Pasti sudah tidak asing lagi jika mendengar Indonesia mengirim perwakilan ke berbagai kontes kecantikan, seperti Miss Universe, Miss International, Miss World, dan lain-lain. Ternyata di kalangan komunitas masyarakat Indonesia di Melbourne, ada seseorang yang akan mengikuti kompetisi kecantikan di luar negeri, Mrs & Ms Universal 2019 pada tanggal 1-8 Agustus.
Namanya Yulia Hadi. Ia akan berpartisipasi di ajang yang akan diadakan di Playa Del Carmen, Meksiko. Sebelumnya, Yulia yang memiliki hobi berselancar ini juga sudah punya pengalaman mengikuti ajang kecantikan lokal di Melbourne, Mrs Australia Globe 2018.

Agustus nanti, Yulia menghadapi para kontestan lain sebagai Ms Borneo yang mewakili tiga negara di kepulauan tersebut, yakni Indonesia, Malaysia dan Brunei Darussalam.
Wanita bertubuh semampai ini mengatakan tidak segan untuk memperlihatkan ketangguhannya. Dari segi profesi, Yulia telah berpengalaman bekerja di industri pertambangan selama satu dekade. Dan meskipun sangat disesalkan, secara pribadi, Yulia tidak menyangka akan mengalami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). Wanita asal Balikpapan tersebut mengungkapkan bahwa dirinya mengalami KDRT dalam dua kali pernikahannya dengan warga Australia, salah satunya sempat berjalan 5 tahun.

Kepahitan Sumber Motivasi
Tak disangka-sangka, di balik senyumnya yang menawan, Yulia sering mengalami kepahitan dalam hidupnya. Ia mengungkapkan bahwa kekerasan adalah sesuatu yang sudah dialami sejak dulu. “Bapak aku itu betul betul strict dan gak sungkan kalau mukul aku. Aku dulu waktu kecil itu sering dipukul pakai sapu sampai patah. Jadi kekerasan itu sudah terjadi sejak aku masa kecil,” kisahnya.
Perlakuan sang ayah membuat Yulia beranggapan jika kekerasan adalah sesuatu yang normal dalam berkeluarga. “Walaupun mamaku sering dipukul bapakku, gak pernah dia nangis. Kadang dia sedih aja kalau bapak pukul aku, pukul adikku, cuman mamaku betul-betul kuat. Pas pasangan aku pukul aku di depan dia sama anakku yang masih kecil umur 3 tahun. Di situ mamaku nangis,” ceritanya dengan sedih.

Ironisnya, meskipun pengalaman hidupnya penuh dengan luka mendalam hingga mengakibatkan depresi, akan tetapi satu hal yang paling menguatkannya adalah keluarganya sendiri. Muncul pemikiran, “kalau aku mengakhiri hidupku, siapa yang akan menjaga mereka?” “Aku sampai pikir, life insurance will cover them. Tapi ini tidak akan membuat mereka bahagia,” ujar anak pertama dari empat bersaudara tersebut.
Setelah memberanikan diri keluar dari lingkaran yang menyakitkan itu, Yulia tidak tinggal diam. Serentetan pengalaman pahit tersebut justru menjadi motivasi baginya untuk menyuarakan bahwa KDRT itu tidak benar. Dan ini dilakukan melalui kontes-kontes kecantikan.

“Aku ingin menunjukkan ke semua perempuan, that you’re still worth it. You have to be strong, don’t be scared of anything. Kamu masih ada harganya. Kamu masih bisa menunjukkan ke seluruh dunia bahwa kamu itu masih bisa. Never say no to start again. Walaupun kamu sudah hancur, hancurnya bagaimanapun, jangan pernah bilang tidak untuk mulai kembali lagi, bangun lagi,” ucapnya sambil terharu.
Persiapan Mrs & Ms Universal 2019
Yulia pertama kali mendengar tentang ajang tersebut dari salah satu kontestan di Mrs Australia Globe. Meski awalnya ragu-ragu, ia memutuskan untuk berfokus pada pentingnya kegiatan sosial. Yulia juga terinspirasi dari pemenang Mrs Universal tahun lalu yang turut berpartisipasi dalam kegiatan sosial di Afrika dan membantu korban bencana gempa di perbatasan Amerika Serikat dan Meksiko.
Sebagai Ms Borneo, Yulia juga berpartisipasi dalam sebuah organisasi non-profit bernama Project Karma, yang memiliki tujuan melawan eksploitasi anak di Asia Tenggara.

