
Memang tidak asing lagi kita mendengar kata kata Imlek atau Tahun Baru Cina, yang menandakan permulaan tahun baru bagi kalender masyarakat Tionghoa.
Imlek identik dengan warna merah, lampion, mercon/kembang api dan pakaian ‘cheongsam’. Ini semua menjadi simbol tradisi bangsa dengan populasi terbanyak dunia tersebut. Dipengaruhi oleh penyebaran masyarakatnya yang meluas, perayaan Imlek menjadi meriah tidak hanya di Tiongkok, namun juga di banyak penjuru dunia, tak terkecuali di Australia dan Victoria pada khususnya yang menarik perhatian serta keterlibatan masyarakat dari berbagai latar belakang.

Demi mempererat kerukunan antar komunitas dan memupuk rasa saling menghormati kebudayaan masing-masing, tak jarang komunitas Indonesia turut berpartisipasi dalam penyelenggaraan festival-festival. Seperti contohnya pada perayaan Imlek yang diadakan Whyndam Council, yakni di Stockland Shoping Centre, Point Cook akhir Februari silam, Sanggar Budaya Indonesia (Sangbudi) pimpinan Umi Samuels berkolaborasi dengan Sanggar Baitul Makmur (BM) pimpinan Yanti William turut berpartisipasi menampilkan tarian tradisional dari tiga daerah; Tari Indang dari Sumatera Barat, Tari Kipas Lampung dari Sumatera Selatan dan Tari Campur Sari Perahu Layar asal Jawa Tengah.
Umi Samuels