I like the way they showcase the culture, the dance and music,  I think it’s really good, and it’s a good opportunity for people to chat and meet other people and network and everything. The food is yum!

Ann McCarthy
Petugas Arsip

I really enjoyed this event. I had an involvement with the cookbook. It’s been really enjoyable to be among some people I know, many I don’t, enjoyed the delicious food, it’s amazing, and the music, the dance, outstanding.

And the talk was interesting, the whole idea of people to people relationships. And it seems to me there’s something Indonesia brings out about person to person relationship and I don’t know why that is, but it seems like a very fascinating culture. 

I’m intrigued by the poco-poco dance. I like that there are so many vegetarian options since I’m a vegetarian.

Nasa