Jaman sekarang, banyak sekali aliran modern yang tersedia di industri musik. Mulai dari Pop, Rock, Rap, R&B, Hip-hop dan lain sebagainya. Kepopuleran musik jenis ini tak bisa dipungkiri telah menyingkirkan irama klasik seperti Jazz, Blues, apalagi Seriosa.
Seriosa merupakan jenis musik yang dianggap serius karena membutuhkan teknik suara yang tinggi dan rumit. Meski begitu, hal ini tidak menjadi halangan bagi seorang Fabio Simon Hutagalung yang memilih Seriosa sebagai aliran musik utamanya. Selain gemar menikmati, Fabio juga dikenal mampu menyanyikannya. Ia bahkan sudah sering tampil di berbagai panggung dengan suara emasnya. Selain mengisi berbagai acara di Melbourne, penampilannya di acara Celebration of Indonesia, Melbourne Town Hall bulan September silam memukau para penonton.
“Saya sudah dua kali ikut konser KKI [Keluarga Katolik Indonesia –red.] Pertama Mozart, terus Seven Last Word of Christ. Dulu pertama mulai dari konser KKI, aku suka ikut-ikut gitu, kan aku memang suka koor dan sudah lama di sini ngga ikut koor yang besar gitu. Terus aku diajak teman jadi aku ikut… Kebetulan ada lagu dari konser itu yang aku ikut nyanyiin,” ujarnya mengenai asal muasal ia mengisi acara-acara.
“Saya mulai nyanyi sebagai solois sejak SMA kelas 1, itu pertama kali mulai serius, taking private lesson, sebelumnya aku cuma ikut koor di gereja saja. Kan koor cenderung klasik gayanya, jadi memang sudah terbiasa klasik. Aku sendiri memang suka lagu yang agak-agak jadul, jadi ngga terlalu punya attraction sama pop. Pokoknya memang sudah environment-nya lagu klasik,” papar pria berusia 22 tahun tersebut.
Fabio mengaku mendapatkan inspirasi menyanyi Seriosa dari guru koor di sekolahnya saat ia duduk di bangku SMP. Selain memiliki hubungan cukup dekat, ia juga sangat mengagumi guru tersebut, dan kebanyakan dari cara ia bernyanyi terpengaruh oleh sang guru. Sedangkan penyanyi profesional yang menjadi inspirasinya adalah Pavarotti, Ian Bostridge dan Jonas Kaufman.
“Pas dulu aku masih les, aku sudah takut duluan, karena disuruh ikut konser sama guruku, sebab aku itu cuma murid, sementara yang lainnya guru, jadinya aku bingung. Terus kata guruku itu ngga penting, yang penting melakukan yang terbaik di stage of where u are right now karena you are a work in progress, jangan takut, kasih yang maksimal saja karena one day kita bisa saja surpass those people, kita nggak akan tau,” kisahnya.
Dalam berpentas, mahasiswa RMIT University jurusan Communication Design ini telah merasakan perbedaan antara tampil sebagai penyanyi solo, berdua dan menjadi duet, atau menyanyi dalam sebuah grup. Fabio mengaku ia mendapatkan kepuasan dalam nyanyi bersama ataupun sendiri. Kendati demikian, sensasinya berbeda. “Kalau ramai-ramai aku senang karena it’s just fun nyanyi bareng, kalau yang solo aku juga senang karena bisa bawa karakter ke dalam lagunya, apalagi kalau lagunya aku suka dan cocok dengan aku.”
Salah satu pengalaman berharganya adalah bernyanyi di panggung Celebration of Indonesia dalam rangka memperingati Kemerdekaan RI yang ke-70 dan di hadapan masyarakat Indonesia serta lokal Australia. Saat itu Fabio harus menyanyikan lagu-lagu nasional dengan irama klasik. Ia merasa sangat senang karena kesempatan seperti itu jarang ada, terlebih lagi ketika berada di negara rantauan. Saat itu, pelajar yang pertama kali menginjakkan kaki di Melbourne tahun 2011 ini dapat menjiwai dan lebih mengkhayati setiap lagu yang dibawakan. Hal inilah yang terkadang membuatnya lebih condong bernyanyi solo, karena ia memiliki kebebasan untuk mengekspresikan dirinya.
