Tahukah kamu bahwa semakin hari semakin banyak warga Indonesia yang tertarik untuk berwisata ke Australia! JavaMifi, sebuah perusahaan penyewaan Wifi untuk wisata ke luar negeri, telah menginformasikan bahwa di tahun 2019 ini, Australia telah menduduki peringkat ke – 5 sebagai tempat yang yang banyak dikunjungi oleh wisatawan Indonesia setelah Jepang, Eropa, Korea Selatan, dan Cina. Peringkat tersebut berdasarkan data pengguna perangkat JavaMifi pada saat libur lebaran 2019 kemarin.

Lantas apakah yang menyebabkan banyaknya orang Indonesia yang semakin hari semakin tertarik untuk mengunjungi “Land Down Under” ini? Padahal kita semua mengerti bahwa berlibur ke Australia dapat dikategorikan bukan termasuk liburan yang murah, ditambah lagi urusan visa yang tidak mudah. Untuk itu BUSET kali ini berkesempatan mewawancarai beberapa turis Indonesia yang baru – baru ini berkunjung ke Australia, untuk menanyakan pendapat dan pengalaman mereka.

Jessica Ratri yang baru – baru ini berlibur ke Australia dengan sang suami selama 10 hari, mengutarakan bahwa keputusannya untuk berlibur ke Australia tidak jauh dari keinginannya untuk merasakan berlibur di musim dingin (winter). Dia berpendapat bahwa dengan berlibur ke Australia, kita bisa mendapatkan vibe seperti berlibur ke Eropa tetapi dengan jarak tempuh penerbangan yang lebih singkat. Wisatawan Indonesia yang berprofesi sebagai dokter gigi ini mengungkapkan bahwa selama liburan di sekitar Melbourne dan Sydney, dia terkesan dengan pantai yang indah, pegunungan bersalju, serta suasana perkotaan dengan bangunan yang iconic. Tak lupa juga udaranya yang lebih segar dan so refreshing! Untuk di waktu mendatang dia berkeinginan dapat kembali ke Negeri Kangguru ini dan mengunjungi Gold Coast.
Mencari pengalaman musim dingin juga diakui oleh Nonny Shintya yang berkunjung ke Australia selama 7 hari. “Karena saat ini Australia sedang winter, sedangkan negara lain summer,” katanya. Selain itu Nonny berkunjung karena keingintahuannya akan tempat – tempat wine yang terkenal, serta kota Melbourne yang sangat khas dengan art-nya. Di sisi lain, selama di Australia dia juga terkesan pada orang – orang di Australia yang ramah dan sangat memudahkan ketika ingin bertanya.

Jauh dari image “racist” orang berkulit putih, ternyata banyak orang Indonesia yang menganggap orang Australia adalah masyarakat yang ramah. Fivyola, gadis yang juga baru berlibur ke Melbourne dan sekitarnya selama seminggu untuk menemui temannya, juga mengatakan bahwa orang lokal di Australia adalah orang yang ramah yang membuat liburannya lebih menyenangkan. Tak menyangka liburan di Australia yang awalnya hanya ingin dimanfaatkan dengan jalan – jalan seputaran kota, kali ini justru disertai dengan road trip ke daerah Twelve Apostles, Victoria yang membuatnya semakin seru. Dia mengungkapkan bahwa ada tantangan yang ditemui ketika road trip ini karena ada beberapa driving rules yang lumayan challenging yang berbeda dengan di Indonesia.

Selain Sydney dan Melbourne, kota – kota lain di Australia pula masih sangat menarik bagi turis Indonesia. Reva Aditya menuturkan bahwa kunjungannya kali ini selama 2 bulan akan dipergunakan untuk berlibur di Melbourne, Sydney, Perth dan Adelaide. Reva memilih Australia sebagai tempat berlibur karena banyaknya teman dan saudara yang tinggal di Australia. Selain itu diakuinya, dia sedang mencari sesuatu yang baru dalam hidup. Reva juga sangat kagum dengan keramahan dan keberagaman penduduk di Australia. Dia berpandangan bahwa dengan keberagaman ini Australia terlihat sebagai miniatur dunia. Walaupun ada banyak tempat yang dia kunjungi, namun dia mengakui ingin kembali lagi untuk melihat keindahan alam dan historical site di Tasmania serta Great Barrier Reef.
Tantangan dalam pengurusan visa masih menjadi momok bagi sebagian turis Indonesia yang ingin berlibur ke Australia. Sebut saya Fikhrul Hanif yang baru berlibur ke Melbourne selama 2 minggu. Dia mengungkapkan bahwa hal tersulit dalam pengurusan visa ke Australia adalah menyediakan bank statement dengan nominal lebih dari 70 juta rupiah. Tentunya itu bukan jumlah yang sedikit. Bagi pria yang berprofesi sebagai offshore operator di Indonesia ini, berlibur ke Australia menjadi pilihan karena negara tersebut adalah negara berbahasa inggris yang terdekat dengan Indonesia.

Banyaknya jumlah kerabat atau teman yang tinggal di Australia ternyata juga menjadi alasan tersendiri bagi warga negara Indonesia untuk berlibur ke negara tetangga Indonesia ini. Stephani Calista yang baru berlibur dari Melbourne mengungkapkan bahwa kedatangannya ke Australia selain untuk berlibur juga ditujukan untuk menghadiri wisuda kakaknya yang baru lulus kuliah. Ketika ditanya apa yang membuatnya terkesan selama di Australia, tidak lain adalah teknologi yang canggih serta kreatifitas seni yang sangat dihargai oleh negara ini.

Setelah turis Indonesia berbondong – bondong ke Australia, banyak ungkapan positif yang diceritakan setelah mereka kembali ke Indonesia. Rhisa Ayu mengungkapkan bahwa dia mengunjungi negeri orang aborigin ini karena penasaran oleh cerita teman – temannya yang mengatakan bahwa Australia sangatlah menarik, terutama Melbourne. Berkunjung ke Melbourne dia terkesan dengan sistem transportasi terutama tram yang gratis, meskipun membaca peta tram diakuinya lumayan membingungkan pada awalnya.

Melihat tren turis Indonesia yang rata – rata berkunjung ke Australia selama 7 hari ini, banyak alasan yang bisa kita simpulkan tentang ketertarikan mereka, seperti kekayaan alam, ingin merasakan winter experience, sampai faktor bahasa. Namun dari ketertarikan tersebut kita bisa menyimpulkan bahwa ada satu kota atau wilayah di Australia yang ternyata menjadi favorit para pelancong dari Indonesia, yaitu Melbourne.
Niar