Halo sahabat-sahabat BUSET! Apa kabar kalian pada hari yang indah ini? Aku harap kalian baik-baik saja. Di banyak tempat tentu kalian banyak mendengar kebisingan DC Comics atau Marvel sebagai superheroes-nya dunia. Tapi mungkin bagi kalian secara pribadi seorang pahlawan bukan Spider-Man si imut atau Thor si ganteng.
Yuk kita dengar siapa pahlawan ketiga sahabat kita dari edisi Hari Pahlawan Dear BUSET kali ini!
Dear BUSET, seorang pahlawan tidak perlu berkostum!

Salah satu pahlawan dalam kehidupan pribadi gue adalah tante yang paling lengket sama gue. Perempuan inilah yang selalu aku junjung sejak gue masih kecil. Dari gue yang masih bocah hingga sekarang kita itu dekat bangettt!
Saking dekatnya, sekarang kita rasanya hanya teman belaka. Umurnya hampir 40 tahun tetapi dia baru saja menikah dua tahun yang lalu. Sebelum itu banyak orang yang mencibir mengenai kehidupan tante gue, terutama kehidupan percintaannya. Pertanyaan-pertanyaan seperti, “Mbak, kapan nikahnya?” atau “Mbak, kapan punya anaknya?” tak henti terlantur dari bibir orang-orang di sekitarnya. Ia pun dengan kuat tak tergoyah oleh omongan-omongan mereka karena satu hal yang selalu dipegang teguh oleh tante gue adalah memprioritaskan karirnya. Dia itu workaholic! Dia adalah orang pertama dalam kehidupan gue yang membuktikkan bahwa perempuan memang punya kekuatan yang tak terbatas.
Dia adalah orang yang menyadarkanku kalau aku tetap bisa menjadi sukses tanpa harus dengan mendapatkan seorang lelaki dalam kehidupanku. Gue cinta banget sama tante gue!
Setiap bulan Desember, keluarga gue memiliki tradisi untuk selalu pulang kampung ke Tanah Toraja. Hari-hari di Toraja penuh diisi dengan banyak kegiatan-kegiatan pertemuan keluarga tahunan, seperti mendaki gunung bersama-sama. Suatu malam pada acara pulang kampung dua tahun lalu adalah malam sebelum pernikahan tante gue. Kali itu gue tengah sendiri dengannya di sebuah kamar. Selama itu gue benar-benar mencoba untuk mengontrol emosi gue sendiri karena semua perasaan gue tercampur aduk mengenai pernikahannya.
Gue bingung harus berkata apa karena gue pada satu sisi senang kalau ia pada akhirnya menikah dan di sisi lain gue sedih karena rasanya ada yang merebutnya dari kehidupan gue. Tetapi pada hari pernikahannya akhirnya gue sadar kalau kebahagiannya-lah yang gue sangat inginkan. Ia pun menikah dengan bahagia dengan suaminya hingga detik ini. Dia tidak hilang dari kehidupan gue dan tetap menjadi tante yang memahkotai ruang yang spesial dalam hati gue.
Litani Angelita Baby Rosa, Victoria University
Dear BUSET, Galgadot pasti iri dengan nenekku

