Melbourne tak hanya terkenal sebagai salah satu kota paling nyaman di dunia, tapi juga terkenal karena budaya kopinya. Tak heran jika ajang seperti Melbourne International Coffee Expo (MICE) banyak digandrungi para pebisnis hingga pecinta kopi. Diadakan pada akhir pekan pertama Februari kemarin, acara tahunan berskala internasional ini dilangsungkan di Melbourne Convention and Exhibition Centre. Puluhan ribu orang datang mengunjungi, mulai dari berbagai negara penghasil kopi yang hadir memperkenalkan biji-biji kopi mereka dan juga berbagai kafe dan roaster yang berpartisipasi dan menghidangkan kopi kepada para pengunjung.

Sebagai informasi, pada tahun 2014 Melbourne didaulat sebagai tuan rumah untuk World Barista Championship, dan rencananya akan kembali menjadi tuan rumah bertepatan dengana MICE 2020.
Di antara pavilion yang berasal dari berbagai negara yang tenar dengan penghasilan kopinya, terlihat keberadaan Indonesia pavilion yang diwadahi Indonesia Trade Promotion Centre (ITPC) Sydney. Indonesia mengambil letak yang sangat strategis, yakni di depan pintu masuk MICE.
Selain bisa mencoba berbagai macam rasa dan aroma kopi, pengunjung juga dapat menyimak Australian Coffee Championships yang diadakan oleh Australian Specialty Coffee Association (ASCA). Kompetisi ini dipertandingkan dalam beberapa kategori, yaitu Barista Championship, Latte Art Championship, Cup Tasting Championship dan Brewers Cup.
ITPC hadir dengan memboyong beberapa nama, termasuk dari perkebunan kopi, kafe dan roaster yang menggunakan biji kopi Indonesia. Sebut saja PT Gayo Bedetak Nusantara, Publichood, The Q Coffee, Opal Coffee, Materia Coffee dan The Little Man cafe. Empat diantaranya berbasis di Australia; The Little Man Cafe di Melbourne, sementara Materia Coffee, Opal Coffee dan The Q Coffee di Sydney. Selain itu, ada juga kehadiran PT Hyunjin Indonesia yang memiliki stand sendiri dan mempromosikan produk paper cup.
Ketua ITPC Sydney, Ayu Siti Maryam, turut menghadiri MICE 2019. “Di pavilion ini juga diadakan sesi cupping, buat memberi kesempatan para pendatang untuk tahu tentang rasa kopi Indonesia”. Tujuan dari kehadiran ITPC dijelaskan beliau untuk “membuka lebih luas lagi pasar ekspor kopi Indonesia ke Australia. Karena MICE adalah pameran kopi internasional, jadi efektif bagi ITPC untuk ikut”.
ITPC Sydney yang beroperasi di bawah Kementerian Perdagangan Republik Indonesia kerap menjadi perantara bisnis melalui kebjiakan hubungan bilateral kedua negara. “Kita berfungsi sebagai business matching, mencari tahu bagaimana supplier produk Indonesia bisa menjajaki pasar Australia, memfasilitasi supplier agar bisa berhubungan dengan importir dari Australia,” tutur beliau.
Kopi Indonesia yang diperlihatkan pun berbagai macam. The Q Coffee, misalnya, pernah memperoleh urutan pertama dalam kategori Cappucino-Milk Blend dan urutan ketiga dalam kategori Espresso – single origin di Australia International Coffee Awards 2017. The Q Coffee hadir di MICE 2019 dengan membawa kopi yang berasal dari tiga daerah di Indonesia, yaitu kopi Toarco Toraja dari Sulawesi, Java Frinsa Estate dari Jawa Barat serta Kopi Solok Radjo dari Sumatera Barat.

Tak hanya itu, ada juga kopi Gayo single origin dari Aceh, diwakili oleh PT Gayo Bedetak Nusantara. CEO PT Gayo, Aryo Nugroho turut hadir di Indonesia Pavilion dan membagikan pengalamannya kepada Buset. “Dengan partisipasi ini, kita ingin meningkatkan nilai tambah para petani. Dari petani langsung kita proses sendiri, kita ekspor sendiri, tanpa middle-man. Tentu harapannya dengan terbuka akses, bisa ketemu market di sini. Kemarin juga banyak yang tertarik, dan banyak yang gak tau tentang kopi Gayo. Jadi selain menjual, kita juga mengedukasi ke pasar Australia tentang kopi Gayo”.
Nama-nama lainnya yang hadir di MICE 2019 termasuk St Ali, Toby’s Estate, AXIL Coffee, dan beberapa yang berasal dari negara-negara penghasil kopi; Brazil, Kolombia, Ethiopia, Honduras, dan masih banyak lagi.
Jadi patut bangga melihat Indonesia hadir di ajang internasional ini, bersaing dengan negara-negara penghasil kopi lainnya.
Apa Kata Mereka
Julius, Materia Coffee

Kita serving 3 kopi dari 3 daerah. Ada Java Frinsa dari Jawa, Toarco Toraja dari Sulawesi dan Solok Radjo dari Sumatera. Brand Materia ini awal mulanya sebagai side project. Kita beroperasi online, dan sudah ada supply ke beberapa coffee shop di Sydney. Untuk biji kopi dari Indonesia kita dapat supply dari Q coffee dan Opal Coffee, tapi kita juga ada biji kopi dari negara lain. Dengan kehadiran di sini, mainly ingin promote kopi Indonesia. Banyak orang pikir bahwa kopi Indonesia itu rasanya earthy, tapi sebenarnya banyak kopi Indonesia yang rasanya fruity, manis. Banyak kopi Indonesia yang bagus. Mungkin karena ada persepsi yang kurang bagus terhadap kopi Indonesia. Jadi kita mau showcase kopi Indonesia.
Grace, Pt Hyunjin Indonesia

PT Hyunjin memproduksi paper cup, material kertasnya dibuat dari Jepang dan Korea, untuk printing bisa dilakukan di pabrik Indonesia, tergantung keinginan customer. Kalau untuk penjualan di Australia, kita sudah jual mesin produksi. Mesin produksinya buatan Korea. Customer-customer besar yang menggunakan mesin kita, termasuk Indofood. Ini pertama kalinya cabang Indonesia berpartisipasi di MICE. Kita hadir di acara ini karena kita menemukan bahwa pasar di Australia besar, dengar-dengar ada perusahaan dari Indonesia yang bisa mengirim 20 juta paper cups ke Australia per bulan, jadi kita mau pasang target distributor di Australia.
Orchida Danudjaja, Wakil Konsul Ekonomi KJRI Melbourne

Untuk para petani, ini menjadi sebuah jalur distribusi yang dibantu oleh pemerintah. Kehadiran di Indonesia Pavilion yang diadakan oleh ITPC ini tidak dipungut biaya. Dengan clustering di Indonesia Pavilion, dimana ada importir biji kopinya, coffee shops, dan ada juga perwakilan dari petaninya langsung dari Indonesia, semuanya bisa dipromosikan. Biar juga memperkenalkan bahwa kopi dari Indonesia sebenarnya banyak macam dan juga kualitas premium!
Denis