Australia Indonesia Business Forum (AIBF) untuk kedua kalinya dihelat oleh PPIA Monash University pada penghujung September kemarin. AIBF merupakan sebuah acara panel diskusi yang diselenggarakan untuk memfasilitasi aspirasi mahasiswa-mahasiswi Indonesia di Australia dalam megekspresikan opini mereka tentang hubungan bilateral antara Australia dan Indonesia dalam ruang lingkup bisnis.

Setelah mendapatkan penghargaan sebagai acara pendidikan terbaik pada acara Kongres PPIA Pusat Victoria untuk tahun debutnya, kali ini AIBF mengusung tema Crafting Innovative Leaders in Golden Era.

Tema yang diambil mengangkat pesan bahwa inovasi dan kreativitas merupakan langkah awal yang dibutuhkan dalam menjalani karir di bidang kewirausahaan atau entrepreneurship,” ujar Clarissa Ardra, Project Manager AIBF 2015.

Sejumlah tokoh dari Tanah Air dan Australia diundang untuk memberikan gambaran nyata akan kondisi bisnis dan ekonomi terkini, menguak tantangan yang dihadapi dalam membangun kewirausahaan, serta berbagi tips dan motivasi kepada para hadirin yang didominasi oleh kaum muda dalam mempersiapkan serta membangun karier setelah menyelesaikan studi di kemudian hari.

Para pembicara terdiri dari Andrew Bird, Direktur Eksekutif UBS Australia; Destry Damayanti, Kepala Ekonom Bank Mandiri Indonesia; Dr Richard Price, Deputy-Director Australia Indonesia Center; Ivan Tandyo, CEO Navanti Holding; Sastra Wijaya, ABC Australia Plus Indonesia; Adi Prananto, dosen di bidang Business IT Swinburne University; dan Jason Tamara Widjaja, mahasiswa MBA di University of Melbourne. Hadir sebagai moderator adalah Dr Nasya Bahfen yang merupakan seorang dosen senior di departemen Film dan Jurnalisme, Monash University.

Forum dibuka dengan sambutan oleh Rektor Monash University, Dr Alan Finkel serta opening remarks oleh Duta Besar Indonesia untuk Australia, Nadjib Riphat Kesoema dan Estelle Parker selaku Pejabat Direktur Negara bagian Victoria dari Departemen Luar Negeri dan Perdagangan Australia.

Dalam pengantarnya, Andrew Bird membahas tentang empat topik yang tediri dari innovation and leadership, competition for capital, risk, and innovation, agility, and creativity. Secara khusus, ia menjelaskan mengenai perkembangan kemajuan perdagangan saham dalam kurun waktu satu dekade terakhir. Lewat data statistik, Andrew menjelaskan rasio indeks saham di Indonesia yang sudah jauh melampaui perkembangan di Australia. Namun, ia kemudian menyoroti jumlah investor yang memiliki rekening saham di Indonesia yang masih terbilang cukup kecil.

Sementara itu, Destry Damayanti, seseorang yang telah berkiprah di dunia ekonomi dalam kurun waktu yang lama menjelaskan tentang faktor-faktor terkini yang mampu mempengaruhi kondisi ekonomi Indonesia. Menurutnya, kondisi perlambatan pertumbuhan ekonomi di Tiongkok cukup memberikan dampak signifikan pada hampir seluruh negara tak terkecuali Indonesia. Di lain pihak, ia berujar bahwa tingkat konsumsi domestik yang cukup tinggi di Indonesia dapat mengurangi gejolak fluktuasi perekomian global. Perihal lain mengenai perkembangan infrastruktur yang Indonesia butuhkan di era global juga tak luput dari perbincangan. Menurut Destry, Indonesia sedang mengarah ke jalur yang benar dan berharap bahwa projek-projek yang sedang digalang seperti pembangunan MRT (Mass Rapid Transportation) dapat berjalan dengan lancar.