Salah satu cara yang pernah ia lakukan untuk menggalang dana adalah melalui kecintaannya sebagai instruktur yoga. Melalui yoga workshop yang pernah diadakan tahun lalu di Bali, para hadirin dipersilakan memberikan uang secara sukarela. Ia juga berkesempatan untuk menjual 100 kaos disana, dan semua penghasilan tersebut didonasikan untuk korban gempa di Lombok. Kegiatan serupa juga dilakukan untuk menggalangkan dana bagi korban banjir di Kalimantan.
Yulia juga berkomitmen ketika ia memenangkan titel Ambassador Universal (dimana para donatur dapat menyalurkan uang untuk memberikan suara), semua hasil yang diperoleh dalam voting tersebut akan disalurkan untuk Project Karma. Selain menunjukkan pentingnya partisipasi dalam kegiatan sosial, mengikuti ajang Mrs & Ms Universal baginya juga menjadi kesempatannya untuk mempromosikan budaya Pulau Borneo.
Seperti ajang kecantikan lainnya, akan ada berbagai macam kategori yang dipertandingkan dan juga sesi tanya jawab. Menanggapi hal ini, alumni Betagama College di Balikpapan tersebut mengakui bahwa selain menyiapkan pakaian-pakaian yang ia akan dibawa, persiapannya untuk mengikuti kompetisi ini lumayan terbantu berkat aktivitas kerjanya di pertambangan, dimana ia bekerja selama 12 jam dalam sehari dan makan makanan yang itu-itu saja. Yulia menguraikan rutinitas yang ia lalui di tempat kerjanya, “untuk sarapan, saya biasanya makan sereal, kadang telur dan roti. Itu jam 5. Lalu jam 10 saya biasanya minum teh atau makan salad, dan makan siang jam 2. Saya coba makan sandwich, terkadang salad lagi. Di sana juga kadang disiapkan menu Asia. Jam 6 saya selesai kerja, dan biasanya saya kembali ke ruangan saya, mandi, ke gym satu jam, yoga, lalu makan malam.”
Wanita yang juga memiliki hobi berolahraga seperti berselancar tersebut menekankan pentingnya olahraga dalam rutinitasnya, yang berdasarkan pengalamannya, mampu membantunya tetap fit dan tidur nyenyak. Hal tersebut pun ia tularkan di tempat kerjanya, dimana ia mengusulkan untuk diadakan olahraga kecil seperti meregangkan otot setelah jam istirahat demi kesehatan dan keamanan dalam tempat kerja.

Ketika ditanya apakah ia merasakan tekanan untuk harus menang, Yulia mengungkapkan bahwa menang dalam ajang tersebut hanyalah bonus baginya. “Aku sih sudah bangga bisa ke international pageant, rasanya senang banget dan bertemu dengan wanita-wanita hebat lain dari berbagai negaraa. Saya belajar hal-hal baru. Win or not, it doesn’t really matter. As long as I try my all my best and show them that what I want is my mission,” tutur wanita yang dipanggil Handy Queen di tempat kerjanya.
Pemenang kompetisi akan dipilih berdasarkan keputusan para Juri. Namun juga ada dua gelar lain yang turut diadakan, yaitu Universal Ambassador 2019 dan People’s Choice, yang diputuskan berdasarkan hasil suara terbanyak.

Voting untuk Universal Ambassador (dimana akan ada uang yang disalurkan oleh pemberi suara untuk membantu kampanye para kontestan) dan People’s Choice (pemberian suara dapat disalurkan secara gratis) akan berjalan sampai tanggal 22 Juli.
***
Ayo dukung Yulia Hadi di ajang Mrs & Ms Universal 2019!
Vote untuk Universal Ambassador 2019 klik disini
Vote untuk People’s choice klik disini
Denis
Foto: disediakan