Christian Hansel
Christian Hansel adalah mahasiswa jurusan civil engineering (teknik sipil) di Monash University. Sebelum menjabat sebagai Presiden PPIA Victoria, Christian sempat menjadi project manager Temulawak 2020-2021 sekaligus merangkup sebagai bendahara dan head of sponsorship di organisasi tersebut. Pemuda kelahiran 2001 di Jakarta ini juga hobi bermain guitar dan futsal di waktu luangnya.
1. Apa yang menjadi alasan Christian untuk bergabung dengan PPIA Victoria?

Kebetulan waktu pertama sampai di Melbourne (akhir 2019) langsung daftar ke PPIA, dan yang open recruitment waktu itu PPIA Victoria sendiri. Jadi langsung joined in di PPIA Victoria as a project manager untuk ‘Temulawak.’ Sebenarnya saya sudah ada background pas di senior high school (SMA) sempet dikasih kepercayaan juga untuk menjabat sebagai ketua OSIS, jadi ada pengalaman di OSIS untuk bikin event pentas seni. Kebetulan pentas seni di senior highschoolku ga seperti pentas seni dan lebih ke music festival yang mengundang kurang lebih 5000 orang. Jadi sudah ada background di event, ingin nyoba nih di environment baru di Melbourne gimana cara kerjanya bisa ditingkatin dan siapa tahu bisa dibawa ke dunia kerja.
2. Apa yang memotivasi Christian untuk mencalonkan diri menjadi Presiden PPIA?
Motivasinya cuma satu, optimis dengan offline. Dengan harus ada ‘new normal‘, kita bisa ke Melbourne, offline event dapat kita jalankan, dapat ketemu teman baru lagi. Apalagi PPIA Victoria juga sering komunikasi dengan KJRI, kita bisa mendapatkan teman dan anggota baru, mungkin dari kedutaan juga bisa berkenalan. Karena ini golden age menuju new normal, jadi ingin banget ambil opportunity ini.
3. Apa saja visi dan misi Christian untuk organisasi PPIA di periode 2021-2022?
PPIA Victoria memiliki cakupan yang luas, ada Victoria University di bawahnya dan universitas lain yang kita sebut ranting-ranting, ada 8. Jadi sebenarnya saya mau lebih fokus membuat PPIA Victoria sebagai fasilitator dan penghubung, karena di tahun-tahun sebelumnya aspek ini sangat kurang meski sangat diperlukan. Jadi sempat banyak miscommunication dan clash antara PPIA Victoria dengan PPIA dari universitas lainnya, padahal di situ peran PPIA Victoria sebetulnya. Sebagai mother figure dan fasilitator untuk PPIA-PPIA universitas di Victoria lainnya agar waktu mereka membuat even lancar, saat kolaborasi juga lancar. Jadi ini yang kita tekankan tahun depan, kolaborasi dengan PPIA ranting bahkan dengan PPIA Dunia dan PPIA di negara lain. Jadi ini visi misi saya secara pribadi.
Secara formal, visi saya adalah untuk menjadi dinamisator perhimpunan pelajar Indonesia, sebagai pionir penerima aspirasi yang adaptive, inclusive, creative, progressive, dan responsive. Guna mengembangkan potensi, sinergi, dan inovasi mahasiswa Indonesia serta memperkenalkan karya bangsa Indonesia di Victoria.
Misi saya ada 5:
- Mengoptimalkan sinergi antara PPIA cabang dan ranting
- Meningkatkan kualitas internal organisasi yang apresiatif, harmonis, dan bernafaskan professionalisme
- Pengembangan minat dan bakat mahasiswa Indonesia di Victoria
- Menguatkan media aspirasi sosial media untuk dapat mendapatkan pelayanan yang berkualitas
- Mengadakan dan memaksimalkan program kerja untuk memberikan pengetahuan kultur Indonesia
4. Program-program apa saja yang telah direncanakan untuk tahun 2021-2022?
Karena banyak mahasiswa yang pulang dekat-dekat ini, aku sedang membuat story highlights di Instragram untuk memberitahu dokumen-dokumen penting apa saja yang dibutuhkan untuk nanti kembali ke Melbourne, permit apa saja yang perlu disiapkan. Kita lagi bikin video documentary tentang orang balik ke Melbourne dan kita bakal upload ke sosial media. Dan kita juga akan bikin booklet tentang Melbourne, what to do in Melbourne, ada apa aja di Melbourne, dan dokumen formal yang mesti disiapkan.
