Lebih dari 800 orang hadir dalam ‘Catatan Najwa Goes to Melbourne: Belajar Merawat Indonesia’ yang diadakan pada Juli lalu di Robert Blackwood Hall, Monash University Clayton. Acara kerjasama LPDP Monash University dan IDN Victoria ini mengundang empat pembicara yang wajahnya kerap muncul di sosial media, maupun dalam media swasta lokal milik Indonesia. Yang paling menonjol tentu tuan rumah acara sendiri, Najwa Shihab, bersama dengan gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, lalu aktivis sekaligus ketua dari lembaga The Wahid Institute, Yenny Wahid, dan Yunarto Wijaya selaku Direktur Eksekutif dari Charta Politika Indonesia.

(dari kiri): Ganjar Pranowo, Yenny Wahid, Najwa Sihab, Yunarto Wijaya

Acara dibuka dengan sapaan hangat dari kedua MC, Muhammad Rifky dan Soraya Permatasari. Garis besar acara sore itu berangkat dari sambutan dari para Project Manager dan perwakilan LPDP Monash Community dan IDN Victoria, yaitu untuk merangkul pandangan masyarakat di tengah perbedaan yang ada. Seperti hujan setelah kemarau yang tak berkesudahan, acara ini muncul setelah pemilihan umum yang cenderung terpolarisasi untuk menyemangati kesatuan dalam Pancasila guna meraih tujuan bersama-sama.

Antrian panjang untuk berfoto dengan Najwa

Sebelum pembicara masuk panggung, lagu kebangsaan Indonesia Raya dengan ketiga stanza-nya dikumandangkan di aula tersebut. Tepuk tangan yang meriah menyambut kedatangan bintang tamu utama dan pertama, yaitu Najwa Shihab seraya berjalan ke tengah panggung. Bagi Najwa, yang diadakan ini  adalah “ikhtiar” Narasi TV bersama LPDP Monash Community dan IDN Victoria, yaitu untuk jadi sarana tampungan potensi dan kisah masyarakat, demi mewujudkan impian kecil untuk “melipatgandakan” baik kisah yang luar biasa dan biasa. Jika digabungkan, kedua kisah tersebut dapat menjadi hal yang inspiratif untuk pendengarnya.

Kaos Borubudur Marathon yang dipamerkan pada penonton

Lingkungan Damai sebagai Hasil dari Diskusi yang Damai

“Mau santai membuka ruang diskusi, menjernihkan kembali arti politik.” Wanita yang pernah mengenyam pendidikan selama satu tahun di The University of Melbourne ini memperkenalkan dirinya sebagai pemandu dalam panggung politik, yang bukan hanya bertanya, tapi menunjukkan fakta, mengekspos informasi yang ada. Merenung kembali ke pemilu yang berakhir, Najwa menggambarkan bahwa narasi yang dangkal tentang politik bisa berakibat mematikan yang bisa membuat ‘kejahatan’ publik  menjadi suatu hal yang normal di NKRI.

Dikusi serius namun santai

Sore itu menjadi dialog pertama Yunarto Wijaya, atau yang akrab dipanggil Mas Toto pasca-pemilu. Dirinya adalah tokoh yang cukup kontroversial tengah pemilu, dimana ia menerima ancaman pembunuhan waktu itu. “Di sini gak ada Prabowo, Jokowi, tapi hanya satu, anak bangsa,” ujarnya.

Senada dengan Najwa, polarisasi tengah masyarakat merupakan hal yang dapat mengoyak bangsa. Toto sadar simbolisasi agama yang cenderung dilihat masyarakat sebagai perpecahan, di sini, ia melihat prestasi generasi muda dalam olahraga, musik dan seni sebagai sumber perdamaian. Lagi-lagi, ia melihat adanya tantangan tengah masyarakat Indonesia, dimana tantangan sebenarnya bukan melulu dalam lima tahun ke depan, tapi dalam bagaimana tiap orang bisa meletakkan nasionalisme di atas ego atau kepentingan masing-masing. “Lakukan pekerjaan Anda dengan baik dan kemudian tetaplah bergaul, karena secara otomatis jika Anda bergaul, Anda punya anak buah dan rekan bisnis dari bermacam etnis dan agama, disitulah Anda sudah meletakkan nasionalisme di atas ego primordial yang ada.”

