Ketua Umum KMA Join Kullit
Ketua Umum KMA Join Kullit

Membuka lembaran baru di tahun 2017, Kawanua Melbourne Australia (KMA), organisasi warga Minahasa di Victoria, kembali hadir dengan acara tahunan “Kunci Taong”, di aula Gereja Caufield Indonesian Uniting Church, pada penghujung Januari kemarin.

“Kunci Taong” merupakan perayaan seremonial yang diadakan setiap akhir bulan Januari, dimana rakyat Manado mengucap syukur atas segala berkat yang telah diterima di tahun sebelumnya, dan memohon penyertaan untuk tahun yang baru.

Ketua Panitia “Kunci Taong” 2017 Eddy Kalesaran
Ketua Panitia “Kunci Taong” 2017 Eddy Kalesaran

Eddy Kalesaran, Ketua Panitia “Kunci Taong” 2017 melihat acara ini sebagai kesempatan bagi masyarakat Indonesia, terutama Manado, untuk mengalihkan fokus dari kesibukan pribadi, dan menghabiskan waktu bersama kerabat dari Tanah Air.

Uniknya, ternyata tidak hanya orang Manado saja yang diundang ke acara ini. Join Kullit selaku Ketua Umum KMA, mengatakan bahwa tamu undangan yang hadir berasal dari latar belakang suku dan kewarganegaraan yang cukup beragam, mulai dari Batak, Jawa, Ambon, Papua, hingga Australia sendiri.

Tari Mayong oleh penari Maria Leeds
Tari Mayong oleh penari Maria Leeds

Berbeda dari pesta tahun baru sebelumnya, acara “Kunci Taong” kali ini menampilkan lebih banyak tarian. Tiga tarian yang ditampilkan antara lain adalah Tari Pisok dan Tari Tetengkoren dari Manado, serta Tari Mayong dari Jawa Timur. Selain itu, tim alat musik kolintang juga ikut mementaskan beragam lagu daerah, yang salah satunya adalah tembang yang sudah tak asing lagi; Halo, Halo Bandung. Inilah yang membuat perayaan menjadi lebih meriah.

Persembahan musik kolintang yang memanjakan telinga
Persembahan musik kolintang yang memanjakan telinga

Dengan diadakannya acara yang bertajuk Biar torang bakubeda, mar torang tetap satu (“Walaupun berbeda tapi tetap satu”), Join berharap agar masyarakat Indonesia dari berbagai daerah, serta masyarakat Australia yang hadir, dapat berkumpul bersama untuk merayakan keberagaman yang ada, sambil mempelajari juga kebudayaan yang baru.

Dan karena dihadiri oleh masyarakat multikultural, acara ini pun sekaligus dijadikan kesempatan untuk memperlihatkan keindahan kota Manado melalui film pendek yang menampilkan beberapa objek wisata terkenal, seperti Jembatan Ir. Soekarno dan Rumah Adat Walewangko.

Sajian hidangan khas Minahasa digemari seluruh pengunjung
Sajian hidangan khas Minahasa digemari seluruh pengunjung

Usai pembawaan firman, untuk hidangan makan malam, lidah para tamu dimanjakan dengan hidangan khas Manado, mulai dari makanan pembuka, kue-kue, hingga minuman segar. Setelah kembali ke tempat duduk masing-masing, hadirin kemudian menerima kata sambutan dan ungkapan terima kasih dari Bapak Join Kulli dan Bapak O’Conroy Doloksaribu, Konsulat KJRI Melbourne.

Pada kesempatan yang sama, Konsul Muda Pensosbud

KJRI Melbourne Oldrin R Lawalata menyampaikan sepatah dua kata perpisahan kepada anggota Kawanua Melbourne. Beliau akan segera kembali ke Ibu Kota karena masa baktinya di Melbourne telah usai.

