“Komunitas” adalah salah satu kesan yang paling sering muncul setiap kali ada anggota jemaat yang meninggalkan Indonesian Christian Church pulang kembali ke Tanah Air atau melanjutkan fase hidup mereka berikutnya. Sebagai gereja, kata komunitas tidak berarti sekedar kumpul-kumpul dengan orang yang satu bahasa dan budaya. Kita mengamini ajaran Alkitab bahwa Tuhan Allah secara esensi adalah Allah yang eksis di dalam komunitas agung yang kekal: Allah Bapa, Anak dan Roh Kudus. Melalui hidup, kematian, kebangkitan dan kenaikan Tuhan Yesus Kristus, Anak Allah, Ia mendirikan gereja-Nya sebagai refleksi dari komunitas ini. Itu sebabnya, gereja bukan sekedar kumpul-kumpul, tetapi berkumpul di bawah dan seputar Firman Tuhan. Kita membaca, memikirkan, mendengarkan, menyanyikan, dan mengaplikasikan Firman Tuhan dengan berpusat pada pribadi dan karya keselamatan Yesus Kristus.

ICC berkomitmen agar perkataan Kristus dan segala kelimpahannya mewarnai setiap aspek pelayanan dan kehidupan berkomunitas. Salah satu warna yang menonjol adalah menjalani hidup sehari-hari dengan hikmat bijaksana Tuhan. Ini adalah cara lain untuk mengatakan hidup mengikuti Kristus dalam keseharian kita, bukan saja waktu di gereja atau pelayanan. Rasul Paulus mengatakan bahwa Yesus Kristus adalah hikmat dan bijaksana Allah. Setiap bijaksana yang kita temukan di dalam Alkitab, bukan saja merupakan kata-kata Yesus sendiri untuk kita taati dan teladani, tetapi juga ditujukan untuk menunjuk pada pribadi Yesus untuk kita kagumi dan sembah dengan seluruh hati kita. Itu sebabnya selama bulan Januari-Februari kami mengadakan seri khotbah “Christ, Our Wisdom for Everyday Living” yang berbasiskan salah satu kitab hikmat di dalam Alkitab yaitu kitab Amsal. Doa dan harapan kami adalah melalui seri khotbah ini, jemaat ICC dapat semakin bertumbuh—bukan saja sebagai komunitas, tetapi juga sebagai komunitas yang menghidupi bijaksana Injil Yesus Kristus.

