Saat mendengar kata “7 Bidadari” sebagai judul film, bisa jadi genre horor jadi tebakan terakhir Anda. Mungkin saja Anda membayangkan film ini bertema drama atau komedi romantis. Film berdurasi 90 menit besutan Muhammad Yusuf atau yang akrab juga disapa M. Yusuf ini berkisah tentang perjalanan tujuh anggota girlband Indonesia yang terbang ke Melbourne untuk melakukan syuting musik video dari album terbaru mereka. Skenario ceria ini seketika berubah saat mereka bertujuh menapakkan kaki di Aradale Lunatic Asylum, sebuah situs bekas rumah sakit jiwa yang terkenal angker.
Menjamah Tempat Paling Seram di Melbourne
Film “7 Bidadari” atau “7 Angels” ini 100 persen proses syutingnya dilakukan di Melbourne. Sang sutradara memang sengaja memilih lokasi-lokasi paling berhantu di Victoria dengan pemeran dari Indonesia. Pilihan lokasi syuting jatuh ke kota Ararat, kota kecil yang berjarak sekitar 190 kilometer dari Melbourne. Jika kalian pernah berwisata ke Grampians, pasti pernah melewati kota ini. Proses pengambilan gambar memakan waktu sekitar 18 hari. “Ditambah judulnya yang unexpected untuk sebuah film horor, film ini bisa bikin orang penasaran,” ujar pria yang menyelesaikan pendidikan S1 di Holmes Institute Melbourne ini.
Menariknya lagi, jika film horor identik dengan setting di malam hari, tidak begitu dengan film ini. “7 Bidadari” menampilkan kejadian dari pukul 10 pagi hingga 6 sore. Tampaknya Muhammad Yusuf memang ingin menciptakan efek horor yang tidak biasa. “Film ini menceritakan kejadian pada waktu daytime. Karena kita sudah terlalu sering melihat orang buat film horor itu malam. Saya ingin switch perception,” sanggahnya.
Siang Hari Tetap Seram
Biarpun kisah dalam film ini terjadi siang hari, tapi ternyata berhasil membawa efek yang tak kalah seram. Produser Resika Tikoalu mengisahkan beberapa reaksi penonton yang ia dapatkan setelah menyaksikan “7 Bidadari”. “Setelah menonton film ini, semua orang merasa senang. Banyak dari mereka geleng-geleng lalu bilang ‘it’s scary’. Pernah waktu di Indonesia, selesai dari test screening, ada penonton Malaysia yang langsung menengok ke saya dan berkata, ‘gila, seram film ini!’,” ungkapnya sembari tertawa.
Penayangan perdana “7 Bidadari” mengambil tempat di Alex Theatre, St. Kilda pada 14 September 2018 lalu dengan dihadiri tak kurang dari 200 penonton. Uniknya, dan yang patut dibanggakan, hasil karya anak bangsa ini menjadi salah satu bagian dari festival kultural tahunan di Melbourne, Fringe Festival yang berlangsung tiap September. Ini menjadi film Indonesia pertama yang ditampilkan di festival bergengsi tersebut.
Selanjutnya, “7 Bidadari” akan mulai tayang di bioskop-bioskop Tanah Air mulai 1 November 2018.

Muhammad Yusuf menilai momen kolaboratif ini sebagai sebuah kesempatan emas. “Wah, menurut saya ini privilege banget! Privilege buat filmmaker Indonesia untuk bisa masuk di festival Australia. It’s a big thing,” ungkapnya gembira. “Terutama karena festival Ini juga didukung oleh pemerintah Australia. Menurut saya, I should be proud as an Indonesian filmmaker because this is something new for me.”

Ia pun berharap makin banyak para sineas Indonesia yang maju di kancah internasional karena ia optimis banyak karya masyarakat Indonesia yang mampu bersaing dengan karya-karya negara lain. Buatnya, pemikiran untuk sekadar jadi jago kandang harus dibuang jauh-jauh.
Apa Kata Mereka

Faezah Rashid – Ibu Rumah Tangga
I think “7 Angels” is good because I like to watch horror movies, so my expectation of horror is high. I think this movie is more of a thriller. It’s alright, i feel like there’s going to be a sequel. This movie doesn’t scare the living out of me, but I’m cool. I like it because it’s entertaining. It’s scary but funny at the same time. I would love to watch the sequel. There should be more story behind it. I was expecting more.

Marla Queen – Pemilik Ararat Motor Inn Hotel
I loved “7 Angels”, I’m a big fan of horror movie and I thought it was entertaining. I would like to get some copies to be shown in Ararat where we’re from. That’d be wonderful and great! It was amazing to be part of the movie, we had fun, and its great! I would love to see more Indonesian horror movies after watching this one.

Tula Yofani – Guru di Geelong
Film ini ngeri. Menurut aku beda dari film-film Muhammad Yusuf yang lain dan bagus banget. Karena ada Su Yin (Chinese ghost di film tersebut) dan penggunaan Bahasa Mandarinnya. Pokoknya saya merasa film ini lebih unik lah. Saya dan teman datang dari Geelong bela-belain ke sini untuk nonton.
Nasa