Setelah seluruh rangkaian acara terlaksana dengan lancar, panitia segera menggeser meja-meja di tengah ruangan agar tercipta ruang bagi tamu hadirin yang menunggu hingga akhir acara untuk berdansa bersama. Sungguh

Penyampaian firman oleh Pdt. Samuel Parabak
Penyampaian firman oleh Pdt. Samuel Parabak

terasa kekeluargaan yang merupakan harapan dari diadakannya acara tahunan ini.

Setelah empat jam berlangsung, acara ini ditutup dengan sesi foto bersama dan ramah tamah.

 

Nasa

APA KATA MEREKA

 

CORRY PARABAK
CORRY PARABAK

CORRY PARABAK

Saya dari Sumatera Utara, dan saya tahu acara ini dari teman gereja. Saya kebetulan juga memang banyak bergaul dengan orang Manado. Acara ini menurut saya bagus banget untuk mempererat hubungan orang-orang Manado se-Victoria, agar mereka terus memegang budaya aslinya, dan biar gak lupa. Yang saya sukai dari acara ini adalah tari-tariannya, kemudian dalam acara ini saya juga bisa bertemu teman-teman lama yang sudah lama gak ketemu. Selain itu, makanannya juga enak-enak!

Untuk masukan sih, mungkin, bisa dibuat lebih besar lagi acaranya, supaya warga Indonesia lain bisa tahu ada komunitas Manado ataupun daerah lain, agar mereka juga bisa datang dan menikmati penampilan daerah yang ada.

 

SISKA DART
SISKA DART

SISKA DART

Acara ini bagus, ya. Karena pengalaman saya, dengan acara-acara seperti ini kita bisa merasakan sebuah kebersamaan di antara keluarga besar. Acara ini saya rasa sangat berguna untuk orang-orang yang lahir di sini, dan ingin tahu tentang kota kelahiran orangtuanya, atau Oma Opanya. Jadi, dengan adanya acara ini anak-anak itu bisa belajar banyak. Dan saya sendiri merasa seperti kembali pulang ke kampung halaman. Karena menurut saya, memang, kekeluargaan orang Manado itu sangat erat, ya.

Saya kebetulan, juga anggota non-aktif tapi aktif, karena sering berpergian. Tapi biasanya saya tahu acara seperti ini dari Facebook atau gereja, dan kadang dihubungi langsung oleh panitianya.

Dari acara ini, favorit saya adalah musik kolintang, tarian Minahasa, dan seperti biasa, makanan tradisional, dan biasanya pada akhir acara akan ada poco-poco bersama.

Saya rasa, untuk acara ini sih mungkin supaya bisa lebih banyak yang datang, mungkin lebih diperpanjang waktu penyebaran undangannya. Karena kalau sudah dari jauh-jauh hari, kemungkinan orang juga bisa ada rencana, bisa digeser-geser dulu acara yang lainnya.

 

HELEN HUTAJULU
HELEN HUTAJULU

HELEN HUTAJULU

Menurut saya, acara ini sangat mengesankan. Saya tahu acara ini dari teman satu gereja. Ada orang Manado yang mengundang saya ke acara ini. Saya sendiri dari Sumatera Utara. Tapi pada umumnya, orang Manado dan orang Batak itu suka berteman, gitu loh. Jadi kalau kita punya acara, orang Manado juga suka datang. Jadi saya pikir, kita memang harus saling support.

Acara ini tentunya dapat meningkatkan hubungan antar sesama bangsa. Apalagi dengan adanya sesi menari dan makan bersama. Rasanya seperti pulang kampung. Apalagi di acara ini kan pada umumnya juga banyak suku-suku lain. Bukan dari Manado saja. Saya saja melihat orang batak disini ada lebih dari 25 persen. Saya sampai berpikir, ”banyak juga ya?”

Bagian favorit saya adalah makanannya. Enak sekali. Apalagi kue-kue, ikan, dan rica-ricanya. Wow! Pokoknya masakan Manado gak ada tandingannya, deh!

Untuk kritik sih gak ada ya. Mungkin karena sudah terbiasa mengadakan acara seperti ini, semuanya bisa dibilang sudah lengkap. Semuanya sudah bagus, gak ada yang kurang, tempatnya juga lumayan bagus.