Sayembara Lisan 2016
Pertengahan Juli lalu, bertempat di Charles Pearson Theatre, Melbourne University, kampus Parkville, VILTA (Victorian Indonesian Language Teachers Association) kembali mengadakan acara tahunan yakni, Sayembara Lisan 2016. Bertujuan untuk memacu semangat anak-anak dalam memperlancar bahasa Indonesianya dan menambah kepercayaan diri mereka dalam berbicara Bahasa Indonesia, acara ini ditujukan kepada siswa dan siswi dari tingkat Prep (persiapan) hingga kelas 11. Adapun sayembara ini dibagi menjadi beberapa kategori, yakni: Level 1 yang terdiri dari siswa dan siswi tingkat Prep hingga kelas 2. Level 2 untuk pelajar tingkat 3 dan 4. Dan level 3 ditujukan untuk kelas 5 dan kelas 6. Sedangkan untuk murid-murid yang berada di year 7 sampai 9, masing-masing kategori ini terbagi menjadi 2 bagian, yaitu beginning dan continuing karena ada beberapa sekolah yang baru saja memperkenalkan Bahasa Indonesia di kelas 9. Terakhir, untuk kelas 10 dan 11, format lomba hampir disamakan dengan ujian akhir, agar mereka dapat sekaligus bersiap-siap menghadapi tingkat yang lebih tinggi di kelas 12.

Acara yang dimulai pukul 6 sore hari itu berlangsung tertib. Ruangan teater dipenuhi para orangtua, keluarga, dan siswa-siswi pemenang Sayembara Lisan 2016. Untuk menambah kemeriahan, acara dibuka dengan tarian tradisional dari komunitas Lenggok Geni disusul oleh penampilan uji kebolehan siswa dan siswi pemenang berbicara bahasa Indonesia. Beberapa siswa yang notabene hampir semua dibesarkan di tanah Australia ini mempertunjukkan kepiawaiannya dalam bernyanyi lagu anak-anak Indonesia, membaca puisi karya Ibu Soed, hingga membaca cerita dongeng tradisional. Terlihat bahwa para undangan sangat menikmati penampilan dari siswa dan siswi tersebut.
Ditemui usai acara, Silvy Wantania, selaku koordinator Sayembara Lisan 2016 mengaku bahwa sistem yang baru diterapkan pihaknya meringankan semua pihak. “Sayembara tahun ini kita mengadakannya di lebih banyak lokasi. Yakni sebanyak 11 tempat, yang dulunya hanya 8. Tahun lalu lokasi untuk metropolitan hanya ada 1 tempat, sehingga pesertanya membeludak hingga 600 orang, alhasil, penguji pun susah dan kewalahan. Akhirnya, lokasi kita pecah ke tiga tempat, yakni Ringwood, Point Cook, dan Keilor,” jelas Silvy.
Dalam lomba ini, masing-masing level memiliki tingkat kesulitan yang berbeda-beda. Untuk level 1, 2 dan 3, peserta diuji dalam membawakan puisi, lagu, dan cerita rakyat. Sedangkan kelas 7 sampai dengan 11, pada bagian pertama, para pelajar menyampaikan pidato singkat mendeskripsikan diri, cita-cita, serta kegemaran. Selanjutnya pada bagian kedua, mereka membawakan topik pilihan masing-masing dimana para juri lalu mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan topik yang telah para peserta paparkan.
“Secara keseluruhan, peserta dari babak penyisihan ada sekitar 1000 orang. Lalu, yang lanjut ke final ada sekitar 400-500 peserta. Dan total finalis berjumlah lebih kurang 100 peserta,” kata Silvy saat ditanyai nominal peserta. Guru Bahasa Indonesia di Damascus College, Ballarat itu juga mengaku bahwa kebanyakan sekolah yang mengikuti sayembara tahun ini merasakan sistem acara berjalan lebih baik. “Terlebih lagi masalah lokasi. Tahun ini lebih baik, dikarenakan semua pihak bekerjasama, baik antara sekolah-sekolah maupun guru-guru yang ada di Melbourne,” ujarnya. “Semoga acara tahun depan lebih lancar lagi, tidak ada kesalahan terlebih lagi pada data entry yang terlalu berat. Kami semua adalah guru sehari-hari di sekolah, jadi ini kerja sukarela. Memang tidak akan ada yang sempurna. Tapi semoga tiap tahunnya semakin banyak yang mau membantu mengkoordinir acara ini agar bisa terus menjadi lebih baik. Dan mudah-mudahan Bahasa Indonesia semakin maju,” tutup Silvy.
Di tengah-tengah acara tersebut, hadir pula Zaenal Arifin selaku Konsul Protokol dan Konsuler KJRI Melbourne. Konsul Zaenal mengungkapkan kebahagiannya atas penyelenggaraan Sayembara Lisan 2016 ini. “Saya sangat bergembira diundang ke acara ini. Ini sangat membanggakan dan bagus. Acara ini sebaiknya dipertahankan. Ini langkah yang bagus, dimana peserta dimulai dari jenjang pendidikan yang paling bawah. Karena dari sinilah mereka akan terus belajar Bahasa Indonesia, dan harapannya Bahasa Indonesia akan selalu teringat di memori mereka.” “KJRI Melbourne akan terus memberikan dukungan. Dan perlu kiranya itu dibuatkan sebuah jejaring atau media komunikasi, agar mereka tetap konsisten untuk mempelajari Bahasa Indonesia, jadi tidak hanya pada saat kejuaraan saja,” tambah Konsul Zaenal seraya tersenyum ramah.


Alifia