Curhat-Curhatan dengan Santi Whiteside

Di tanggal 10 Oktober yang bertepatan dengan Hari Kesehatan Mental Sedunia, BUSET melaksanakan IG Live bersama Santi Whiteside, Multicultural Ambassador of Mental Health Foundation Australia. Di IG Live ini Santi berkesempatan untuk menjawab curhatan teman-teman dari komunitas BUSET. Penasaran apa saja isi curhatannya? Yuk, simak artikel berikut ini!

Romantic relationship, moving on, and the spirit to keep trying 

Hi Bu Santi tercinta, aku sebenernya lagi galau banget nih. Aku banyak banget trauma dengan setiap hubungan percintaanku sampai-sampai aku nggak bisa melihat potensi di siapa pun yang aku temui. Bukan berarti aku gak move on dan terus nggak tertarik secara fisik dengan siapa-siapa. I still think a lot of people are cute! Tapi aku lagi burnout banget sampe pusing sendiri. Ada saran gak untuk mengatasi hal ini? :((

“Misalnya kita punya pacar, pacar kita sifatnya jelek, bukan berarti semua orang seperti itu, dan kalaupun hal itu nggak bagus, itu semua akan jadi pembelajaran. Jadi tetap kamu harus move onbut learn from the mistake. Kalau kita putus sama pacar yang kedua, atau ketiga, tetep berujung tidak baik, bukan berarti semua orang seperti itu. Kita harus punya pemikiran positif, kalau kondisinya seperti itu, berarti orang itu memang nggak cocok buat kita. Keep trying, pasti ada yang lebih baik dari itu. Mungkin juga Tuhan memberi pelajaran, dan setelah itu akan dikasih yang lebih baik dari mereka. Jadi saran dari saya don’t stop, don’t stop trying.” 

High societal expectations and the importance of self-love 

Bu Santi, as someone who came from Asian household, I was raised to be an overachiever. I know that hard work is important. But it seems that the more I work, the more I achieve, the less I got appreciated. I can never say I am tired because people’s high expectations of me and now I am just somebody who is afraid of failure. What to do?

This is the problem with our communitywe already try our best, but people never appreciate it. So, you have to trust yourself first. Kita ga perlu tunggu appreciation dari orang lain, we have to love ourselves first. Kalau kita mau bantu orang lain, we also have to love ourselves first, we have to learn how to make ourselves happy first, and then you can help people. Jangan pernah punya pemikiran bahwa I already tried the best tapi saya masih belum bisa mencapai ekspektasi itu. You cannot compare yourself with anyone, you have to appreciate what you do. Don’t ask expectations from other people as well.

Teamwork in a family 

Sebagai seorang ibu, boleh nggak Bu Santi kasih tips ke anak-anak muda yang baru menikah atau punya anak masih kecil, gimana sih caranya untuk prevent mental health issue di kalangan keluarga? Seberapa penting peran ibu? 

“Untuk yang baru nikah, yang belum punya anak, pertama-tama mereka harus komitmen dulu. Seperti waktu aku menikah dulu, kita bikin komitmen (dengan suami saya) ‘kalau nanti punya anak, you have to help me as well,’ jadi jangan ‘oh ini kerjaan istri’. We have to work together. Kalau istrinya ready suaminya nggak ready itu susah, jadi misalnya nanti istrinya ngurusin anak, suaminya main game. You have to make commitment on how to make the family do teamwork, jadi kalau istrinya capek, anaknya nangis terus, bisa gantian sama suami. Dua-duanya harus saling membantu dan ada kerjasama, teamwork

Doing something new together as a family 

Dengan kondisi pandemi ini yang akibatnya harus Work From Home, apa tips yang bisa dilakukan pasangan suami istri untuk mencegah pertengkaran yang berkelanjutan di rumah? 

“Susah juga ya karena selama lockdown ini memang banyak sekali peningkatan domestic violence. Mungkin kalau kita bosen, try to do something together, mungkin masak sama-sama, going to the park togetheror just do something nice together. Cari sesuatu yang berbeda, mungkin nonton Netflix, atau senam bareng, atau ngelukis bareng. Harus cari kegiatan yang berbeda, menarik, dan dua-duanya sama-sama menikmati juga.”