Berikut ini blog berjudul “Lima Pola Hidup Orang Bebal dan Solusinya” yang ditulis oleh founding pastor kami, Prof Sen Sendjaya. Rekaman khotbah dan blog lainnya dapat ditemukan di website kami www.icc-melbourne.org
Orang yang bodoh menurut Alkitab bukan seorang yang IQ, pendidikan, atau pengalamannya rendah. Tetapi seorang ateis praktis. Seorang yang prioritas, keputusan, dan sikap hidupnya menyatakan Allah tidak ada (Mazmur 14:1). Kata ‘bodoh’ atau ‘bebal’ muncul sekitar 75 kali dalam kitab Amsal. Dari jumlah tersebut, minimal ada 5 pola hidup orang bodoh:
- Selalu berada dalam kesulitan karena mulutnya. Karena mulutnya, ia jatuh ke berbagai masalah – relasi, karir, finansial. Bahkan nyawanya jadi taruhan karena dia ngomong terlalu banyak, terlalu sedikit, atau salah ngomong (Amsal 10:14, 18:7). Ia selalu cari gara-gara, senang berdebat kusir, berbantah dengan argumen kosong tanpa substansi. Kalau ia diam, orang mungkin menyangkanya bijak, namun begitu dia buka mulut, orang tahu dia bebal (Amsal 17:8). Dengan bibirnya, orang benar menggembalakan banyak orang dan orang bebal menyesatkan banyak orang (Amsal 10:21).
- Mudah meledak dalam kemarahan yang tak terkontrol. Orang bebal cepat naik darah melampiaskan amarahnya seketika (Amsal 14:17, 18:6, 20:3, 29:11). Orang-orang yang ada di sekitarnya sering menjadi korban kata-kata yang kasar dan menyakitkan, termasuk orang-orang yang paling dekat dengan mereka – istri, suami, atau anak-anak.
- Merasa diri lebih benar dan bijak dari orang lain. Orang bodoh membuat banyak keputusan konyol dan tidak masuk akal karena dia yakin dia lebih tahu dari orang lain (Amsal 12:15, 28:26). Dia tidak pernah merasa perlu meminta nasihat orang lain. Dia menolak masukan baik-baik dari orang lain. Bekerja atau hidup dengan orang seperti ini berbahaya karena potensi celaka sangat besar. Kata Pengamsal, “Lebih baik berjumpa dengan beruang betina yang kehilangan anak, dari pada dengan orang bebal dengan kebodohannya” (17:12).
- Membuat keputusan berdasarkan emosi belaka. Yang menggerakkan orang bebal adalah emosi. Apapun kesukaan hatinya, ia akan lakukan, tanpa mampu berpikir logis akan konsekuensi dari keputusan tersebut (Amsal 14:16). Ia membeberkan isi hatinya tanpa peka akan perasaan orang lain atau konsekuensi dari perkataannya (Amsal 18:2).
- Melakukan kesalahan yang sama berulang kali. Orang bijak belajar dari kesalahan orang lain dan tidak melakukannya. Orang normal belajar dari kesalahannya sendiri dan tidak mengulanginya. Orang bebal melakukan kesalahan yang sama berulang kali dan tidak pernah belajar apa-apa. Pengamsal menyamakan orang bebal tersebut dengan ‘anjing kembali ke muntahnya’ (Amsal 26:11). Menjijikkan memang, tapi itu yang kita lakukan ketika kita kembali melakukan dosa yang sama lagi dan lagi, mendatangkan amarah Allah (Amsal 26:3).
Solusi untuk berhenti menjadi orang bebal adalah mengakui bahwa kita lah orang bebal itu. Dan kita akan tetap berlaku bebal sampai kita datang kepada Yesus. Seluruh kitab Amsal, sebagaimana seluruh Alkitab, mengacu kepada Yesus. Ia bukan saja penuh hikmat dari sejak kecil (Lukas 2:47) dan dalam seluruh pelayanan-Nya (Matius 15:54), tapi Dia menyatakan bahwa Dia lebih bijak dari Salomo, raja Israel yang terkenal arif itu (Matius 12:42). Yesus adalah inkarnasi dari hikmat itu sendiri, Ia adalah hikmat Allah (1 Kor 1:24,30) dan “di dalam Dialah tersembunyi segala harta hikmat dan pengetahuan” (Kol 2:3).
Anda ingin berhenti menjadi orang bebal? Datanglah kepada Yesus, Sang Hikmat itu yang akan memberikan kepada Anda melalui firman-Nya (Lukas 12:15, Yak 1:5).
Saul, yang dulu merasa bijak, namun kemudian sadar ia begitu bebal karena menganiaya (para pengikut) Yesus Kristus, lalu datang kepada Sang Hikmat itu. Apa yang kemudian terjadi? Justru ketika ia kemudian berhikmat, ia rela dianggap bodoh oleh dunia ketika ia memberitakan salib Kristus yang dianggap sebuah ketololan. Padahal salib adalah bukti ke-genius-an Allah untuk Kristus menerima hukuman Allah atas kejahatan manusia di dunia tanpa membumihanguskan manusia di dalamnya. Salah satu orang yang paling berpengaruh dalam sejarah manusia disebut sebagai ‘peleter’ (Ing. babbler, Kisah 17:18) “Bodoh karena Kristus” (1 Kor 4:10) menjadi karakteristik pelayanan Paulus.

Jadi intisarinya adalah sebagai berikut: Orang bebal merasa bijak di mata mereka sendiri. Orang bijak memilih dianggap bodoh di mata dunia, demi Kristus. Sebab yang bodoh dari Allah lebih besar hikmatnya dari pada manusia. (SS)
Kalau Anda belum mempunyai tempat beribadah dan berkomunitas yang tetap, kami mengundang anda untuk datang di kebaktian Minggu kami jam 10.30 pagi atau di Persekutuan Doa Rabu jam 7-8 malam (dimulai dengan dinner jam 6.30). Semua kegiatan diadakan di 156 Collins Street.
Informasi lebih lengkap dapat dilihat di website kami www.icc-melbourne.org atau Facebook/Instagram @iccmelbourne.
Sumber foto: ICC Instragram