Dibalik kesuksesan bisnis Navanti Holdings yang sudah berdiri sejak 2008, ada sebuah perjalan yang harus ditempuh seorang Ivan Tandyo untuk mencapai ke posisi dimana dia sekarang berada. Jika harus menyebut beberapa perusahaan yang beroperasi di bawah Navanti, jumlahnya bisa mencapai puluhan. Salah satunya yang menjadi kisah sukses pertama adalah perusahaan property Xynergy Realty, yang memiliki 10 cabang kantor dan kurang lebih 2000 properti sejak berdiri di 2008.

Namun dalam sebuah perjalanan hidup, yang dialami oleh seseorang tidak selalu berjalan mulus. Begitulah yang harus dilalui Ivan. Sebelum aktif di bisnis properti, ia terlebih dahulu memulai bisnis di industri kulinari. Setelah lulus kuliah, ia pun harus memilih langkah berikutnya. “Aku diperhadapkan beberapa pilihan. Apa aku mau masuk ke dunia profesional atau ke dunia entrepreneurship. My Dad is wise enough and he’s good to me, dia ijinkan aku untuk bebas memilih. Aku pilih jadi entrepreneur and back then I didn’t know what it really meant,” ujar lulusan RMIT jurusan Accounting & Finance tersebut.

Ivan langsung terjun dan mengurus sebuah kafe kecil, dan kemudian membuka sebuah restoran BBQ Korea besar di Bourke Street yang berlantai dua dan mampu menampung ratusan pelanggan. Setelah bergerak lebih aktif lagi dengan membeli saham di restoran lain, ia menjadi lebih agresif dan membuka cabang di Melbourne Central dengan konsep cepat saji.

Namun konsep yang ia garap tersebut gagal. Beban biaya sewa yang harus dibayar 1 tahun dan biaya-biaya lainnya tak sanggup dipenuhi dengan hasil penjualannya. “Aku mau coba keluar, tapi aku tidak dikasih, harus bayar until the end of the life of the rent. Aku baru di sana 1 tahun, masih ada sisa sewa 3 tahun. Disuruh bayar lunas walaupun tokonya tutup. Kejadian ini sekitar 2006 atau 2007,” ingatnya. Dengan tokonya yang ditutup, ia terpaksa harus menanggung hutang yang besar, yang memaksanya menjual bisnis-bisnisnya.

Kemampuan untuk Bertahan

Kehilangan bisnis dan terlilit hutang dua tahun yang harus ia tanggung, Ivan merasakan betul sulitnya menjalankan sebuah usaha. Ia merasa momen tersebut menorehkan kesedihan dalam hidupnya. Bisa saja Ivan menyerah dan kembali ke Indonesia. Namun pengharapannya kepada Tuhan menjadi sumber dukungan dan kekuatan untuk tetap bertahan. “My purpose in life as a person. Saya percaya Tuhan sudah kasih a purpose dalam kehidupan kita masing-masing. I kind of know a glimpse of what God’s purpose for me so I’m hanging onto that. Dia juga yang menguatkan saya,” kenang ayah dari satu anak ini.

Dalam keterbatasannya, Ivan mendapatkan inspirasi dari apa yang ia pernah lakukan selama di Australia, yaitu membantu keluarganya mendapatkan sebuah properti. Dari situ ia menyadari bahwa jarang sekali ia melihat orang Indonesia menginvestasikan kekayaannya di pasar properti Australia. Menurutnya, salah satu alasan kekurangan tersebut adalah karena banyak yang tidak tahu harus bertanya pada siapa dan mulai dari mana. Memanfaatkan kebutuhan untuk mengisi pasar tersebut, Ivan tergerak untuk mendirikan solusi yang melayani pembeli dari Asia, terutama dari Indonesia.

“Kenapa aku bikin bisnis ini, karena aku kepepet, tidak punya duit to start another restaurant. Limitations will push your creativity. Kreatifitas itu timbul saat kamu terbatas. Kamu tidak mengandalkan uang, tapi kamu rely on your ideas, your thinking, inspiration and prayers too. God is so good that he gave me those ideas and the idea is really good. It comes in the perfect timing, perfect concept, and people invest a lot of money through us,” cerita Ivan tentang salah satu alasan dia memulai bisnis yang bergerak di bidang properti. Bersama dengan rekannya, Bruce Oliver, mereka kemudian memulai Xynergy Realty di 2008.

