Di balik berbagai hal menakutkan dan mengerikan yang menyebabkan kepanikan hampir pada seluruh warga dunia oleh karena percepatan penularan Covid-19 dan dampak kematiannya, sebenarnya ada juga hal-hal positif dari situasi saat ini. Tak terkecuali di Indonesia.
Sebagaimana sebelumnya telah dibahas dalam artikel Buset dengan judul Corona Virus The Big Restart : Economic Solution? bahwa keberadaan Covid-19 dapat juga dapat dilihat sebagai suatu Big Restart bagi sebuah sistem ekonomi, maka kali ini pembaca diajak untuk melihat dampak positif lainnya.
Berikut adalah 6 dampak positif Covid 19 pada sustainable living system yaitu kepada kehidupan dan lingkungan sosial masyarakat dunia maupun Indonesia.
Perhatian Lebih Pada Tubuh

Diketahui bahwa laju penyebarannya virus Corona sulit tertangani, berdampak kematian pada penderitanya dan menahan laju ekonomi di banyak negara di seluruh dunia. Penyebaran virus ini ternyata dapat dicegah hanya dengan cara-cara yang sederhana. Sangat sederhananya langkah-langkah pencegahan tersebut, justru membuatnya terabaikan dan sering terlupakan dalam kehidupan sehari-hari.
Hal ini justru membuktikan bahwa manusia sulit untuk menjaga kebersihan bahkan terhadap tubuhnya sendiri. Kini keberadaan Covid-19 justru membuat manusia kembali aware and care pada diri dan tubuhnya. Jelas saja demikian sebab kewaspadaan terhadap covid-19 memunculkan tindakan perventif tersebut dalam keseharian.
Melalui berbagai cara dan media, manusia diingatkan untuk selalu mencuci tangan, menjaga kebersihan mata, hidung dan mulut, sepulang dari bepergian segera mandi-keramas, pakaian yang digunakan segera dicuci, mengkonsumsi vitamin, makan-tidur teratur, berolah-raga, berjemur pada panas matahari pagi dan lain sebagainya. Semuanya berhubungan dengan kepedulian terhadap kebersihan dan kesehatan tubuh. Mudah-mudahan setelah masa pandemi covid-19 berakhir, semua kebiasaan baik ini tetap dilakoni.
Lebih Peka
Sensitivitas seseorang juga dipaksakan untuk meningkat oleh kemunculan Covid-19. Selain menjadi lebih peka terhadap kesehatan dan kebersihan tubuh, seseorang juga menjadi lebih peka terhadap kehidupan, lingkungan dan orang-orang di sekitarnya.
Kebijakan pemerintah Indonesia yang menerapkan social and physical distancing serta work from home demi memperlambat laju penyebaran Covid-19, tanpa disadari justru meningkatkan sensitivitas masyarakat. Banyak waktu di rumah, membuat seseorang memiliki banyak kesempatan untuk merenung dan berefleksi bahwa kehidupan ini dapat selalu terancam oleh kematian.
Selain itu juga menjadi lebih sensitif dengan keberadaan anggota keluarga lainnya yang sebelumnya mungkin sering terabaikan oleh kesibukan masing-masing. Juga dibutuhkan ketrampilan untuk menenangkan kejiwaan yang tentunya akan mengalami krisis mental selama masa karantina ini.
Dengan kembalinya pemikiran dasar dalam menjalani hidup maka akan disadarai bahwa kehidupan bukan hanya sebatas pencapaian belaka tetapi justru bagaimana memaknai hidup itu sendiri.
Menghargai Waktu
Masih berkitan dengan kualitas hidup, saat ini semua orang seolah serentak menghitung waktu dan hari. Saat punya banyak waktu berefleksi di rumah atau dimanapun tempat tinggalnya, seseorang pasti merasakan bahwa ritme hidupnya melambat dan lebih sunyi sehingga detik jam dinding semakin keras terdengar dan hari-hari menjadi semakin lama berlalu.
Entah waktu terasa menyenangkan untuk dinikmati atau justru terasa membosankan dan membuat jenuh tergantung pada kepekaan setiap individu. Saat ini mudah untuk menjadi sadar bahwa aktivitas pekerjaan ataupun belajar adalah hal-hal yang dijalani dengan hasrat, adrenalin dan niat karena itulah saat ini ada kerinduan untuk kembali berkantor atau studi di ruang kelas dan sebagainya.
Mungkin saja jika tidak ada Covid-19, kita masih tetap merasa bosan dan muak dengan segala aktifitas di luar rumah dan rasanya yang sering ada dalam pikiran kita hanyalah piknik dan liburan. Dengan keadaan saat ini cobalah untuk memperhatikan hal-hal yang selama ini terlewatkan oleh karena kesibukan di luar rumah, juga cobalah untuk merenungkan waktu-waktu kerja yang telah berlalu apakah telah kita selesaikan dengan senang hati atau dengan keluhan.
Sekiranya semuanya ini berlalu, biarlah kualitas kerja dan belajar menjadi meningkat sebab pemahaman akan penggunaan waktu adalah salah satu hal yang telah dipelajari selama masa karantina ini.
Budaya Solidaritas
Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan bangsa Indonesia yang kaya akan nilai seperti kesatuan, gotong-royong, simpati-empati dan saling menopang.
