Kesempatan untuk berkomunitas banyak ditemui di Australia, tapi mungkin bisa jadi malah bikin Anda bingung memilih untuk bergabung ke mana. Nah, Buset ingin mengajak Anda berkenalan dengan Krakatoas FC yang membuka kesempatan untuk berkomunitas sambil mengenal lebih jauh Australia melalui olahraga footy. Beberapa waktu lalu Buset bertemu dengan founder sekaligus head coach dari Krakatoas FC, Iain Shearer, yang dengan senang hati berbagi pengalaman dan visi misinya untuk Krakatoas FC.

Asal Muasal Krakatoas FC
Jika sering berakhir pekan di pusat kota Melbourne dari bulan Februari hingga Agustus, Anda akan menemui kerumunan orang mengenakan scarf, beanie, baju seragam, hingga membawa bendera dan melukis wajah dengan warna tim favorit. Mereka adalah para suporter footy, olahraga yang sangat populer di Australia. Footy merupakan kombinasi permainan sepakbola dan rugby dengan sedikit sentuhan hockey, basket, lacrosse dan voli. Dimainkan di lapangan oval seperti Melbourne Cricket Ground, Etihad Stadium dan beberapa stadium di luar Melbourne seperti GMHBA Stadium, Gabba Stadium, Sydney Cricket Ground, dan masih banyak lagi.
Apabila Anda belum pernah pergi ke salah satu pertandingan footy di Melbourne atau kalaupun sudah pernah menghadiri salah satu pertandingan tapi kurang mengerti bagaimana aturan footy, Anda tidak perlu khawatir. Krakatoas FC bisa jadi tempat yang tepat untuk mengenal footy lebih dalam, termasuk sesi latihan agar fasih bermain footyseperti para pemain AFL (Australian Footbal League).

Krakatoas FC resmi berdiri bulan Juni 2017. Iain Shearer, sang pencetus, pernah 11 tahun tinggal di Indonesia. Namun di tahun 2015 ia memutuskan untuk kembali ke Australia. Ia mencatat, kebanyakan orang Indonesia tidak mau mencoba hal baru di luar zona amannya dan ada keengganan untuk mengalami cross culture sewaktu tinggal di Australia. Atau dengan kata lain, lebih memilih untuk berkomunitas dengan sesama orang Indonesia. Ia berharap dengan kehadiran Krakatoas FC dapat memberi ruang aman dan nyaman tersebut kepada orang Indonesia untuk merasakan berkomunitas – bertemu banyak orang, baik sesama orang Indonesia atau bukan – sambil merasakan kultur Australia lewat bermain footy.
Krakatoas FC terbuka untuk siapapun. Syaratnya pun tidak muluk-muluk, apabila Anda orang Indonesia atau warga Australia yang terhubung dengan komunitas Indonesia, Anda boleh bergabung. Ada biaya keanggotaan (membership fee), namun selebihnya saat Anda ingin berlatih kapanpun, Anda tidak akan dipungut biaya.
Walaupun Krakatoas adalah ruang untuk berkomunitas sambil berolahraga, bukan berarti mereka berlatih tanpa tujuan. Dalam satu tahun, ada kompetisi yang harus dijalani dengan komunitas footy lainnya, misalnya laga AFL 9s dan Footy 7s yang merupakan kompetisi sosial tanpa ada kontak atau tackle seperti di AFL. Tim Krakatoas sempat memenangkan pertandingan melawan tim yang sudah lebih dulu terbentuk dan hal tersebut tentu jadi pencapaian tersendiri. Krakatoas berusaha selalu memainkan orang Indonesia di lapangan sehingga mereka memiliki pengalaman bermain footy sehingga bisa membagikan pengalaman tersebut saat mereka harus kembali ke Indonesia.
“Untuk tempat latihan pada musim dingin seperti sekarang, kami sudah menyewa lapangan di North Melbourne. Biayanya sudah tertutup dari membership fee dan biasanya kami juga mengadakan penggalangan dana. Kegiatan kami juga tidak hanya latihan tetapi tentunya ada aktivitas sosial bersama seperti gathering untuk ber-barbeque, nonton pertandingan footy bareng hingga road trip untuk melihat sisi lain dari Australia,” ujar Iain.

Diplomasi Footy
Iain sangat berharap pengalaman bermain yang diberikan Krakatoas kepada orang Indonesia nantinya berdampak bagi hubungan dua negara, Indonesia dan Australia. Misalnya saja lewat program yang sudah disebutkan sebelumnya, meski liga tersebut lebih kecil cakupannya dibandingkan AFL tapi tentunya mampu memberikan pengalaman tersendiri bagi individu-individu yang bermain. “Bayangkan jika semua tim Krakatoas pulang ke Indonesia dan berbagi pengalaman mereka kepada teman-teman di Indonesia, berarti akan semakin banyak orang tertarik mengenal lebih jauh tentang Australia khususnya olahraga yang sangat populer ini,” serunya.
Buset juga dibuat penasaran, mengapa dinamakan Krakatoas? Rupanya nama itu diambil dari nama salah satu gunung di Indonesia yang lebih dikenal dengan sebutan Gunung Krakatau. Menurut Iain Krakatau sangat besar dan orang di seluruh penjuru dunia tahu saat gunung ini meletus. “Lagipula jika menamainya dengan Garuda sudah terlalu banyak yang pakai, jadi saya butuh nama yang berbeda,” bukanya. Selain berharap agar kian terdengar “gemuruh”-nya, Iain juga berharap Krakatoas bisa jadi salah satu komunitas olahraga yang memberikan satu ruang kenyamanan dan kekeluargaan orang-orang Indonesia sambil belajar mengenai Australia lewat olahraga dan jalinan cross cultureyang tulus.
Apa Kata Mereka

Evelynd | Mahasiswi tingkat Master di Monash University
Evelynd bergabung dengan Krakatoas dua tahun lalu. Selama di Indonesia tidak tergabung dalam klub olahraga, namun ketika mendapat beasiswa dari LPDP di Melbourne ia memberanikan diri untuk bergabung. Menurutnya, dua tahun bersama Krakatoas jadi paket komplit. Bisa mengenal soal olahraga yang Aussie bangetdan belajar bersoasialisasi dengan teman lokal dan global.
Bayu Pratama | Social Sciences (Youth Work) di RMIT University
Bayu bergabung dengan Krakatoas sejak tiga tahun lalu, bahkan boleh dibilang sejak tim ini berdiri. Bayu melihat ada banyak hal-hal positif di Krakatoas. “Di sini kita bisa berkembang jauh melampaui limit kita, ini adalah komunitas yang inklusif. Keuntungan lainnya tentu networkingdimana kita bisa lebih memiliki jangkauan sosial yang lebih luas tanpa memandang latar belakang, pekerjaan bahkan pendidikan. Tentunya hubungan Indonesia dan Australia dapat terjalin dan dipertahankan mulai dari level olahraga seperti bermain footydi Krakatoas, karena saya percaya olahraga adalah bahasa universal yang dapat menyatukan semua bangsa.”
Devina