Siapa yang tidak bangga jika budaya Indonesia diminati orang-orang asing. Begitu pula perasaan jurnalis Buset yang mendapatkan kesempatan untuk datang dan melihat langsung teman-teman non-Indonesia bermain gamelan beberapa saat lalu di Melba Hall University of Melbourne.

Pertunjukan terbagi dalam kedua kelompok besar yang mana kelompok pertama kebanyakan adalah murid yang belajar di University of Melbourne dan sebagian bukan berasal dari jurusan musik, melainkan sebagai breadth subject (mata kuliah pilihan di luar jurusan). Sedangkan bagi mahasiswa/i University of Melbourne yang mengambil jurusan musik, gamelan telah menjadi bagian dari instrumen yang dapat mereka pelajari.
Kelompok kedua adalah anggota dari Gamelan Community Melbourne yang mempersembahkan sebuah pertunjukkan wayang dengan diiringi gamelan.

Gamelan Community Melbourne saat ini memiliki sekitar 20 anggota. Sedangkan murid yang belajar gamelan di semester ini ada 26 orang.
Semua ini adalah berkat seorang Ilona Wright yang telah mempelajari gamelan sejak dua dekade silam. Saat itu, Illona sendiri adalah mahasiswi jurusan Pendidikan dengan major di Musik, ia memilih gamelan sebagai alat musiknya.
Sekarang Illona menggantikan dosennya yang sudah pensiun. Tak hanya belajar dari beliau, Ilona sempat datang ke Indonesia untuk belajar lebih dalam. Ia juga kerap mengundang rekan-rekan dari Indonesia untuk meningkatkan kemampuan belajar alat musik gamelan.

Sebagai dosen di University of Melbourne, Illona menggali pengalaman mengajarnya dari murid-murid baru setiap semester dan menggelar pertunjukan di setiap akhir semester bersama dengan pemain gamelan yang lebih berpengalaman seperti Gamelan Community Melbourne untuk lebih mempertunjukkan bagaimana musik gamelan ini juga dipergunakan dalam pertunjukkan wayang (shadow puppet).
Gamelan merupakan salah satu alat musik yang kaya budaya. Gamelan mulai banyak digunakan di acara sosial di tanah Kangguru ini. Gamelan Community Melbourne sendiri pernah hadir untuk mengiringi acara pernikahan dan pemakaman.
Jika bicara mengenai kendala yang kerap dihadapi, yang paling nyata adalah banyaknya instrumen dan barang yang cukup berat untuk mobilisasi, jarang sekali kita dapat menikmati pertunjukan gamelan secara lengkap di Melbourne seperti di Final Gong hari itu.


Dan yang tak kalah penting dari bermain gamelan adalah proses pertukaran kultur seperti yang dialami mahasiswa Bachelor of Music Oscar Tudge dan Shay Ogrady – Bachelor of Commerce yang bergabung dalam kelompok satu Final Gong. Mereka mengatakan bahwa ketertarikan untuk mempelajari gamelan di semester ini adalah karena mereka mau mencoba sesuatu yang baru, dan gamelan adalah salah satu cara mereka keluar dari kepenatan belajar atau relaksasi. Kendati demikian, mereka juga mengakui latihannya tidaklah mudah.
APA KATA MEREKA

Anis, Bachelor of Communication Design – Swinburne University
My first-time seeing gamelan even though Malaysia know about gamelan. It’s enjoyable to see people playing gamelan.
Nurin, Bachelor of Commerce – University of Melbourne
Well, I’m impressed that there were lots of locals playing and attending as well.
Lina, Bachelor of Science (Pathology) – University of Melbourne
This is my breadth subject; this is my first time. It was fine. It was confusing, you must listen very well, you must memorize. I get used to it after several weeks.
Hazwani, Bachelor of Arts (Psychology) – University of Melbourne
I love music, I am playing guitar and piano. So, playing Indonesian gamelan is new thing for me.
Devina