Sejak empat tahun yang lalu program SCENE (Science, Engineering, & Culture Exhibition) mulai dijalankan di bawah payung Universitas Tanjungpura (Untan), Pontianak, Kalimantan Barat. Adalah Dr Ferry Hadari, S.T., M.Eng. yang mencetuskan ide tersebut bersama beberapa rekannya untuk menjalankan SCENE meski harus mencari dana sendiri. Dosen Fakultas Teknik Untan itu melihat banyak mahasiswa yang memiliki bakat dan potensi namun belum ada kesempatan untuk tampil menunjukkan hasil karya mereka.

Banyak manfaat yang dapat digali melalui SCENE, antara lain membangkitkan rasa percaya diri para mahasiswa sehingga tidak merasa kalah dengan mahasiswa lain, bahkan di negara maju sekalipun. Melalui SCENE, pelajar berkesempatan untuk melakukan kunjungan ke universitas mancanegara untuk memperlihatkan kebolehan mereka. Kunjungan tersebut sekaligus mempromosikan kekayaan budaya Tanah Air melalui pertunjukan seni tari, nyanyian, dan lain sebagainya. Maka dari itu, tim Pembina SCENE melakukan seleksi ketat mahasiswa yang siap diterbangkan membawa nama Indonesia dan Untan secara khusus.
“Seleksi dinilai dari berbagai sisi. Dari riset, kemampuan berorganisasi, bisa pentas seni, dan sebagainya. Hingga akhirnya terpilih 15 pelajar dari sekitar100 yang mendaftar,” papar Ferry, “dan setiap tahun tentunya akan memberikan kesempatan pada pelajar lain untuk ikut seleksi.”

Kontingen pertama, yakni pada tahun 2012, diberangkatkan ke negeri jiran Malaysia untuk mengunjungi Universiti Malaysia Serawak. Tahun berikutnya, grup pelajar yang berbeda terbang ke Johor Baru pada tahun 2013 dan Jepang pada 2015. “Tahun 2014 tidak berangkat karena harus mengumpulkan dana untuk perjalanan ke Jepang,” kata Ferry.
Tahun ini, rombongan SCENE berhasil memamerkan kebolehan mereka di hadapan beberapa dosen dan khalayak akademisi serta petinggi perusahaan food innovation di Melbourne. Total ada 9 pelajar dan 5 pendamping yang mampir ke Melbourne selama lima hari. “Sayang, dari 15 hanya 9 yang bisa berangkat karena ada tugas penting lainnya,” jelas Ferry seraya bersyukur program ini masih bisa berlangsung hingga tahun ini dan semakin baik.

Awal kerjasama yang terjalin dengan Monash University adalah melalui perkenalan Ferry dengan salah seorang dosen universitas tersebut di Kalimantan. Dr Max Richter mengatakan, dirinya tengah melakukan penelitian ilmiah di Pontianak pada tahun 2014, di situ lah ia mengenal Ferry. Max pun menyambut baik kerjasama untuk melaksanakan program SCENE di kampusnya karena dirinya menilai ini sangat bermanfaat terutama untuk menambah wawasan kedua belah pihak.

Dalam persiapan penyelenggaraan ajang diskusi akademis yang dilangsungkan di Monash Club, Clayton campus, Max dibantu oleh PPIA Monash University serta mendapatkan dukungan dari Monash University’s Global Engagement.
Acara malam itu menampilkan presentasi ilmiah dari mahasiswa Untan, diantaranya bagaimana memproses buah mangrove yang notabene merupakan hasil alam Kalimantan Barat menjadi dodol serta dari tumbuhan lidah buaya menjadi produk perawatan tubuh, body scrub. Di samping itu, mereka juga mampu menghibur para tamu dengan pentas pencak silat, Tari Dayak, menyanyikan lagu Tanah Airku, dan banyak lagi.
Tahun depan, SCENE berencana untuk dapat mengunjungi perguruan tinggi di Perancis.
***
Komentar Ketua PPIA Monash University

PPIA Monash merasa sangat beruntung untuk dapat ikut andil dalam kunjungan tim SCENE ke Monash University. Para pengurus mendapat kesempatan untuk berkenalan dan berdiskusi dengan teman-teman dari UNTAN, dimana mereka mempunyai jam terbang dan pengalaman yang cukup membanggakan di bidang tur akademis (conference dan pertukaran pelajar). Walaupun jadwal dan acara kunjungan yang terkesan singkat dan sederhana, disitulah terdapat nilai intimasi dan kehangatan lebih yang diberikan acara berskala kecil. Sukses terus untuk teman-teman SCENE dan dosen-dosen UNTAN.
Foto: PPIA Monash