Halloween bukan satu-satunya perayaan yang dibuat untuk memperingati orang-orang yang sudah meninggal, kematian, arwah hingga hantu. Banyak negara yang memiliki tradisi unik, tidak selalu menyeramkan dan begitu meriah.

Siapa yang tidak tahu tentang Halloween? Meski tidak merayakan, Halloween sudah menjadi produk budaya yang mengglobal. Lengkap dengan pesta kostum, lentera labu, hingga berburu permen dan cokelat. Nah, tapi ada baiknya kita juga mengenal beberapa festival mirip Halloween yang digelar di beberapa negara.

Festival Obon (Jepang)

Berdasarkan penanggalan tradisional, Obon dirayakan pada bulan ketujuh kalender bulan, sekitar hari ke-15. Saat ini dirayakan tiap 15 Agustus dengan kemeriahan festival yang berlangsung dari 13 hingga 16 Agustus. Menyalakan dan menghanyutkan lampion kertas serta menyalakan api unggun menjadi agenda wajib. Api yang menyala dipercaya dapat menuntun kembali para arwah untuk kembali ke dunia mereka. Mengingat pada masa-masa tersebut, arwah kerabat atau keluarga datang mengunjungi keluarga yang masih hidup. Kyoto menjadi salah satu kota yang paling populer dikunjungi saat festival ini berlangsung.

El Dia De Los Muertos (Meksiko)

Sudahkah menonton film James Bond yang berjudul Spectre atau film animasi The Book of Life? Dua film ini memperlihatkan perayaan untuk menghormati mereka yang telah meninggal dan Dewi Kematian (Mictecacihuatl). Festival ini hampir sama dengan Halloween karena konon datang dari tradisi yang sama hanya saja dipengaruhi pula oleh kebudayaan suku Aztec. Festival ini digelar tiap tanggal 1 November (dikenal dengan sebutan All Saints Day) dan 2 November (dikenal dengan istilah All Souls Day). Biasanya orang-orang akan berbondong-bondong membersihkan dan menghias kuburan anggota keluarga mereka. Pada saat perayaan ini berlangsung biasanya penuh dengan warna-warni terang dan hiasan berupa tengkorak. Rupanya tengkorak menjadi simbol antara kematian dan hidup kembali. Salah satu area terbaik untuk menyaksikan perayaan ini ada di Mixquic, di barat daya Mexico City.

Festival Hantu Lapar (Tiongkok)

Dirayakan di seluruh Tiongkok selama satu bulan penuh (sekitar bulan Juli atau Agustus). Pada periode ini dipercaya bahwa gerbang yang memisahkan alam baka dan dunia yang hidup terbuka. Namun di saat ini pula roh-roh jahat berkeliaran. Maka orang-orang membuat persembahan berupa makanan untuk menenangkan para hantu jahat serta uang kertas palsu untuk bekal bagi para leluhur. Menariknya pada masa-masa tersebut ada hal-hal tabu yang tidak boleh dilakukan, di antaranya tidak boleh berjalan di malam hari, berenang, memulai bisnis, menikah,  memakai baju merah, memungut uang yang terjatuh, bersiul dan merayakan ulangtahun di malam hari.

Chuseok (Korea)

South Koreans originally from North Korea, and their relatives hold a memorial service for their ancestors at Imjingak pavilion in Paju, north of Seoul, September 30, 2012, on the occasion of Chuseok, the Korean Thanksgiving Day. Chuseok is a time for Korean families to remember and honour their dead ancestors and Imjingak pavilion is the closest residents of the capitalist south can get to the border with the communist north. REUTERS/Lee Jae-Won (SOUTH KOREA – Tags: SOCIETY CONFLICT ANNIVERSARY)

Di antara bulan September atau Oktober, warga Korea (baik Utara dan Selatan) merayakan hari libur nasional Chuseok. Perayaan ini digelar untuk berterima kasih pada leluhur yang telah meninggal. Biasanya orang-orang akan kembali ke kampung halamannya dan berkumpul bersama keluarga sembari makan besar. Sama seperti tradisi El Dia De Los Muertos di Meksiko, kegiatan wajib yang dilakukan adalah mengunjungi dan membersihkan makam para leluhur. Malam harinya, diadakan berbagai lomba tradisional dan tari-tarian. Untuk merasakan sensasi merayakan Chuseok dengan nuansa tradisional, datanglah ke desa-desa kuno seperti Namsangol Hanok Village dan Korean Folk Village.

Malam Satu Suro (Jawa Tengah, Indonesia)

Apabila malam pergantian tahun identik dengan kembang api, pesta dan kemeriahan lainnya, berbeda dengan malam satu suro (1 Muharram) yang dipercaya sebagai malam penuh kekuatan magis – malam keramat. Masyarakat Jawa biasanya melakukan ritual membersihkan keris, bertapa tidak tidur semalam, dan berdoa sambil berintrospeksi. Di Surakarta diadakan acara ritual Kirab Kebo Bule, yakni diaraknya sekawanan kerbau keramat. Dalam kirab ini, orang-orang biasanya akan berebut menyentuh tubuh kebo bule, termasuk kotorannya yang dianggap berkah. Sedangkan di Yogyakarta setiap malam satu suro digelar acara mengarak benda pusaka mengelilingi benteng keraton (Mubeng Benteng) namun tidak diperkenankan berbicara.

Pitru Paksha (India)

Pitru paksha atau yang berarti dua minggu para leluhur merupakan sebuah periode selama 16 hari dalam kalender Hindu dimana mereka harus mendoakan leluhur mereka sambil memberi persembahan makanan. Biasanya mereka mandi di kolam atau sungai yang dianggap suci pada siang hari. Dilanjutkan dengan berdoa dan pemberian hidangan khusus bagi leluhur yang ditaruh di rumah atau di jalan. Masyarakat India percaya apabila roh leluhur terkesan dengan persembahan mereka, maka selama satu tahun ke depan mereka akan diberkahi kemakmuran dan kesehatan.

 

 

 

Deste
Berbagai sumber