Pada sesi Business Entrepreneurship, Dr Richard Price membawa sebuah slogan yang menarik yaitu grow, throw, and sow. Dr Richard menjelaskan anatomi dari kehidupan seorang wirausahawan yang terus dituntut untuk dapat meningkatkan kapasitas mereka sebagai seorang individu. Ia juga memotivasi para kaum muda dengan menghimbau merera untuk creating jobs than finding one. Dibutuhkan tekad dan visi misi yang jelas untuk dapat bertahan di bidang entrepreneur yang memiliki banyak tantangan yang menguji konsistensi para pemula.

Ivan Tandyo selaku CEO Navanti Holding yang telah menjalani karir di berbagai sektor seperti di bidang jasa, properti, manufacturing, stock market dan retail industry dengan lantang mengajak para kaum muda untuk berani dalam menjalani karir sebagai wirausahawan. Ia kemudian mengibaratkan entrepreneurship seperti roller coster ride. “Di dalam prosesnya, ‘the ride’, seorang pemimpin harus memiliki visi yang jelas, jangan terhambat karena keterbatasan finansial, serta harus mampu berimprovisasi dengan tetap menjunjung visi yang telah dicanangkan,” ujar Ivan.

“Dare to Dream. But don’t forget to wake up and make it happen!” – Ivan Tandyo, CEO Navanti Holding dan Co-Founder Xynergy Realty
“Dare to Dream. But don’t forget to wake up and make it happen!” – Ivan Tandyo, CEO Navanti Holding dan Co-Founder Xynergy Realty

Dari bidang jurnalistik hadir Sastra Wijaya, salah seorang perwakilan dari ABC Australia Plus Indonesia. Pada sesinya yang berdurasi 15 menit, ia menjelaskan tentang Media’s Role in Indonesia – Australia Bilaterial Relations in forming perception. Menurutnya, persepsi publik merupakan salah satu kendala yang kerap dihadapi oleh media sebagai salah satu sumber penyalur informasi. Ia berujar bahwa momen atau suatu peristiwa yang menjadi bahan liputan harus dimaknai lebih dibandingkan dengan pencapaian pribadi. Media sudah selayaknya bersikap lebih netral dalam mengupas suatu peristiwa dan jangan sampai digunakan oleh oknum-oknum tententu untuk kepentingan pribadi.

Dari bidang pertumbuhan E-Commerce, hadir Adi Prananto selaku direktur akademik International and Pathways Swinburne University of Technology. Ia mengupas fakta pertumbuhan pengguna internet di Indonesia yang telah mencapai 75 juta orang pada tahun 2014 dengan tingkat pertumbuhan sekitar 30%-40% setiap tahunnya. Dalam paparan mengenai potensi yang ada, ia melihat bahwa prospek E-Commerce didukung oleh pertumbuhan ekonomi Indonesia (rata-rata 5.9%), akses yang mudah ke bidang E-Commerce, pergeseran kehidupan sosial dari socio-cultural ke techno characteristics, serta meningkatnya pendapatan kaum kelas menengah. Adi juga menyoroti kurangnya infrastruktur, issue of trust serta regulatory framework yang masih menjadi kendala dalam perkembangan E-Commerce di Indonesia. Ke depannya, Adi Prananto yakin bahwa Indonesia membutuhkan konsolidasi dan peran dari para major players di bidang E-Commerce untuk mewujudkan kehidupan yang lebih praktis di Indonesia.

Direktur Eksekutif UBS Australia, Andrew Bird menjelaskan perkembangan perdagangan saham dalam kurun waktu satu dekade terakhir
Direktur Eksekutif UBS Australia, Andrew Bird menjelaskan perkembangan perdagangan saham dalam kurun waktu satu dekade terakhir

Selain menghadirkan para tokoh yang cukup terbilang senior di bidangnya, AIBF juga mengundang Jason Tamara Widjaja yang sedang menempuh gelar master ke dua di bidang Business Analytics di Melbourne Business School. Pada sesinya ia membahas tentang hubungan bilateral antara Indonesia dan Australia. Ia juga membahas tentang 3 hal penting yang terdiri dari soft skill, best practice dan business model innovation yang pelajar butuhkan untuk terus dapat berkembang di kemudian hari. Akhir kata ia mengingatkan para hadirin untuk be curious, be open educated, and be kind sebagai kunci jitu menjadi pribadi yang berkualitas dan sukses di masa depan.

 

leo
foto: krusli