Info soal kedatangan Cak Lontong ke Melbourne sudah diumumkan jauh-jauh hari. Rasanya di tengah suhu politik makin memanas, memang butuh kegiatan yang bikin hati senang dan kepala tidak tegang. Pantas jika kehadiran Cak Lontong pada 10 November lalu di Melbourne Convention Center (MCCC) dalam acara bertajuk Cak Lontong Goes to Melbourne disambut antusias.

Duet Cak Lontong dan Akbar selalu berhasil mengocok perut

Acara komedi kebangsaan ini diprakarsai oleh Forum Masyarakat Indonesia di Australia (FMIA). Forum ini memiliki tujuan untuk mempersatukan masyarakat Indonesia yang tinggal jauh di Negeri Kangguru ini untuk memiliki rasa peduli kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan menyelenggarakan bermacam bentuk acara dari forum diskusi, dialog, hingga pertunjukan stand-up comedy, FMIA berharap agar kehadirannya di tengah-tengah masyarakat dapat menjalin kebersamaan dan pengertian sesama Bangsa Indonesia di tengah-tengah perbedaan agama dan lintas budaya.

Cak Lontong tidak sendiri, ia didampingi pelawak Akbar serta penampilan musik para seniman Indonesia di Australia seperti Jawa Pitu Band, Bona Pasogit Group, The Rantau dan Sanggar Tari Lestari.

Kolaborasi musik dan tarian dari Jawa Pitu Band dan Sanggar Tari Lestari

Sebelum ke acara inti, penonton yang hadir dihibur terlebih dulu oleh The Rantau Band yang menyajikan bermacam lagu tradisional Indonesia dengan gaya fusion jazz. Mulai dari Bubuy Bulan sampai Yamko Rambe Yamko.

Selanjutnya adalah kolaborasi antara Jawa Pitu Band dan Sanggar Tari Lestari yang menggabungkan secara unik musik Nusantara dan Afrika dengan improvisasi jazz dan funk. Grup tari yang sudah berusia hampir 30 tahun ini muncul dengan tarian mereka yang diiringi lantunan lagu Sajojo dan Seluring oleh Jawa Pitu Band.

Tamu spesial Bapak Menteri Yasonna Laoly

Cak Lontong Goes to Melbourne juga dihadiri tamu spesial, yakni Yasonna Laoly, Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia. Rupanya beliau pula seorang penggemar berat lawakan Cak Lontong. Melalui kesempatan tersebut, dirinya berpesan agar anak bangsa tetap bersatu dan menggunakan perbedaan sebagai kekuatan bukan perpecahan.

Ketika yang ditunggu-tunggu akhirnya muncul ke atas panggung dengan setelan batik dan sapaan khasnya, “Salam lemper!” dan petuah “mikir”-nya, penonton sudah dibuat tergelak Baru berbicara beberapa saat, bahkan meski baru membuka suara sejenak. Materi yang ia bawakan pada malam itu dimulai dengan dilemanya saat memilih baju untuk pergi ke Melbourne yang musimnya sering bergonta-ganti. “Walaupun hawa dingin, sambutannya hangat,” komentarnya.

Materi beragam seperti kekhawatirannya dalam berbahasa Inggris, transportasi di Melbourne dan Indonesia, Hari Pahlawan, dan sepakbola Indonesia dibawakan Cak Lontong secara ringan, namun serius. Ia juga sempat mengutip kalimat terkenal dari presiden pertama RI Soekarno, “tugasku ringan karena aku hanya melawan penjajah. Tapi tugasmu berat karena kamu akan melawan bangsamu sendiri.”

Cak Lontong setia melayani foto bersama fans di luar gedung

Bukan sekadar gelak tawa yang ia inginkan, namun dari setiap banyolannya, Cak Lontong selalu berusaha menyampaikan sisipan penting yang mengundang penonton untuk kembali berpikir kritis. Ia pun mengajak masyarakat Indonesia agar tidak membuang energi untuk hal-hal yang dapat berdampak negatif.

Sebagai pesan terakhir, Cak Lontong dan Akbar sepakat dalam menasehati penonton agar lebih bijak dalam memilah dan memilih berita, apalagi dengan banyaknya hoax. “Lebih banyak dengar, dan sedikit bicara. Rasa toleransi dijaga, karena kita satu bangsa dan sekat harus dihilangkan,” tutup Cak Lontong.

 

 

Apa Kata Mereka

 

Eni

Ringkas karena bisa dimengerti. Biasanya kan soal politik, tapi ini enak banget santai terus nggak konyol. Lucu tapi intelek.

 

Ria, Mahasiswi PhD di Melbourne University

Ya, menarik karena saya di Indonesia memang sering nonton Cak Lontong di Jakarta dan suka lihat juga di televisi. Pas orang-orang ngomong ada Cak Lontong di Melbourne saya langsung beli tiketnya. Masih lucu. Walau kalau di Jakarta saya nonton di Taman Ismail Marzuki dan jadi bagian dalam opera besar, di sana gregetnya lebih kenceng. Tapi tetep garing dan masih bikin ngakak.

 

Aldrin, Kezia, dan Noel –  Mahasiswa

Seru banget acaranya, refreshing banget apalagi buat orang-orang Melbourne yang sudah lama tidak ke Indonesia, sudah lama tidak dengar Bahasa Indonesia. Apalagi bisa lihat Cak Lontong dan Mas Akbar ber-stand-up comedy. Pokoknya seru banget, harus sering-sering bikin acara seperti ini.

 

 

 

 

Adisa