Marhaban ya Ramadhan!
Itulah seruan yang kerap diucapkan berbagai kalangan dan lapisan umat Muslim di seluruh dunia. Mulai dari usia senior hingga muda mudi tentu tidak mau melewatkan dan selalu bersemangat menyambut Bulan Ramadan. Tak ketinggalan, wajah-wajah yang Anda lihat di halaman premium Buset edisi Juni 2018 ini adalah mereka yang terlibat secara langsung dalam pengadaan program Ramadan yang digelar pada minggu terakhir Mei kemarin. Penasaran siapa mereka? Yuk berkenalan lebih lanjut dengan Mujib, AJ, Farah, Jundi, Emily dan Melissa melalui cerita berikut ini!
Ya, tepat pada 26 Mei telah berlangsung acara buka puasa bersama yang dicanangkan para pemuda/i Muslim Indonesia yang ada di Melbourne. YIMSA atau Young Indonesian Muslim Student Associationberkolaborasi dengan MYSK (Muslim Young Seeking Knowledge) -komunitas mahasiwa Indonesia yang lahir dan besar di Australia- mengadakan MY IFTAR (MYSK-YIMSA IFTAR) 2018 yang sukses mengajak sekitar 200 partisipan untuk hadir di lokasi acara, tepatnya di KJRI Melbourne.

Tidak hanya buka puasa, para peserta juga diajak untuk bergabung dalam diskusi dan bertukar pendapat, terlibat dalam permainan menarik, shalat maghrib bersama serta tarawih berjamaah.
Sebagai wadah rohani untuk para pelajar dan pendatang dari Indonesia, YIMSA berharap dapat mempererat tali silaturahmi, salah satunya melalui acara anual MY IFTAR yang telah memasuki tahun kelima menemani kaula muda menjalani puasa di Melbourne.
“Banyak dari para pelajar yang tinggal di Melbourne kehilangan suasana dan semaraknya bulan Ramadan yang biasa mereka rasakan di Indonesia. Di sini, MY IFTAR bertujuan untuk memberikan hal itu. Jadi, nantinya diharapkan dengan adanya acara ini, peserta acara dapat merasakan kehangatan dan kebersamaan juga memperluas koneksi melalui acara ini. Dan yang terlebih lagi, semua gratis! Berbagai macam takjil dan makanan khas Indonesia sudah kami persiapkan,” papar Ketua YIMSA Mujib Ghufran.
Mahasiswa La Trobe University tersebut lanjut menjelaskan bahwa tahun ini MY IFTAR mampu menampung lebih banyak pengunjung seiring dengan antusiasme yang terus meningkat. “Dari segi tempat, walaupun kita masih memakai KJRI Melbourne, tapi layout venue kita rombak total dengan memperlebar tempat acara. Ruang visa yang dulu tidak pernah ada yang memakai, kita pakai melihat peserta yang datang tidak bisa ditambung hanya di satu tempat saja. Selain itu, adanya Imam Fadhil Fachrini sebagai penceramah kita dengan mengangkat tema ‘what if this is your last Ramadan’ membuat acara diskusi semakin lebih seru lagi,” ujarnya.
Dalam kesempatan yang sama, pengurus MYSK Abdul Djalil, atau yang akrab disapa AJ, mengatakan kepada Buset bahwa pihaknya menilai letak perbedaan yang signifikan salah satunya adalah adanya keberadaan media partner. “This year, we have invested into including media partners into our event. We believe this year by having media partners this will result in far more participants, making it easier in regard to developing friendly and beneficial network of connections and relationships”. Senada dengan Mujib, AJ mengakui MY IFTAR merupakan kesempatan yang sangat baik bagi anggota MYSK dan YIMSA untuk saling bertukar informasi dan berbagi pengalaman. “This is a great opportunity for MYSK members who are local individuals to connect and learn more from international individuals who have experienced great lives/Ramadan overseas, and likewise for YIMSA members who are majority international individuals to obtain insights from local individuals who may have great insights regarding living/Ramadan in Australia,”tutur pria yang tengah menekuni bidang studi Master of EducationMelbourne University itu.
Misi tersebut kembali dipertegas oleh pengurus MYSK lainnya, kakak beradik Melissa dan Emily Ilyas yang mengatakan MY IFTAR tidak bisa dipisahkan dengan kata ‘silaturahmi’ yang tidak hanya berfokus pada pelajar, namun terbuka untuk umum. “For us it means gathering, sharing a meal together, connecting with each other, especially with those who don’t have any family here or those who don’t have a community to join to break their fast with. It’s a reminder to us that we’re all on the same mission to the same destination as one Ummah”.
Kendatipun, keenam personil ini sepakat bahwa hal yang paling ditunggu dan selalu menarik dari MY IFTAR adalah makanan lezatnya! “Kita nggak bisa bohong, yang pasti makanannya adalah hal yang paling ditunggu-tunggu. Gratis dan enak!” ujar Farah Az Zahra selaku Head of Event YIMSA sambil tertawa. “Iya benar. Makanan di acara kita alhamdulillah selalu berlimpah dan bisa mempersilakan para ‘anak kos’ seperti kita untuk bisa membungkus makanan dan membawanya pulang. Jadi bisa ada persiapan untuk sahur atau buka buat keesokan harinya,” ujar Mujib menimpali.
“It’s hard to decide which part is our favourite but if we had to narrow it down, it would be the food that’s been generously contributed by the elders in the community, the speech by our respected Ustad and praying Taraweh with all our new friends,” jelas Melissa dan Emily sambil tersenyum.
Alifia
Keterangan foto insert (pasang kecil saja, keduanya dipasang berdampingan):
MY IFTAR di aula KJRI Melbourne