Waktu berjalan begitu cepat, tanpa terasa masa jabatan Y. Kristiarto Legowo sebagai Duta Besar Rakyat Indonesia untuk Australia dan Vanuatu pun berakhir. Walau sempat diundur selama setahun dikarenakan pandemi COVID-19, Kristiarto akhirnya berpamitan dengan warga Indonesia di Australia di bulan Oktober 2021. Sesi perpisahan melalui virtual yang digelar pada Jumat, 15 Oktober lalu tersebut diadakan oleh Indonesian Diaspora Network (IDN) Australia dan dihadiri oleh puluhan perwakilan masyarakat dan tokoh agama dari seluruh pelosok Australia.
‘Datang tampak muka, pergi tampak punggung’
Dubes Kristiarto mengucapkan salam perpisahannya kepada para masyarakat dengan mengutip pribahasa ‘datang tampak muka, pergi tampak punggung.’ Pribahasa yang dapat diartikan bahwa hendaklah seseorang datang dan pergi dengan baik-baik itu merupakan filosofi yang dipegang oleh Dubes Kristiarto baik sebagai seorang pejabat publik maupun bagian dari keluarga besar diaspora Indonesia di Australia.
“Datang tampak muka, sebagai pejabat publik, merupakan kehormatan yang besar bagi saya untuk mewakili NKRI di Australia. NKRI yang berlandaskan ideologi pancasila, dasar konstitusi UUD 1945, dan memiliki semboyan Bhineka Tunggal Ika,” ujar beliau. Mengamankan dan memajukan hubungan Indonesia-Australia, menjalin diplomasi ekonomi Indonesia, dan memberikan pelayanan dan perlindungan masyarakat Indonesia di wilayah kerja pemerintah Indonesia di Australia terus menjadi prioritas Dubes Kristiarto selama masa jabatan beliau.
“Pergi tampak punggung bicara akuntabilitas saya terhadap seluruh rakyat Indonesia di Australia, termasuk warga Indonesia yang telah berpindah warga negara menjadi Warga Australia,” tegas Dubes Kristiarto. Menurut pandangan beliau, perbedaan WNI dan WNA hanyalah selembar paspor dan walau seorang WNI telah berpindah warga negara menjadi WNA sekalipun beliau akan tetap memberikan perlindungan yang sama jika dibutuhkan.
Tak lupa, Dubes Kristiarto juga menyampaikan apresiasi terhadap para warga Indonesia yang senantiasa mendukung tugas beliau dan turut memajukan diplomasi ekonomi dan hubungan bilateral Indonesia-Australia. Dengan penuh haru, pria asal Magelang tersebut bahkan menitikkan air mata sebelum mengakhiri pidato perpisahan beliau.

“Saya sangat cinta diaspora Indonesia di Australia, saya betah tinggal di Australia karena para diaspora,” tutupnya. Guna menghibur suasana yang dipenuhi melankoli tersebut, Dubes Kristiarto juga menyempatkan merekam video dirinya menyanyikan lagu tradisional Batak ‘Boasa Ingkon Pajumpang’ sebagai penutup dari sesi perpisahan tersebut.

Kesan-kesan masyarakat
“Saya sangat kagum dengan tangan dingin Pak Kris yang meski ditengah pandemi mampu memajukan perjanjian dagang IA-CEPA. Juga pertolongan-pertolongan yang telah diberikan untuk memulangkan para student di awal pandemi,” ungkap Sulistyawan Wibisono selaku presiden IDN Australia. Sentimen mengenai aktifnya Dubes Kristiarto dalam mendukung dan menghadiri kegiatan masyarakat Indonesia di seluruh Australia pun tak lupa disampaikan oleh Hendra Wijaya (presiden IDN NSW) dan Betsy Phillips (perwakilan IDN ACT).

Bagi para pemuka agama seperti Nadirsyah Hosen (perwakilan Nahdlatul ‘Ulama / NU), Ustad Hamim (ketua PCIM Muhammadiyah), dan Romo Boni Buahendri, Dubes Kristiarto juga merupakan pejabat diplomatik yang peduli terhadap kehidupan beragama para rakyat Indonesia. Hal ini terbukti dari kesediaan beliau dalam menghadiri acara-acara keagamaan penting seperti Gus Dur Memorial Lecture yang diadakan di Monash University, Melbourne, dimana beliau menyempatkan diri untuk terbang dan tak hanya menghadiri tapi juga memberikan keynote speech di acara tersebut.

Terima kasih atas pengabdian dan pelayanan Pak Dubes selama 4 tahun ini. Selamat jalan kembali ke tanah air dan sukses selalu di jenjang karir Anda berikutnya Pak Kris!