SENI IRIGASI SUBAK

Museum of Indonesian Arts (MIA) adalah satu-satunya organisasi nirlaba di Australia yang berdedikasi untuk menjaga kelestarian seni dan budaya Indonesia. Kalau menurutmu ini adalah hal yang biasa, bacalah lebih lanjut. Yang mengagumkan dari MIA, mayoritas anggota komite organisasi ini adalah warga lokal Australia! Ya, budaya kita begitu dicintai oleh masyarakat Australia, hingga mereka pun dengan sukarela turun tangan dalam usaha pelestariannya.

Pameran seni disahkan oleh Konsul Jenderal Dewi Savitri Wahab

Hari Jumat pada pekan terakhir di bulan April silam menandakan pembukaan pameran MIA yang bertajuk ‘Expressions of the Sacred in Indonesian Arts’. The Highway Gallery di Mount Waverley didaulat menjadi lokasi berlangsungnya acara dan opening night dihadiri oleh puluhan peminat seni Indonesia. Acara diawali dengan kata sambutan oleh sang kurator pameran, Evelyn Dirdji. Bertugas memilah-milah barang seni untuk pameran ini, ia menyebut betapa bangganya ia akan koleksi yang dapat mereka pertunjukkan. Ia juga memaparkan rasa terima kasihnya pada para undangan yang telah hadir dan memberikan dukungan mereka. Selepas itu, Konsul Jenderal Ibu Dewi Savitri Wahab pun dipersilakan untuk mengesahkan pameran tersebut.

Tema yang diangkat secara spesifik melalui pameran ini adalah sistem irigasi Subak. Oleh karenanya, Konjen Dewi turut menekankan betapa pentingnya sistem pengairan sawah oleh budaya Subak. Cara kerjanya sudah jelas terbukti membuahkan hasil secara efektif. Tidak hanya itu, sistem irigasi Subak juga turut menghormati Dewi Sri yang melambangkan kemakmuran dan kesuburan. Hal ini dapat dilihat dengan adanya pura yang khusus dibangun di tengah-tengahnya. Sehubungan dengan ini, ketika ditemui Buset menjelang akhir acara, Konjen Dewi mengatakan, “menurut saya ini adalah acara yang sangat bagus sekali. Pertama, karena dipertunjukkan di sini berbagai bentuk budaya Indonesia yang merefleksikan keberanekaragaman agama. Kedua, satu hal pokok yang disorot oleh pameran ini adalah Subak dan rice cultivation. Rice cultivation ini juga sangat penting karena menyimbolkan agama, organisasi sosial dan irigasi di Subak, Bali. Jadi dunia juga bisa melihat sisi lain dari kekayaan budaya Bali, dan tidak melulu hanya pantai dan sebagai tempat wisata.”

Di malam pembukaan para tamu dijamu dengan Tari Sekar Jagat

Tari Sekar Jagat turut menyemarakkan malam pembukaan ‘Expressions of the Sacred in Indonesian Arts’. Tarian yang merupakan tari pembukaan sebuah acara ini sesungguhnya hendak ditarikan oleh penari yang khusus datang dari Jatiluwih, Tanah Lot dan Ulandanu. Namun sayang, pengajuan visa mereka ditolak oleh Department of Immigration and Border Security Australia. Hal ini tidak berarti batalnya bagian acara tersebut, sebab tiga orang penari dari Sanggar Sulintang Dances of Indonesia dengan sigap menyanggupi untuk mengisi acara.

         

Chairman MIA Halina, telah mengetuai organisasi ini semenjak pencetusannya 10 tahun yang lalu. Berbicara dengan beliau, terlihat jelas rasa cintanya terhadap Indonesia dan berbagai bentuk seni budayanya. Bila warga Australia saja bisa dengan bangga mengekspresikan rasa cintanya terhadap seni dan budaya Indonesia, ayo mari kita lebih bersemangat lagi sembari memberi dukungan tulus kepada mereka!

 

 

 

 

Ishie