Papua dan Nusa Tenggara Timur (NTT) adalah dua provinsi dengan jumlah kabupaten dengan status daerah tertinggal yang tergolong banyak di Indonesia. Ketertinggalan pembangunan di kedua provinsi ini antara lain juga dapat dilihat dari presentase penduduk miskin yang signifikan, yakni mencakup sekitar 28.54 persen dari jumlah penduduk di Papua dan 22.19 persen di NTT.

Pada bidang pendidikan yang seyogianya menjadi harapan kemajuan pembangunan daerah di masa depan juga memprihatinkan. Rata-rata lama sekolah penduduk usia 25 tahun ke atas di kedua provinsi tersebut yaitu 6.15 tahun di Papua dan 7.02 tahun di NTT. Padahal, pemerintah pusat telah menetapkan program wajib belajar 12 tahun; dari Kelas I hingga Kelas XII.

Berangkat dari fakta ini, Perhimpunan Pelajar Indonesia di Australia (PPIA) berusaha ikut serta dalam upaya mendorong kemajuan pendidikan di daerah dengan meluncurkan program sosial bertajuk “Improving Papua and East Nusa Tenggara’s Education” (IMPACT). Program ini diadakan untuk mendukung ruang-ruang belajar informal yang diinisiasi dan digerakkan oleh pemuda-pemudi lokal yang memiliki visi untuk kemajuan daerahnya.

PPIA telah melakukan penggalangan dana publik melalui platform kitabisa.com sejak Januari hingga akhir Maret. Bersama dengan itu, PPIA juga melakukan penjajakan dengan beberapa perusahaan di Indonesia untuk mendukung kesuksesan program ini.

Sebagian bantuan dari perusahaan yang berhasil digalang, secara berangsur sudah mulai disalurkan sejak awal Maret kepada anak-anak taman baca di Papua dan NTT. Adapun penyerahan bantuan akan dilakukan secara simbolis pada awal April 2018 di Melbourne.

Hingga penggalangan dana ditutup, PPIA terus mengundang partisipasi masyarakat untuk terlibat membantu peningkatan kualitas pendidikan anak-anak di Indonesia Timur melalui program ini dengan ikut berdonasi. Untuk terlibat dalam program ini serta informasi lebih lanjut, Anda dapat mengunjungi kitabisa.com/PPIAIMPACT.

 

 

Nicko Warsono
PPIA Charity Staff 2017-18