Setelah memulai bisnis properti Xynergy, di tahun yang sama Ivan mulai mengarahkan Navanti menjadi sebuah perusahaan venture capital dan diversified businesses. Seiringnya waktu, Navanti semakin membesar dan sekarang memiliki lebih dari 15 anak perusahaan, menginvestasi di perusahaan lain dan melakukan Joint Venture. Yang terbaru adalah The 11th Space, sebuah co-working space yang bertujuan untuk membantu pengusaha membangun bisnis mereka dan menjadi jembatan untuk pengusaha dari Asia timur dan Tenggara dengan Australia.

When I started business, mana saya bisa gambar blueprint untuk Navanti. Ini extraordinary. Kita punya 4 pilar, joint venture, inkubator, ekosistem, dimana itu semua bisa intertwine sesama lain. Jika ditanya gimana bisa design dari awal, I actually did not. Tapi I had a glimpse of that Vision. As time goes by, lama-lama itu blueprint ke gambar sendiri,” kenangnya tentang perkembangan perusahaannya seiring waktu.

Ivan mengaku tidak bekerja sendiri. Navanti digerakkan oleh jajaran direksi dan pemegang saham yang memiliki nilai yang sama, namun dengan kekuatan yang berbeda. “I truly believe that you cannot be successful alone. What if 20 people, what if 100 people had the same vision, the impact will be much greater. And I believe I need my partners, my brothers and sisters yang mana kita bisa saling isi kelemahan kita,”

Bukan Sembarang Investasi

Salah satu bisnis yang menandatangani bentuk kerjasama pada saat pembukaan The 11th Space termasuk iCondo, sebuah startup asal Singapura di industri perhotelan. Bagi Ivan, iCondo adalah salah satu success stories dari bisnis yang telah dibantu oleh Navanti. “We were one of the initial investors. Kita invest di mereka (iCondo), they’ve done a great job. Sekarang jadi major player di area mereka. Growing really fast, potential-nya gila-gilaan,” tutur pria yang juga hobi mengoleksi figur superhero tersebut. 

Bagi Ivan, lingkungan start up di Indonesia juga menarik. Walaupun belum bergerak dalam menginvestasi di start up di Indonesia, tapi hal tersebut menjadi sesuatu yang dipikirkan pria yang sudah menetap di Melbourne sejak 1997 itu.

Start up di Indonesia lebih agresif dibanding Australia. Start up Indonesia is very dynamic, marketnya besar sekali. And obviously I want to invest in my own country,”

Namun ia juga tak sembarangan dalam menginvestasi di dunia start up. “What I like about iCondo is it’s not just a burning money tech app, creating infrastructure, bigger net, dan nanti ujung-ujungnya they just want to increase by valuation. I don’t say that’s wrong, but that’s not Navanti. Navanti kan dari traditional business, jadi kita biasanya lihat hybrid. You need to have a plan, to have sustainable financials, I want so see profit and loss numbers juga,” ungkapnya.

Due Dilligence

Dari perjalannya selama berbisnis di Australia, ada beberapa pelajaran penting yang Ivan petik dan dapat disarankan kepada mereka yang ingin memulai usaha. Salah satunya adalah pentingnya mengaudit sebelum merampungkan kerjasama bisnis, atau yang disebut due diligence. “Your due diligence and study must be sharp. Terkadang kekhawatiran seorang pelaku bisnis itu, if I do my due diligence too strict, I will lose the opportunity. Jangan seperti itu mentalnya. We loosen up our due diligence to find an excuse to do the business, but that is so wrong. You will challenge. How much you challenge, depending on your risk and appetite and expectation of the business. Don’t compromise,” tegas Ivan.

Selain itu, Ivan juga menyarankan untuk tidak mengambil resiko yang lebih besar dari apa yang bisa diambil. Dan juga harus berani belajar dari kegagalan dan menjadikan itu bagian dari sebuah proses. “Jangan berani takut menghadapi. Kalau ada masalah, jangan lari, kalau lari masalah akan tambah besar. All your hardships and challenges itu berharga. Soalnya tanpa proses, kamu tidak akan bisa carry your blessing. Kamu tidak akan bisa menopang kesuksesan berikutnya,” kata Ivan bijak.

Ivan pun memberi gambaran, “kamu sekarang mau diberkati dengan staf 1000 orang, misalnya. Kamu jadi milyuner, tapi kalau kamu tidak punya kapasitas memimpin 1000 orang, hancur. Kamu punya jutaan dolar, tapi kamu tidak punya kapasitas untuk mengatur keuangan jutaan dolar, hancur. Kamu akan kena perjudian, prostitusi, berpesta pora, menjadi orang yang sombong, ini semua akan menghancurkan kamu. Yang terbaik, kamu harus punya Tuhan, Dia akan lindungi kamu dari itu semua, Dia yang jatahin. Dia lihat kalau kamu sudah mampu, he will give more. Percayalah dan dia akan beri,” tutupnya.

Denis