Tidak terasa grup band asal Bandung, Kahitna telah 30 tahun menghibur dan menemani para penikmat musik tanah air. Grup band yang dimotori oleh Yovie Widianto tersebut memang telah melewati berbagai suka maupun duka serta berbagai rintangan dalam perjalanan karir yang mereka jalani.
Ada berbagai genre musik yang hadir beberapa tahun belakagan ini seperti K-Pop, Melayu dan beragam lagu Barat yang sering memikat hati pecinta musik. Namun, dengan tema ‘Cinta’nya, Kahitna mampu terus eksis sebagai salah satu band legendaris lewat lagu-lagu seperti Cinta, Andai Dia Tahu, serta Mantan Terindah yang mampu bertahan melewati berbagai jaman.
Sembilan personel Kahitna sekarang terdiri dari Yovie Widianto (keyboard dan piano), Mario Ginanjar (vokalis), Hedi Yunus (vokalis), Carlo Saba (vokalis), Dody Isnaini (bass), Harry Suhardiman (erkusi), Bambang Purwono (keyboard), Budiana Nugraha (drum), dan Andrie Bayuaji (gitaris).
Karya grup band yang identik dengan unsur jazz, pop, dan fusion tersebut memang pantas diacungi jempol lantaran mampu menarik jutaan fans lintas generasi dari berbagai daerah di Indonesia.
“Lagu-lagu cinta kami dibawakan dari mulai angkatannya Glen Fredly, Raissa, RAN, dan lain-lainnya. Ada kebetulan yang membahagiakan dimana musik kami lintas generasi tapi tanpa terasa gap dari lirik, musik, dan sebagainya,” ujar Yovie Widianto mengenai beragam lagu yang mampu bertahan seiring pergantian jaman.
“Kita merasa bahwa musik itu lebih bagus kalau bisa terus eksis dan ini dibuktikan dengan sampai sekarang kita yang masih main di pentas seni SMP dan SMA dan di Indonesia kita masih ada di daerah situ. Kita juga punya album baru yang judulnya “Rahasia Cintaku #Baper”, jadi musik itu bisa lintas generasi dan Kahitna membuktikan dalam tiga dekade ini. Potential buyer dari industri musik sendiri biasa umurnya selalu menurun ke bawah, biasa yang semakin dewasa semakin males untuk membeli. Para penggemar dewasa biasanya menikmati lewat televisi, radio, atau di iTunes. Tapi disitu musik Kahitna juga masih ada, bisa dicari di iTunes, juga salah satu upaya kita untuk terus bisa melebarkan musik. Kita ga tau keberhasilan Kahitna sampai mana nantinya. Tapi yang jelas kita berusaha terus sampai nanti sejarah yang menulis,” ujar Yovie tentang perjalanan karir Kahitna serta tren penggemar yang mereka amati.
Berbicara mengenai cara untuk menjaga kekompakan diantara para personel Kahitna, mereka mengakui bahwa mencoba untuk saling mengerti satu sama lain dimana masing-masing personel sudah memiliki bagian mereka masing-masing.
“Kita sudah lama sekali bermusik bareng-bareng jadi kita sudah sangat tahu karakter masing-masing gimana dan cara menghadapi orang-orangnya untuk terus menjaga kekompakan. Dan mungkin juga karena kita jarang ketemu selain di panggung, justru ketika di panggung kita malah kangen-kangenan. Biasa kalau ketemu kita sharing, sebelum manggung pas latihan kita bisa berbagi,” ujar vokalis Mario Ginanjar yang mulai bergabung di Kahitna sejak tahun 2003.
“Kalau vokalis sih kita sudah punya tugas masing-masing, jadi maksudnya sudah punya range masing-masing yang pada saat kita lagi nyanyi pembagiannya sudah jelas. Kalau pas kita lagi punya lagu baru, kita latihan sedikit pas lagi rekaman atau recording. Nah, kalau pada saat mau manggung kita latihan lagi seperti yang kita lakukan saat rekaman,” jelas vokalis lain, Hedi Yunus yang mulai dikenal luas saat membawakan single “Kristal-kristal Cinta” pada tahun 1989.
Selain itu, sang maestro Yovie Widianto menanggapi perihal tren musik Indonesia dan lamanya waktu yang dibutuhkan Kahitna sebelum meluncurkan album terbarunya pada Februari 2016 silam.
“Tren musik Indonesia menuju seperti jaman-jaman Kahitna pas saat ngeluarin album “Cantik”. Sekarang kita ada Tulus dan Raissa dengan musik yang kurang lebih mirip dengan gaya kita pada waktu itu. Jadi ini sangat menyenangkan karena jika kita lihat empat tahun yang lalu K-Pop luar biasa. Kalau tujuh hingga delapan tahun yang lalu mungkin musik Melayu lagi luar biasa. Tapi sekarang lagi balik lagi ke gaya-gaya Kahitna musik pop, progresif pop yang dulu disebut pop kreatif itu karena menurut saya musik itu pasti kreatif semua.”

“Sebenarnya di 30 tahun ini, kalau ada 10 album Kahitna dibuat average, setiap album 3 tahun kan. Itu lebih bagus daripada keluar album setiap tahun satu tapi tidak ber-impact. Lebih baik satu album, ada enam, tujuh, sampai delapan hits. Jadi kita bawain lagunya bisa optimal, disukai masyarakat semuanya, dan masyarakat bisa mengenal lagu-lagu Kahitna semuanya daripada keluarin album satu semakin banyak tapi ga nempel di masyarakat dan itu sejauh ini cukup berhasil,” papar pemusik asal Bandung yang lahir pada 21 Januari 1968 ini.
“Semoga lagu-lagu Kahitna bisa menjadi lagu-lagu yang menemani soundtrack kehidupan cinta ke pendengarnya,” ujar Yovie WIdianto mengenai pesan dan harapan Kahitna kepada penggemarnya sekaligus mengakhiri wawancara dengan BUSET.
Leo
Foto: Nys