Sosok pahlawan pribadiku adalah nenekku, Rosa Delima. Seorang wanita tangguh yang dikenal sangatlah galak dan begitu keras kepala untuk mengejar mimpinya tanpa henti.
Nenekku sejak masa mudanya seperti yang direncanakan mendalami ilmu kedokteran. Ia pun akhirnya mendapatkan gelar tersebut dan bekerja sebagai seorang dokter. Namun, hasrat sejatinya tak berhenti mengetuk pintu hatinya. Telah lama nenekku jatuh hati pada dunia bisnis manajemen dan bak akar yang takkan pernah bisa dicabut kegigihannya untuk mengejar mimpi sejatinya itu pun tak kunjung goyah.
Perlahan-lahan ia membangun kerajaan karir idamannya dengan sebuah klinik kecil, tempat ia bekerja. Sedikit demi sedikit klinik yang dulu sangatlah kecil tumbuh membesar menjadi sebuah rumah sakit besar.
Ia tidak berhenti di situ saja dan membangun sebuah sekolah yang baru saja dilebur menjadi sebuah institut universitas. Melawan tren banyak orang yang pensiun ketika usia 60, nenekku hingga menit ini bersikeras menolak untuk mundur dari perannya sekarang. Meskipun sejujurnya aku tidak terlalu dekat dengannya secara pribadi, tetapi aku suka berpikir bahwa sebagian dari alasan mengapa nenekku melakukan semua yang telah ia perjuangkan adalah untuk mendukung semua yang kecil dan membutuhkan bantuan. Mereka yang tidak memiliki keberuntungan yang sama dengan aku, juga sahabat-sahabat BUSET sekalian yang mampu merantau ke Australia demi menempuh studi. Semua ia dedikasikan kepada orang-orang yang demi memenuhi kebutuhan hidup dasar mereka harus mengais apa pun yang mereka bisa dapatkan.
Aku sangat bangga untuk menjadi bagian dari keluarga nenekku dan bersemangat untuk meneruskan kehebatan yang ia mulai!
Nathasya Veronica Winardi, University of Melbourne
Dear BUSET, tanpa mereka aku tidak tahu bisa berbuat apa

Menurut aku, orang-orang yang aku pandang sebagai superheroes dalam kehidupanku adalah keluargaku. Aku sangat bersyukur ada papa dan mama yang mengizinkan aku untuk meraih mimpiku untuk belajar di luar negeri. Mereka yang tanpa pamrih menyekolahkan aku ke Australia dan memberikan kebebasan kepadaku untuk memilih pelajaran atau karir apa pun yang aku ingin lakukan ke depannya.
Kebebasan dari orang tuaku ini bagiku adalah aksi kasih sayang yang aku begitu apresiasi terutama karena tidak semua orang tua seperti mereka. Aku tidak merasa terkekang dan diberikan dukungan mereka dalam menggapai impianku – tidak hanya secara finansial tapi secara moral yang tidak bisa aku dapatkan dari orang-orang lain.
Setiap kali aku mengenang segala perjuangan mereka bersamaku demi mewujudkan studiku di Melbourne membuatku terharu. Dari sebuah mimpi belaka ketika aku masih kecil hingga sebuah kenyataan yang tengah aku hidupi. Aku mengingat setiap jerih payah mereka terutama pada suatu momen dimana mimpiku ini terancam untuk tidak dapat terpenuhi sehingga kemungkinan aku harus kuliah di Indonesia saja. Tetapi hingga titik terakhir orang tuaku terus meyakini aku dan memberikan segala daya mereka agar aku bisa bersekolah di Melbourne.
Tidak hanya mereka tetapi kakakku yang juga selalu menggandeng tanganku selama perjalanan aku bertumbuh menjadi seorang wanita dewasa seperti ini hingga hari ini. Kakak yang tidak pernah meninggalkan aku dan selalu hadir terutama selama aku merantau dari Samarinda ke Jakarta sebelum aku ke Melbourne.
Kami yang hanya berdua mendampingi satu sama lain, kakak yang rela bangun begitu pagi hanya untuk mengantarkan aku ke sekolah, juga kakak yang tidak segan untuk menjemputku pula ketika tidak ada pekerjaan.
Terlebih lagi, sebuah kata sederhana seperti ‘terima kasih’ tidak bisa menutupi kemauan kakakku yang dengan tulus pindah ke Melbourne setahun sebelum aku pergi kuliah. Walau sempat terpisah ia pun sigap menungguku di Melbourne untuk kami dipersatukan kembali ketika aku berangkat ke Melbourne untuk kuliah. Ia yang selalu memastikan bahwa aku bahagia, baik-baik saja di universitas, dan makan enak hingga kadang dibuatkan makanan olehnya. Setiap dari mereka adalah Superman, Wonder Woman, dan Iron Man yang menyelamatkan hidupku. Tanpa mereka aku bukanlah siapa-siapa.
Anna Bella Marlientina, Monash University