Kenyataannya di peradaban yang semakin modern, nilai-nilai kemanusiaan ini semakin terkikis, namun proses karantina seakan menegur kita. Saat ini telah banyak berita viral terkait solidaritas yang melanda semua kalangan di negara ini.
Masyarakat Indonesia memang banyak menggerutu kepada pemerintah tetapi itu hanyalah tindakan demokratisnya saja sebab bersamaan dengan itu toh masyarakat tetap bergotong-royong, saling menolong dan membantu demi menopang pemerintah.
Solidaritas ini nampak dalam banyak aksi sosial pribadi maupun kelompok yang menyumbang maupun menggalang dana untuk membantu pemerintah melawan Covid-19. Selain tindakan-tindakan tersebut, ada juga yang menunjukkan solidaritasnya dengan menyumbangkan barang kebutuhan sehari-hari, makanan, tenaga dengan menjadi relawan, menyanyikan lagu-lagu yang menguatkan, membuat video mengenai kesembuhan pasien Covid-19, menjahit masker serta pakian medis dan lain sebagainya.
Kumpulan berita baik tersebut merupakan suntikan energi positif dan menyentuh hati siapapun yang membaca atau mendengarnya dan kemudian terdorong untuk ikut serta dalam gelombang solidaritas ini.
Menyehatkan Bumi
Konspirasi kemunculan Covid-19 selalu dikaitkan dengan perang dagang Tiongkok-Amerika Serikat. Tetapi para ekolog percaya bahwa virus Corona muncul secara alami sebagai bentukan evolusi varian flu yang berkembang pada hewan yang kemudian menginfeksi manusia.
Ini dapat dipahami sebagai siklus pemulihan Bumi atau dapat kembali menggunakan istilah Big Restart. Seperti peliknya perekonomian dunia yang membutuhkan restart agar dapat dimulai dari awal, demikianpun keadaan Bumi yang telah mengalami banyak kerusakan.
Selama masa pandemi Corona ini, banyak media telah melaporkan penurunan kadar polusi udara di banyak negara bahkan VOI Indonesia melaporkan adanya perbaikan lapisan ozon selama masa pandemi corona ini.
Saat manusia sudah hampir patah harapan terkait dengan semakin membesarnya lubang ozon dan ketidak mampuan menghemat bahan bakar karbon, justru dalam waktu beberapa bulan saja sejak kemunculan virus Corona, lapisan ozon dapat memulihkan dirinya sendiri.
Selain itu, banyaknya penurunan tingkat operasi kantor, hotel, pusat hiburan, pusat perbelanjaan, pusat ziarah keagamaan, pabrik dan bandara tentu telah banyak menyumbang penghematan listrik. Pada saat-saat sekarang inipun, barang-barang tambang dan minyak bumi bukanlah kebutuhan yang utama sehingga banyak negara untuk sesaat berhenti memikirkan dan merencanakan perang perebutan wilayah minyak atau wilayah tambang yang juga kemudian berujung pada kerusakan lingkungan.
Menurunnya pergerakan transportasi laut dan aktifitas pabrik industri tentu telah menurunkan jumlah buangan limbah ke laut. Ya selama masa pandemi ini biarlah Bumi beristirahat.
Pertumbuhan Iman
Keberagaman budaya dan agama di dunia maupun di Indonesia adalah fakta yang tidak dapat dipungkiri oleh manusia namun bukan berarti manusia mau menerimanya begitu saja. Awal kemunculan Covid-19 di Tiongkok banyak dilihat berdasarkan kacamata teologis oleh semua agama. Kemudian muncul lah berbagai anggapan bahwa Tuhan sedang menghukum Tiongkok dalam pengertiannya sebagai ras maupun kepercayaannya.
Bahkan sebelum virus Corona masuk ke Indonesia, bayak tokoh-tokoh agama justru tidak mengajak umatnya untuk mendoakan dunia yang sedang sakit tetapi justru mengajak umat untuk mensyukuri penderitaan bangsa lain.
Dan pada akhirnya virus Corona memasuki Indonesia maka dengan berat hati semua tokoh agama yang tadinya sangat yakin bahwa Tuhan hanya berpihak pada bangsa ini, haruslah mengakui bahwa Tuhan tidak pernah pilih kasih.
Berkat disediakan oleh Tuhan untuk semua orang tetapi berbarengan dengan itu musibah juga Tuhan izinkan untuk dijalani oleh semua orang. Kenyataannya dalam hidup selalu terjadi bahwa orang baik dapat mengalami sial dan celaka dan orang jahat juga dapat mengalami untung dan berkat. Dengan demikian sebaiknya jangan menganggap penilaian kita adalah penilaian Tuhan.
Mungkin melalui Covid-19 ini, Tuhan sedang mengajarkan kepada semua manusia untuk tidak rasis, tidak membully, tidak menilai sesama, tidak mengutuk dan tidak bersyukur atas penderitaan orang lain.
Selamat memaknai momen big restart baik dalam ekonomi, kesehatan, waktu, solidaritas, ekologis dan spiritual, mudah-mudahan setelah pandemi Covid-19 terlewati semua hal baik ini tetap berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari.
Leny