Ditanya siapa yang menjadi saingannya, pria bertubuh tegap ini menjelaskan bahwa ia tidak pernah merasa berada dalam lingkungan perlombaan. Dan memang sementara ini, dalam komunitas Indonesia di Victoria belum ada yang melakoni genre Seriosa seperti dirinya. “Daripada bersaing, aku lebih suka nyanyi duet untuk berbagi rasa dalam lagu. Setiap aku duet juga aku ngga ngerasa ada persaingan. Kayak kemarin aku sempat nyanyi sama orang yang suaranya lebih ke pop, jadi seru aja gitu. Aku justru lebih merasa empati karena sama-sama singer.”
“Kesulitannya biasanya time commitment ke project, aku bukan orang yang bisa sit around dan nggak ngapa-ngapain, aku suka do things, jadi kadang jadinya aku handling too much at one time. Tapi kalau tentang gimana bisa dikenal orang, aku ngga terlalu mikir ke situ, aku lebih mikirin gimana aku bisa deliver dalam project yang dipercayakan ke aku,” jawabnya saat ditanya mengenai kendala dalam bernyanyi Seriosa hingga dikenal oleh masyarakat.
Satu hal yang unik yang jarang diketahui orang awam, menurut Fabio, kebanyakan penyanyi Seriosa justru handal dalam menyanyikan genre lainnya karena untuk dapat membawakan tembang Seriosa yang baik, seorang penyanyi diajarkan agar dapat bernyanyi secara sehat dan natural sesuai bakat dan fisik masing-masing. Dan biasanya, latihan yang diberikan adalah teknik-teknik dasar dalam bernyanyi. Jadi jika ingin belajar menyanyikan Jazz, atau Pop, rata-rata guru musik akan mengajarkan teknik Seriosa dasar yang kemudian dikembangkan sendiri oleh masing-masing individu. Seriosa juga butuh bertahun-tahun latihan dan memakan banyak waktu serta konsistensi sehingga kalau tidak mempunyai tekad yang kuat, tidak akan bisa mahir.
“Jadi menurut aku, aliran musik Seriosa itu nggak ada batasannya. Aku punya banyak teman di Indonesia yang biasanya nyanyi lagu Seriosa, pas mereka nyanyi lagu lain bagus dan kelihatan terlatih, ngga cuma ngasal. Walaupun kadang kalau ada beberapa lagu yang nggak promote healthy singing, kita ngga bisa karena kita bakal merusak suara kita sendiri. Seperti disuruh teriak-teriak ala rock gitu nggak akan bisa, dan juga jadinya lebih kaku. Tapi secara versatility, secara teknik, kita itu kuat dan bisa apa saja,” jelas alumnus SMA Pelita Harapan, Jakarta itu.
Meski memiliki bakat unik yang tidak dipunyai banyak orang, Fabio sadar jika statusnya sebagai mahasiswa mengharuskannya untuk menimba ilmu sebanyak-banyaknya. Oleh sebab itu, Fabio harus pintar mengatur jadwal antara belajar dan berlatih vokal. Ia menyisakan waktu sekali dalam seminggu untuk bernyanyi bersama kawan-kawannya dan latihan di rumah bila ada waktu senggang. “Untuk aku, Seriosa bukan sebagai hal utama, namun sebagai hobi sampingan, kalau aku bisa bantu orang dengan mengisi acaranya then that would be great,” ucap pemuda yang kelak ingin menjadi seorang desainer grafis ini.
Pengembangan diri adalah suatu proses yang tidak mudah. Kita harus bisa berdisiplin dan menekuni hingga dapat mencapai apa yang menjadi tujuan hidup kita. Mengenai hal tersebut, Fabio tidak segan berbagi tips bagi para pembaca BUSET yang ingin mulai mengembangkan sayap, terutama di dunia Seriosa. Pada intinya, Fabio menyarankan agar kita tidak melulu fokus ke bagaimana bisa terkenal dan bisa muncul, akan tetapi fokus ke bagaimana talenta yang dimiliki bisa dikembangkan dan diolah sebaik serta sebijak mungkin.
“Kalau terus-terusan ambil job dan akhirnya merusak, berarti kamu tidak responsible. Tapi kalau nggak ambil job apa-apa berarti ngga responsible juga. Intinya bagaimana kamu bisa kembangkan diri menjadi maksimum,” katanya mantap. Dan sebagai prioritas, Fabio memilih “fokus untuk nyanyian yang bisa jadi berkat bagi orang.”
Terakhir, Fabio pun menyatakan prinsip yang selalu ia pegang teguh dalam menentukan setiap pilihan dalam hidup, “jangan takut, tetap humble dan faithful dengan apa yang kita punya.”
sasha
foto: dok. pribadi