“I want to keep having an impact. I want to make a difference. As simple as that.”- Dino Patti Djalal

Adalah seorang Dino Patti Djalal, founder Indonesia Diaspora Network (IDN) dan Foreign Policy Community of Indonesia (FCPI).

Kariernya diawali pada tahun 1987 dalam kepemerintahan Republik Indonesia. Selama masa aktifnya, ia mengemban berbagai tugas penting. Beliau bahkan sempat bertugas menjadi Duta Besar Indonesia untuk Amerika Serikat pada tahun 2010 hingga 2013. Hingga pada puncak kariernya, ia menjabat sebagai Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia pada masa kepresidenan Susilo Bambang Yudhoyono di tahun 2014.

Selepas semuanya itu, putra diplomat ternama Indonesia, Hasyim Djalal, tersebut kini tidak lagi berkutat dalam pemerintahan Indonesia. Namun demikian, usaha mulianya dalam memajukan bangsa terus berlanjut. “I want to keep having an impact. I want to make a difference. As simple as that,” demikianlah jawabnya ketika ditanya mengenai keaktifannya di luar kepemerintahan RI. Dino Djalal terus menggunakan pengaruh dan wibawa yang dimilikinya untuk memberikan dampak positif bagi masa depan Indonesia.

Kehadiran Dino Djalal di Melbourne pada awal April yang lalu, menarik minat setidaknya seratus diaspora Indonesia. Bertempat di ruang Bhinneka, KJRI Melbourne menjadi tuan rumah acara Temu Diaspora dengan Dino Djalal.

Malam diskusi tersebut menaruh fokus pada diaspora Indonesia. Diaspora merupakan sebuah fenomena global pada abad 21, dimana banyak individu yang tidak lagi berdomisili di tanah airnya. Dino mengajak semua yang hadir untuk melihat fenomena tersebut dari sudut pandang positif. Komunitas diaspora pada saat ini merupakan motor penggerak perekonomian dan bukan lagi menjadi beban negara, meski dahulu mungkin demikian adanya. Pergeseran perspektif tersebut juga dikarenakan jumlah para diaspora yang menjadi tenaga kerja profesional semakin meningkat. Mereka tidak lagi membutuhkan tunjangan pemerintah, baik itu pemerintah setempat maupun tempat mereka berasal.

Diaspora bisa jadi dianggap sebagai brain drain, apabila dilihat dari segi talenta yang memilih untuk tinggal di luar Tanah Air. Namun Dino menegaskan bahwa pemikiran seperti demikian hendaknya dihilangkan. Sebab bila wawasan diperluas sedikit saja, diaspora Indonesia justru merupakan network Indonesia di luar negeri yang berharga. Sebuah aset yang tidak ternilai. Total diaspora yang tersebar di penjuru Bumi ada sekitar 250 juta orang dan 6 juta di antaranya adalah diaspora Indonesia. Mereka memiliki kontribusi riil yang tidak kecil, dengan mengirimkan penghasilan mereka kembali ke Tanah Air untuk menunjang kehidupan keluarga.

Yoshi Sudarso (Blue Ranger) [atas] dan penyanyi Jessica Mauboy [bawah] menjadi contoh diaspora Indonesia
Indonesian Diaspora Network dibentuk pada tahun 2012 setelah sebuah kongres di Los Angeles dengan tujuan untuk menyambungkan komunitas-komunitas diaspora Indonesia (connecting the dots). Hingga saat ini, lima tahun kemudian, telah ada sekitar 65 IDN chapter. Dino juga menjabarkan berbagai tantangan yang ditemukan pada tahun 2012. Salah satunya adalah how to have a sense of community – diaspora Indonesia jumlahnya banyak namun mereka merasa mereka hanyalah sebuah komunitas kecil. IDN bekerja keras untuk menyebarluaskan rasa kebersamaan dan kekeluargaan para anggota komunitas diaspora. Tantangan lainnya adalah membangun sinergi antar mereka semua dan juga dengan Tanah Air.

 

Menurut Dino, bahkan Presiden Jokowi sangatlah pro-diaspora. Dengan demikian, banyak yang berharap ada perubahan-perubahan positif yang signifikan di waktu mendatang, salah satu yang kembali hangat diangkat adalah topik dwi kewarganegaraan. Dino menyatakan opininya mengenai hal ini; untuk menganut dual citizenship, ada kemungkinan Indonesia akan menerapkan secara selektif dimana hanya beberapa negara yang diperbolehkan.

Seperti kita ketahui, Dino Patti Djalal adalah pendukung penuh konsep Nasionalisme Unggul sebab baginya jenis nasionalisme sehat adalah yang terbuka, kreatif, moderat, dan adaptif. Hal ini tidak tertutup bagi mereka yang tinggal di luar Indonesia. Dino sendiri lahir dan bahkan menghabiskan sebagian besar hidupnya di luar Indonesia, namun hal tersebut tidak menipiskan rasa nasionalisme yang dimilikinya.

 

 

Ishie