Upacara kemerdekaan Indonesia berjalan dengan khidmat tepat pada tanggal 17 Agustus 2019 pada pukul 9 pagi di Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Melbourne disusul oleh penaikan bendera Merah Putih di Federation Square, Melbourne pada pukul 12 siang.

Di salah satu landmark terkenal Kota Melbourne itu, Paskibra KJRI Melbourne memamerkan ketangkasan baris-berbaris mereka di hadapan ribuan penonton termasuk pejalan kaki yang berlalu-lalang.

Namun, ada yang berbeda dari perayaan kemerdekaan tahun ini. Karena masukan dari banyak masyarakat Indonesia, KJRI Melbourne akhirnya memutuskan untuk mengadakan Indonesia Raya Festival 2019, dimana terdapat stan makanan Indonesia dan penampilan-penampilan dari anggota komunitas Indonesia.

Konsul Jenderal Republik Indonesia untuk Victoria dan Tasmania Spica Tutuhatunewa mengatakan bahwa kesuksesan pengadaan pemilihan umum (pemilu) di Melbourne turut mempengaruhi tingginya minat masyarakat untuk aktif dalam kegiatan komunitas.

“Kesuksesan pemilu berdampak dan terus mengalir. Akibatnya masyarakat Indonesia semakin sadar akan satu sama lain, selalu menginginkan adanya kegiatan yang ingin dinikmati bersama.”

Hal ini menurut Spica seharusnya memotivasi mereka untuk terus menjaga kerukunan dan menghargai perbedaan yang tidak dapat dipungkiri pasti ada, yang turut mempengaruhi kontribusi kita bagi komunitas dan negara.

“Karena kita berbeda-beda tapi semua di sini warga Indonesia yang tinggal di Australia jadi kita seharusnya tetap guyub dan rukun. Karena dengan kita rukun kontribusi kita semakin jelas, baik selagi kita sebagai sesama Indonesia di Australia maupun nanti kontribusi kita dari sini ke Indonesia.”

“Melihat hal ini, pesan mengenai kerukunan, persahabatan dan karena itu pesan Bhinneka Tunggal Ika bagi kami dari KJRI menjadi sesuatu yang harus terus kami gaungkan.”

Indonesia Raya Festival adalah nama dari segmen perayaan hari kemerdekaan oleh KJRI Melbourne yang turut menyita perhatian ribuan pengunjung dan pejalan kaki di daerah Queensbridge, Southbank.

Panggung besar tempat berbagai penampilan komunitas diadakan menjadi fokus dari acara tersebut selain dari sejumlah stan makanan khas Indonesia yang tidak pernah kehabisan pengantre. 

Penampilan lagu dari grup musik Decky and Friends turut membuka acara yang dibuka pada pukul 12 siang tersebut. 

Selama 15 menit dari pukul 2 siang, parade kebangsaan yang menampilkan aksi dari Paskibra KJRI Melbourne, SMPN 5 Jogjakarta, Maluku Bersaudara, Pakaian Tradisional by Ganda, Mahindra Bali Gamelan dan Kawanua Melbourne mencuri pandangan penonton.

Tidak hanya itu, lagu Indonesia Raya beserta lagu kebangsaan Australia juga dikumandangkan pada hari perayaan kemerdekaan Tanah Air tersebut. Tati Carlin, salah satu kontestan Indonesia di acara kompetisi memasak Australia, juga turut ambil andil dalam demo memasak yang ia tampilkan ke pengunjung. 

Pemenang lomba 17 Agustus yang diadakan dalam bentuk rangkaian selama berhari-hari juga dibagikan piala dan medali emas pada momen bersangkutan. Penampilan kesenian daerah mulai dari tari, musik hingga tontonan pencak silat memenuhi jadwal panggung hari itu. 

Spica Tutuhatunewa mengatakan bersyukur atas cuaca hari itu yang sangat mendukung dan jumlah partisipan Indonesia yang meningkat. Hal ini terlihat dari jumlah orang yang tertarik untuk mengikuti kompetisi futsal.

“Kita  punya berbagai kompetisi olahraga. Ada futsal sebagai lomba baru tahun ini yang ternyata banyak peminatnya, sebanyak 11 tim. Jadi saya lihat minat masyarakat semakin meningkat.”

Prestasi ini memotivasi Spica untuk dapat terus melangsungkan misi KJRI Melbourne demi menciptakan komunitas Indonesia yang hidup.

“Sekarang kita tinggal memastikan kita capitalize potensi ini, jangan membiarkan itu berlalu tapi kita membangun terus menerus di atas dasar itu.”

Tidak hanya saat acara. Spica dan tim dari KJRI Melbourne pun rindu melihat lebih banyak masyarakat Indonesia di Melbourne lebih terbuka dan mau bergabung dengan komunitas yang sudah ada. Cara ‘turun ke lapangan’ menurut Spica adalah salah satu langkah efektif untuk mewujudkan keinginan ini.

“Kalau teman-teman semua tahu, sejak saya datang, turun ke masyarakat itu salah satu prioritas, karena kita ada di sini untuk melayani. Itu prinsip bagi kami. Datang ada untuk melayani. Jadi kami harus reach out ke masyarakat mendengar,” ungkap Spica.

“Kadang masyarakat malu datang ke konsulat karena mungkin jauh atau tidak ada yang kenal, jadi mereka tidak datang. Tugasnya konsulat untuk mendatangi masyarakat.”

Upaya “jemput bola” yang dilaksanakan dua kali setahun mereka lakukan demi menggapai misi pemberian pelayanan yang terbaik.

“Jadi setahun kami dua kali mengunjungi semua kampus yang ada di Victoria untuk pendataan mahasiswa baru. Untuk winter intake maupun summer intake.”

“Kemudian kita juga secara reguler ke kelompok masyarakat untuk melakukan pelayanan konsuler, data diri, pembuatan paspor dan lain-lain. Kita ke Warrnambool, Bendigo, Ballarat, dan Geelong. Cara ini kita lakukan sebagai upaya mengenal masyarakat dan kondisi mereka.”


APA KATA MEREKA

WINNE HO, FAITH WONG
Sacred Girls’ College Oakleigh

Our Indonesian teacher told us about this event and we were just interested to see. We have had Indonesian food before, I mean, this we’ve had Tolak Angin ice cream. It’s kinda like minty, I don’t mind.

This event is good, the weather is so nice. So far the angklung performance is the best, we never play angklung for a performance, we have angklung in our class but we never play in front of a lot of people. We definitely want to try angklung after seeing this performance! 

I think this event is very good, they have to do it again next year and I think we should perform. 

JAROT SUROYO, LENNY SUROYO
S2 Banking and Finance di Monash University & Ibu Rumah Tangga

Kita tahu acara ini dari pesan berantai di Whatsapp. Acara ini ok banget. Istri saya sampai custom baju di Indonesia untuk dipakai hari ini. Bagus lah kalau acara begini kan kita jadinya ngumpul-ngumpul, dan kebetulan kita baru tiga bulan, jadi antusias lah ikut acara ini.

DON BRIND
Pensiun

I’ve got a very good friend whom I’ve known from years who’s originally from Palembang. So we go to a lot of places in Indonesian, so I know the food well.

I think it’s a nice event, it’s good that it’s at the center of the city, because you’ve always got traffic coming through, I think it’s a great location.

The only thing, and it’s probably not the event organisers, but there should be toilets, because there are no toilets. A lot of people are going to Macca’s and it’s getting quite grumpy. That’s my only negative, other than that it’s very good!

Nasa