Pertengahan Juni silam Paguyuban Pasundan Victoria mengadakan pentas seni bertajuk Kabayan Gets Married in Melbourne yang bertempat di Storey Hall gedung universitas RMIT. Penonton asal Indonesia dan Australia berbondong-bondong datang dan memenuhi ruangan tersebut.
Awal acara dimulai dengan kata sambutan dari Budi Pratomo selaku Project Manager dan dilanjutkan oleh Konsul Jenderal RI di Melbourne Dewi Wahab. Pidato tersebut disambut dengan lagu kebangsaan Indonesia Raya yang dinyanyikan dengan lantang oleh panitia dan para pengunjung. Tak lama kemudian, Saman Melbourne memperlihatkan kebolehan mereka membawakan tarian asal Aceh dengan kompak dan menakjubkan.
Di kala penonton menujukan perhatian mereka ke panggung, adegan pertama pentas Kabayan Gets Married dimulai dengan percakapan antara Kabayan (Satianugraha Saefullah) dengan Anak Jin mengenai hubungan suatu tarian yang berasal dari Aceh dan mereka yang berasal dari Sunda. Jawabannya kemudian didatangkan dari teman Anak Jin, Jeannie yang diperankan oleh Bonnie Hermawan sebagai partisipasi warga Australia dalam drama musikal tersebut. Jeannie menjelaskan bahwa kedua hal tersebut merupakan bagian dari budaya Indonesia.
Kisah berlanjut dengan kesedihan Kabayan karena pernikahannya tidak disetujui Abah, ayah dari Nyi Iteung (Rufi Rusnandar). Kendatipun, seiring berjalannya waktu, Abah akhirnya menyetujui pernikahan Kabayan dengan Nyi Iteung dengan syarat Kabayan harus menyuguhkan pernikahan yang besar, didatangi banyak tamu, lengkap dengan semua tradisi untuk pernikahan tradisional Sunda. Kabayan yang tidak memiliki banyak uang lalu bingung. Untungnya, Jon Daging (Rubby Muhamad) setuju untuk membiayai pernikahan tersebut, asal Kabayan menjadi gitaris di band miliknya.
Setelah Kabayan berlatih bermain gitar bersama Anak Jin, ia bertemu kembali dengan Jon Daging untuk menunjukkan kemampuannya bermain gitar. Beberapa kali Kabayan memetik gitarnya sesuai dengan melodi permintaan Jon Daging. Hal ini membuat Jon Daging mengakui kehandalan Kabayan dan memutuskan untuk membiayai pernikahan Kabayan dengan Nyi Iteung.
Jadilah digelar pernikahan megah Kabayan dan Nyi Iteung berdasarkan tradisi Sunda yang diawali dengan Mapag Penganten dimana mempelai pria bersama pengiringnya menuju ke kediaman calon istrinya. Perjalannya tersebut dipimpin dengan tarian Lengser yang menyiratkan pesan pentingnya kedua mempelai untuk berjalan lurus dalam perkawinan dan selalu setia kepada satu sama lain.
Lalu ada Tari Merak untuk melambangkan kedua mempelai layaknya raja dan ratu pada hari pernikahan mereka. Prosesi pernikahan dilanjutkan dengan Pecah Telur, dimana mempelai pria memecahkan telur dengan kaki kanan sebagai simbol kesuburannya dalam memberi keturunan. Setelah mempelai wanita membersihkan kaki calon suaminya dengan air dari kendi, ia lalu memecahkan kendi tersebut yang dikenal sebagai tradisi Pecah Kendi. Ini melambangkan kesetiaan sang istri dan tidak akan memiliki pikiran buruk terhadap suaminya.
Tradisi berikutnya adalah Saweran yang dilakukan oleh orangtua kedua mempelai sambil memberi nasihat sebagai lambang cinta terhadap anak mereka meski telah menikah. Selanjutnya adalah Huap Lingkung (Suapan) dan Berbagi Bakakak Ayam dimana kedua mempelai saling menyuapi dan menarik ayam bakar sebagai simbol berbagi kebahagiaan dan beban perkawinan bersama.
Bagian yang terakhir dalam upacara pernikahan adat layaknya resepsi pernikahan secara umum di Indonesia adalah memberikan selamat kepada kedua mempelai dan orang tua mereka di atas altar pernikahan. Di sini para pengisi acara dan tamu kehormatan Kabayan Gets Married diundang naik ke atas panggung untuk memberi selamat kepada Kabayan, Nyi Iteung dan orang tua mereka. Keseruan tersebut spontan membuat para pengunjung terlihat senang dan kagum.
Seluruh prosesi pernikahan dinarasikan dengan baik dan jelas sehingga penonton menjadi mengerti arti yang ingin disampaikan dalam setiap adegannya. Penonton yang tidak fasih berbahasa Indonesia juga dapat mengikuti cerita Kabayan Gets Married dengan membaca narasi yang disiapkan pada layar besar. Selebihnya mereka dapat menikmati aksi jenaka si Kabayan dan teman-temannya yang sangat menghibur.
Selain memperkenalkan prosesi pernikahan Sunda, drama musikal Kabayan Gets Married pula menyelipkan berbagai keindahan budaya Tanah Air lainnya. Sebut saja pementasan Tari Jaipong oleh Amanie Faesal yang mengilustrasikan mimpi Kabayan dan teknik pencak silat saat Kabayan bertengkar dengan Jon Daging.
Secara keseluruhan Paguyuban Pasundan Victoria telah berhasil mencetak sejarah promosi kebudayaan Sunda di benua Kangguru ini.
* APA KATA MEREKA *
Devi Handayani
Very Entertaining, very funny, bagus banget buat kita-kita yang tinggal di luar Indonesia, keep on the ground, jadi masi ingat sama culture kita. Aku kebetulan dari Bandung juga, so this is really, really good. Bikin jadi kangen rumah.
Kalau memang bisa lebih diperbesar ya bagus, ini soalnya cuma 2 jam jadi cuma melihat small details dari Sundanese wedding. Acara ke depannya bisa mencakup lebih besar dan different culture juga, kan Indonesia banyak culture-nya.
Dewi Walker
Acaranya bagus sekali, yang saya suka itu karena tidak hanya budaya Sunda tetapi juga mencakup semua budaya. Karena itu yang penting dari budaya Indonesia yang sangat diverse, kita juga sebagai komunitas saling mendukung. Acaranya juga sangat lucu, komentar-komentar dari Jin, Kabayan, MC-nya juga lucu. Spontaneous comments-nya lucu banget. Dan jargon-jargon Bahasa Sunda-nya juga kena buat kami, terutama untuk orang Sunda yang dari Bandung.
Pagelaran seni dan tarinya juga memukau bagi kita yang jauh dari rumah. Karena kita sudah lama tinggal di sini jadi jarang sekali datang ke pernikahan Sunda, kadang kita lupa betapa indahnya budaya kita. It’s really nice for them to show and share that with everyone.
Lokasinya juga bagus karena ini di city dan orang-orang yang dari suburb kayak kami bisa berkumpul ke sini. It’s easy to go to. Untuk booking tiketnya juga gampang sekali, tinggal booking online terus kasih ke orang yang jaga di depan, saya senang karena dimudahkan.
* GALERI FOTO *
sasha
foto: krusli