Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) cabang Victoria kembali mengadakan Latihan Dasar Kepemimpinan (LDK) pada awal Oktober kemarin. Berbeda dari tahun-tahun sebelumnya, LDK 2015 mengambil tema Empowerment Leadership dan diadakan seluruhnya di Melbourne CBD. Berbekal materi-materi inspiratif dan berbagai aktivitas yang menarik, LDK 2015 tetap mampu menjadi wadah kaderisasi calon-calon pengurus PPIA selanjutnya.
Keisya Irvi Meilia, co-project manager dari LDK tahun ini, menyatakan bahwa tema Empowerment Leadership tahun ini lebih berfokus pada perkembangan tim – berbeda dengan tema tahun lalu, Creative Leadership. “Creative Leadership lebih berfokus pada pengembangan seorang pemimpin dari sisi tiap individu,” jelas Keisya, “sedangkan untuk tahun ini, kami ingin menyampaikan cara-cara agar seorang ketua dapat mengikutsertakan seluruh anggota tim agar ikut berandil untuk mencapai goal tertentu.”
Tema ini tentunya terlihat jelas lewat presentasi para speakers di hari pertama LDK 2015. Bertempat di gedung RMIT, 3 orang pemimpin dari kepengurusan PPIA hadir untuk menyampaikan beberapa materi dan membagikan pengalaman pribadi sesuai tema Empowerment Leadership. Stacey Hutapea, (mantan) Ketua PPIA Monash University 2014/2015, hadir menjadi pembicara pertama untuk menyampaikan pentingnya delegation dalam sebuah kepemimpinan. Stacey menekankan pentingnya seorang ketua untuk selektif dalam pembagian tugas sambil terus membantu seluruh timnya untuk bertumbuh. Berdasarkan pengalamannya mengetuai lebih dari 30 orang dalam tim PPIA Monash, Stacey menyampaikan pentingnya mengintegrasikan berbagai individu dengan latar belakang dan aspirasi yang berbeda dalam satu tujuan yang sama. “Ingat, PPIA adalah tempat kita semua untuk belajar dan cooperate with each other,” tegas Stacey.
Bianca Winata, Sekretaris PPIA University of Melbourne 2014/2015, ikut menyampaikan tips dan trik singkat mengenai Performance Feedback di panggung. Bianca menekankan pentingnya memberikan feedback seusai acara dengan cara yang ramah namun terbuka. Dalam pemberian feedback, Bianca menyarankan metode sandwich: dimulai dengan penyampaian yang ramah, dilanjutkan dengan penyampaian masukan dan ditutup dengan pemberian motivasi. “Yang pasti, feedback harus tetap terbuka dan jujur karena tim harus tetap mampu menaruh kepercayaan kepada kalian,” ujar Bianca.
Rangkaian pembicara pada hari pertama ditutup oleh Mutiasari Handaling – Ketua PPIA Victoria 2014/2015 dan Ketua Umum PPI Australia 2015/2016 – yang menyampaikan materi Transparency and Appreciation. Mutia memberi penekanan lebih pada topik appreciation. “Memberikan apresiasi bukan hanya sekadar berterimakasih, namun benar-benar mengakui bahwa sesuatu yang dilakukan itu valuable,” tegas Mutia. Untuk menekankan poin tersebut, Mutia mengadakan aktivitas kecil dengan cara memberikan hadiah kecil bagi setiap peserta yang mampu mengingat nama peserta lain dengan tepat. Terkait dengan game tersebut, Mutia menekankan bahwa pemberian apresiasipun tidak bisa diberikan kepada semua orang. “Berikanlah apresiasi hanya kepada orang-orang yang sesuai,” tutup Mutia.
Rangkaian materi tersebut diaplikasikan secara nyata pada acara kedua LDK 2015 dimana peserta dibagi dalam beberapa tim yang harus menjalankan aktivitas semacam amazing race di sekitar Melbourne CBD. Rangkaian aktivitas ini tentunya menjadi wadah pengaplikasian delegation in leadership, performance feedback dan transparency and appreciation yang disampaikan pada hari pertama.
Walau LDK tahun ini hadir dalam format yang berbeda, Keisya mengaku sangat puas terhadap antusiasme peserta. “LDK tahun ini diadakan di city tanpa menginap dengan pertimbangan kesibukan peserta untuk persiapan ujian pada akhir Oktober,” ujar Keisya. Kendatipun, acara tetap terbilang sukses dengan hadirnya 25 peserta yang memiliki komitmen tinggi. “Bahkan ada beberapa peserta dari Deakin University yang ikut walaupun mereka sedang menjalani exam week!” Terang Keisya, “ini tentunya menunjukkan bahwa peserta tahun ini adalah orang-orang yang benar-benar ingin belajar dan bergabung dengan PPIA.”
Keisya tentunya berharap antusiasme peserta LDK tahun-tahun berikutnya tidak akan surut. “Acara ini adalah acara yang serius – kami benar-benar berusaha mengembangkan bibit-bibit PPIA,” ujar Keisya. Kendati kesuksesan format tahun ini, Keisya tetap berharap adanya acara menginap untuk LDK selanjutnya demi membangun kebersamaan yang lebih erat antar peserta LDK.
flase
foto: ppia vic