Jembatan Poetry Society sebagai komunitas yang bertujuan untuk menjembatani berbagai budaya melalui puisi, kembali mengadakan acara baca puisi bersama di siang hari yang diadakan empat kali setahun. Acara ini terbuka bagi yang sudah berpengalaman maupun juga yang baru ingin mendalami puisi.

Pembacaan puisi dihadiri sekitar 20 peminat di restoran Italia Piccolo Mondo, Lygon Street

Diadakan pada siang hari di restoran Italia Piccolo Mondo, Lygon Street, Carlton, sekitar 20 orang dari berbagai komunitas baik yang Indonesia maupun tidak, hadir dan bergiliran membacakan puisi yang mereka buat dan karya puisi orang lain yang mereka sukai, dalam bahasa Indonesia serta Inggris. 

Pembacaan puisi dihadiri sekitar 20 peminat di restoran Italia Piccolo Mondo, Lygon Street

Puisi adalah sebuah karya sastra yang menyampaikan suatu cerita dengan sebuah estetika, bisa melalui permainan ritma bahkan hingga bait dan larik yang disusun dengan indah. Bagi Anton Alimin, Ketua Jembatan Poetry Society, puisi mengisahkan sebuah cerita yang bisa disampaikan dalam berbagai bentuk baik lisan maupun nyanyian. “Karena kita ingin melihat dan mendengar, puisi yang kita inginkan di Jembatan Poetry Society ya tarian boleh, pakai kata boleh, dalam bahasa badan pun silakan. Yang penting harus keluar dari hati,” ucapnya tentang esensi dalam puisi.

Bela menerjemahkan dan membacakan salah satu puisi karya seorang hadirin dalam Bahasa Inggris ke Indonesia, dan mencoba menangkap maksud dan emosi yang diutarakan

“Puisi adalah sesuatu yang Anda rasakan, baik itu kesedihan atau kebahagiaan. Ketika kita bisa utarakan ke seseorang, kita utarakan dengan pensil dan selembar kertas. Ada yang sifatnya pribadi, gak bisa orang tahu. Ada yang diutarakan ke banyak orang,” tambahnya. Dengan mengeluarkan perasaan dari hati, Anton memandang puisi sebagai bentuk terapi diri karena menurutnya lebih baik mengeluarkan perasaan dalam hati dibanding memendamnya terlalu lama.

Jeltje Fanoy membacakan puisi dari buku karyanya bertajuk ‘Princes by Night’

Selain membacakan puisi, ada juga hadirin yang menyiapkan alat musik dan menyanyikan lagu. Perpaduan pembacaan puisi dan menyanyikan lagu, serta menyantap makanan membuat suasana menjadi sangat tenang dan ceria. Anton percaya suasana seperti ini dapat meringankan hati dan membuat para hadirin lebih terbuka. Disiapkan beberapa buku puisi hasil karya berbagai macam penyair bagi yang tertarik untuk membaca.

Pada acara tersebut mereka yang hadir bergiliran membacakan puisi yang memiliki tema yang sedang menyentuh hati masing-masing individu. Tema yang disentuh dalam bentuk puisi pada hari itu termasuk puisi untuk seorang anak, tentang alam, isu kehilangan lahan, pengalaman dengan intoleransi, pengalaman sebagai seorang perempuan serta doa untuk papua. Ada juga seorang penyair bernama Jeltje Fanoy yang membacakan sebuah puisi tentang ibunya dari buku hasil karyanya bernama Princes by Night. Terlihat juga beberapa hadirin meneteskan air mata setelah membacakan puisi mereka.

Ada kotak donasi untuk yayasan yatim piatu di Indonesia yang disiapkan di meja untuk mereka yang ingin beramal. Dalam acara ini orang yang ingin mengekspresikan keluh kesah dalam bentuk puisi maupun belajar lebih banyak tentang puisi dipersilahkan untuk datang, yang paling penting sebelum atau sesudah membacakan puisi dalam bahasa di luar Inggris pembahasan tentang puisi tersebut dilakukan dalam bahasa Inggris agar semua para hadirin dapat mengerti.


Apa Kata Mereka

Roro, bekerja di bidang hospitality

Mostly orang Indonesia tapi ada beberapa yang bukan, tapi karena multikultural, punya rasa yang sama, jadi menyenangkan. Dan kerinduan kita terhadap Indonesia karena kita migran ya, kita punya kerinduan dengan Indonesia. Saya suka baca sastra, terutama sastra Indonesia. Saya suka karya Pramoediya, Aya Utami. Ketika pindah ke sini, ketemu dengan komunitas ini, saya tiba-tiba jadi baca puisi juga. Berhubungan kita migran, lebih sulit mendapat akses ke forum diskusi, Jembatan Society ini memberi kita peluang untuk itu.

Sjaak, musisi paruh waktu

I like poetry, Anton is incredibly friendly and encouraged me to come along. Jeltje and I performed in the Satay Festival, and Jeltje recited some of her poetry, which was about her uncle being in Sumatra. And Anton was there and introduced himself. He told us about the Jembatan Poetry Society.

Denis