Bagi anak-anak muda yang sejak dini sudah hijrah ke luar negeri demi menempuh pendidikan tinggi maupun bekerja, mempertahankan rasa nasionalisme menjadi suatu tantangan tersendiri. Pasalnya, merayakan Hari Kemerdekaan tak lagi menjadi suatu keharusan dan terkadang justru terlewatkan sebagai hari biasa.
Kali ini, BUSET berbincang-bincang dengan 3 anak muda; Vinsen Gho di Jepang, Kezia Jenissa di Singapura, dan Regina Vivian di Inggris seputar Hari Kemerdekaan dan bagaimana mereka merayakannya setiap tahunnya.
Apa arti Kemerdekaan buat kalian?

Vinsen: Kalau boleh jujur sih, saya tidak punya rasa sentimental besar terhadap Hari Kemerdekaan. Karena saya kan lahir tahun 95, 50 tahun setelah Hari Kemerdekaan, jadi semua itu sudah terjadi tanpa saya ketahui dan saya juga tidak menjalani masa kemerdekaan. Jadi buat saya Hari Kemerdekaan itu adalah hari kita merayakan dan juga mengingat jasa para pahlawan yang membuat Indonesia bebas dari penjajahan.
Vivian: Banyak meaningnya untuk aku, karena arti kemerdekaan itu berubah-rubah menurut fase hidupku. Waktu dulu aku ngerasa Hari Kemerdekaan itu cuma main-main, kaya you know celebrate Indonesia udah merdeka. Terus ikut upacara dan ngomel-ngomel kalau disuruh ikut upacara. Tapi walaupun ini cliche, semakin besar kita semakin mikir dong, sebenarnya apa sih arti Kemerdekaan? Memang kalau sudah bebas kenapa gitu? Jadi sekarang bagi aku Hari Kemerdekaan itu menjadi suatu momen yang jarang bagi kita untuk reflect bagaimana kita punya progress sebagai negara. Momen ini juga untuk aku reconnect dengan orang tua, catch up soal Indonesia, soal politiknya. Pada intinya, hari Kemerdekaan itu harusnya menjadi moment untuk kita reflect progress kita sebagai negara pada satu tahun itu.
Kezia: Hari Kemerdekaan itu berarti bangsa kita sudah merdeka, itu berarti pemerintah yang sekarang itu tanggung jawabnya bukan lagi untuk negara lain, tapi untuk warga negaranya sendiri. Dan sekarang apapun yang kita lakukan sebagai warga negara itu akan berdampak bagi negara kita sendiri. Jadi kita ga bisa lagi nyalahin kaya: “oh gara-gara Belanda sih dulu ninggalin kita jadi negara kita jadi jelek bla bla bla.” Sebenarnya ga gitu, kita itu punya control akan negara kita.
Sejak tinggal di luar negeri, apakah Hari Kemerdekaan berubah menjadi sesuatu yang lain atau tidak lagi menjadi spesial bagi kalian?