Kita juga ada program kerja tahunan yang fix, 4 yang menjadi big deal adalah Temulawak, Victoria Cup, Alun-Alun dan Nobaria. Tapi di tahun depan dengan adanya kepengurusan baru, aku ingin melakukan gebrakan dengan kolaborasi lebih banyak dengan PPIA ranting. Salah satu program yang masih direncanakan dan masih perlu di pitch dan dikaji ulang yaitu ‘Giving Back to Indonesia‘ dimana kita kemungkinan akan membuat sekolah. Ini masih merupakan rough idea dan ongoing project yang ga bisa selesai dalam setahun, karena kita tahu perizinan, konstruksi, dan lain-lain akan memakan waktu. Kemungkinan ini akan berlangsung sampai 2 tahun, dan kepengurusan setelah aku juga akan memiliki PR untuk give back to Indonesia.
5. Bagaimana Christian menyeimbangkan kewajiban sebagai mahasiswa dan ketua organisasi?
Utamanya pasti fokus dengan sekolah si, karena satu hari itu 24 jam jadi ya bisa banget si. Dan kebiasannya karena PPIA itu meetingnya selalu malem after dinner untuk catch up dengan sesama executives dan committee. Karena itu, sehariannya sebelum meeting bisa di-allocate untuk sekolah. Dan PPIA itu ngebantu banget dari segi social skills dan komunikasi dalam bahasa Inggris karena saat kita deal dengan para sponsor juga selalu dalam bahasa Inggris.
6. Apa strategi dan tips sukses dari Christian untuk menjalankan peran dalam organisasi secara online?
Time management dan support system around us sangat penting. Kalau anggota committeenya bagus dan pertemanan kita juga bagus, pastinya kita bisa munculin ide-ide yang bagus. Awalnya memang susah banget untuk berteman baik secara online padahal belum pernah ketemu (in person/secara tatap muka), tapi dengan sejalannya waktu ngobrol-ngobrol terus, cari tahu tentang orang ini, dia sukanya apa, mungkin lebih menurunkan ego juga. Jadi ya bisa saja si kalau kitanya mau.

Nge-build acara secara online from scratch menurutku menjadi sesuatu yang paling berkesan tahun lalu. Karena tahun lalu itu banyak idea dan konsep yang berubah. Temulawak yang diadakan dari tahun ke tahun harus membuang konsep yang ada sebelumnya karena sekarang diadakan secara online. Pencarian cast dan director dari acara juga agak susah karena biasanya mereka dari anak arts yang ketemu in person, dan kalau secara online agak susah. Tapi walaupun online, kita berhasil membuat profit. Jadi benar-benar di luar ekspektasi untuk acara online dan untuk organisasi kita yang non-profit.
7. Apa rencana Christian untuk menjangkau para calon mahasiswa Indonesia agar kembali tertarik untuk belajar di Melbourne?
Untuk mahasiswa Indonesia yang masih bingung mau berangkat atau tidak, kebetulan kemarin kita udah meeting sama Victoria Government Trade and Investment (VGTI) dimana mereka punya kantor juga di Indonesia, di gedung WTC di Sudirman. Ada conference room yang bisa kita gunakan. Jadi kita sedang meracik gimana cara mempromoin Melbourne universities, dan ga lupa gimana mempromoin PPIA. Untuk sekarang yang mau kita propose adalah pre-departure session dan bbq party untuk memberi pengetahuan kepada calon mahasiswa tentang Melbourne. Acara ini juga akan open for public.