Penonton dari berbagai lapisan generasi berkumpul di acara ini

Dialog Positif di Akar Rumput

Dengan bangga dan senyum ramahnya, Ganjar Pranowo pun menuju panggung seraya memamerkan kaos ajang lari ‘Borubudur Marathon’ kepada para hadirin. Gubernur zaman now ini terkenal dengan aktivitasnya yang memberdayakan media sosial untuk menjangkau rakyat.

Sore itu, ia menjelaskan tentang kepentingan media sosial yang dapat menghancurkan sekaligus merekatkan rakyat Indonesia. Untuk beliau, pesan Pancasila di era digital ini bisa dibangun dengan cara yang berbeda, bukan melulu dengan pelajaran PMP/PPKN, tapi gimmick nasionalisme pun bisa muncul dari media sosial. 

Selfie bersama keempat narasumber

Sekarang semua orang mengikuti baik benar atau salah, maka pengaruh [sosmed] sangat besar. Ganjar menghimbau agar netizen dengan pengaruh yang besar, seperti dirinya yang ialah seorang figure publik, harus tanggungjawab untuk setiap followers-nya baik dalam kelompok dan individu. Menjaga perasaan serta berkontribusi dalam narasi yang positif adalah dua kunci untuk mewujudkan demokrasi di Tanah Air tercinta.

Untuk seorang Yenny Wahid, merawat Indonesia adalah ketika seluruh orang yang berbeda latar belakang ras, agama, bisa duduk makan bersama. Terpecahnya persahabatan karena pilihan politik menjadi kegelisahannya melihat negeri ini.

MC: Muhammad Rifky dan Soraya Permatasari

Gerakan negatif harus dilawan dengan gerakan positif. Dengan kerjasamanya bersama UN Women dan Google dalam Wahid Foundation, Sekolah Damai dan Peace Village, Yenny Wahid ingin mewujudkan suatu noisy majority yang memperlakukan setiap orang sebagai saudara.

Apa sebenarnya yang jadi tujuan NKRI bersama? Yenny mengungkap bahwa arti tujuan bersama adalah tidak mengedepankan kesenangan pribadi. Dengan terjun langsung kepada masyarakat lokal lewat komunikasi, pendekatan pendidikan, ekonomi, ia berpendapat bahwa dialog itu jauh lebih signifikan daripada sekadar ceramah saja.

Sang bintang ramah melayani para penggemarnya

Acara ini dikemas dengan sesi Tanya Jawab lalu kata penutup, puisi ala Catatan Najwa yang mengungkap sebuah teguran dan ajakan untuk Indonesia, agar makna perbedaan, keragaman satu bangsa tidak menjadi pemecah belah Indonesia. Semoga semangat untuk melawan narasi provokatif, hoaks dapat inovasi dan prestasi yang tumbuh dari kerinduan untuk merawat Indonesia milik kita.


Apa Kata Mereka

Abigail Sharon, mahasiswi Monash University jurusan Education

Yang pasti ini berfaedah banget karena kita itu jadi tahu setelah pemilu kemarin yang heboh banget, kita sebagai warga bagaimana dan melihat politik itu seperti apa. Pasti ada kekurangan terus banyak hal yang kita tidak setuju juga sebagai warga. Menurut saya, event ini membukakan kita dan cara pikir kita untuk lebih aktif dan kritis dalam melihat politik di Indonesia.

Lim, warga Indonesia di Melbourne

Ini acara boleh sering diadakan supaya membangkitkan kita punya rasa persaudaraan, persatuan. Itu menurut saya sangat bagus sekali.

Lukman dan Ewa, mahasiswa Monash University

Jadi membuka wawasan dan menyadarkan diri kalau Indonesia itu beragam dan kita harus menghargai itu dan itu membuka wawasan saya. Diskusi itu topiknya agak berat tapi dikemasnya dalam cara yang simpel dan kita bisa nikmatin, bagus pokoknya.

Adisa