Vivian: Aku kan udah ninggalin Indonesia sejak masih umur 15, karena dapet scholarship ke Singapore. Ingat banget dulu sama rombongan teman-teman lain yang juga mendapat scholarship, pertama kali Kemerdekaan di luar negara itu kita semua sentimental banget. Kita datang ke KBRI, pakai baju batik, makan di sana, bahkan ikut upacara. Awal-awalnya kita semua benar-benar patriotik banget. Kita merasa ‘you can take someone out of Indonesia, but you never take Indonesia out of them.’ Tapi semakin lama, kita semakin terbiasa. Terus waktu teman-teman aku lanjut ke universitas, attachment itu semakin berkurang. Kalau sekarang aku di UK, karena masalahnya embassy itu jauh jadi ya males juga. Bukan berarti ga ngerayain tapi ya paling cuma sama sesama Indo kita hangout biasa saja.
Kezia: Ya karena udah 6 tahun di Singapore ya tambah lama tambah biasa. Paling pakai batik aja atau makan makanan Indonesia, masak makanan Indonesia, kumpul sama orang Indonesia. Kayanya itu jadi hari yang biasa, kita ga liburan. Tapi makan makanan Indonesia itu sendirinya jadi sesuatu yang spesial. Hari Kemerdekaan itu benar-benar me-remind kalau aku itu orang Indonesia and make me proud of where I’m from.
Vinsen: Awal-awalnya saya ga peduli, karena sudah jauh dari Indonesia ga perlu hormat ke bendera lagi. Di luar negeri juga 17 Agustus kan bukan hari libur ya, hari biasa. Tapi lama-lama ya mulai rindu dengan Indonesia. Waktu 17 Agustus sekarang kan bisa live streaming TV, jadi ya saya sekarang live streaming upacara di Istana Negara.
Perayaan Hari Kemerdekaan yang paling berkesan selama ini?
Vinsen: Ada satu episode lucu, saya kan tinggal di Jepang, dan Jepang kan used to be penjajah. Pernah suatu kali saya datang ke laboratorium pakai batik, dan teman-teman pada ngelihatin dan nanya kenapa saya pakai batik. Lalu saya bilang ke mereka “karena 74 tahun atau berapa puluh tahun yang lalu itu, kami bebas dari kalian!” Maksudnya ya bercanda gitu, dan nada saya juga ga serius. Dan mereka cuma berkata “Oh maaf maaf!”
Vivian: Paling berkesan si ya makan-makan karena KBRI siapin makanan gratis. Jadi dulu waktu di Singapore, kita semua bareng-bareng ke KBRI dan 17 Agustus itu menjadi waktu kita kumpul sama orang-orang Indonesia satu Singapore yang tidak pernah kelihatan.

Kezia: Biasanya kalau 17 Agustus itu tempat-tempat makanan Indonesia itu diskon! Beli soto gratis nasi Bali atau beli nasi Bali gratis soto. Itu paling berkesan sih, dan orang Indonesia kan senang kaya gitu. Tapi kapan hari pas aku datang, sudah masuk dan ngantri, yah, gratisannya abis, sedih deh. Pernah juga pas ikut upacara bendera di KBRI, itu lain dengan yang di Indonesia. Yang upacara cuma petugas KBRI aja, kita ga perlu berdiri dan hormat. Yang nonton ya nonton saja. Terus yang lucu itu, pas waktu hormat, semua orang hpnya diangkat untuk hormat dan ngerekam bendera naik ke atas.
Apa rencana kalian dalam merayakan Hari Kemerdekaan tahun ini?
Vinsen: Saya sih dari pagi sampai malam masih kerja. Tapi sejak pindah ke Tokyo ini dapat teman-teman Indonesia lumayan banyak, jadi kalau bisa paling pol kita pergi makan makanan Indonesia atau kumpul bareng masak makanan Indonesia. Kayanya juga ga bisa live streaming karena saya kan bisanya malam.
Vivian: This year I think bakal sama lagi, ga bisa rayakan dengan proper. Apalagi tahun ini aku ada internship jadi harus on time on everything. Aku juga masih was-was dengan undang orang ke rumah. Jadi kali ini, mungkin cuma keluar makan masakan Indonesia. Dan selalu kalau waktu keluar makan makanan Indonesia, akhirnya pasti ngomongin politik Indonesia. Jadi Hari Kemerdekaan itu selalu ditandai dengan politik-politik Indonesia. Terus orang Indonesia itu sukanya dari nanyain orang tua sampai nanyain menteri.
Kezia: Tanggal 17 kali ini hari Senin ya. Jadi mungkin tanggal 16nya masak makanan Indonesia supaya bisa dimakan besoknya. Aku juga ke gereja, walau bukan gereja Indonesia, ada satu pendetanya yang Indonesia. Jadi mungkin hari Sabtu atau Minggunya bakal ada Indonesian service, melalui YouTube live dan kita akan doain bangsa dan negara.