Entrepreneur kelahiran Surabaya ini ialah salah satu founder Xynergy Realty Group – sebuah perusahaan investasi properti – yang berdiri sejak 2008 dengan kantor pusat di Melbourne, Australia. Dalam kesibukannya, Bruce Oliver telah menyediakan waktu bertemu dengan BUSET untuk sekedar menceritakan selak beluk kehidupannya sebagai seorang pebisnis sukses berdarah Indonesia di Benua Australia.
Ketertarikan Bruce di bidang properti rupanya telah lama ia miliki karena orang tuanya jauh lebih dulu berkecimpung di bisnis yang sama. Ketertarikan ini lalu berkembang menjadi sebuah hobi dan keahlian yang akhirnya diwujudkan jadi nyata ketika Bruce beserta partner usahanya, Ivan Tandyo membangun perusahaan Xynergy. Salah satu alasan di balik ketertarikan itu diungkapkan Bruce karena dirinya berpendapat bahwa properti adalah cara paling aman untuk berinvestasi dibandingkan dengan foreign exchange atau bermain saham yang penuh resiko. Selain itu ia juga menjelaskan ketika seseorang ingin membeli properti, yang biasanya merupakan salah satu pembayaran terbesar mereka, banyak emosi yang terkandung di dalam proses tersebut. “I like to deal with people when they want to make a big decision in their life, because in a way, we can educate them to do the right thing,” ungkapnya.
Bruce mengatakan jika dirinya tidak memiliki seorang tokoh panutan dalam dunia berbisnisnya, namun ia menghargai usaha Richard Branson, sang empunya perusahaan Virgin yang sudah mendunia. Bagi ayah dua anak ini, Richard Branson aladah seorang visioner yang mampu menemukan orang-orang yang tepat untuk mengurus perusahaannya dengan baik. “Does he really have the expertise? The answer is no, but he can see something that he can do about in the industry. He get people to do it, but he is the one who make it happen because of his vision”. Dalam hal memiliki visi yang besar dan berani mengambil resiko, Bruce merasa dirinya bisa banyak belajar dari Sir Richard Branson.
Kesulitan tentunya selalu ada dalam berbisnis, akan tetapi Bruce selalu menghadapinya dengan antusias serta pemikiran yang positif. “The challenge is always there, but that what make us wake up everyday and be motivated to make the company keep running and expanding”.
Salah satu tantangan yang harus dihadapi pria lulusan Bachelor of Business in International Business and Marketing dari Swiburne University dalam berbisnis di bidang properti adalah untuk selalu mencari keuntungan tetap yang cukup tiap bulannya untuk mengayomi setiap orang di perusahaannya. Seperti yang sudah diketahui, biaya sumber daya manusia di Australia sangatlah tinggi, bahkan mencapai sepuluh kali lipat dibandingkan di Indonesia sendiri. Di saat yang bersamaan Bruce menegaskan bahwa berbisnis di Australia sangat terjamin bila dilakukan dengan baik sebab tak bisa dipungkiri, Australia merupakan negara yang aman dengan perekonomian yang kuat.
Darah Indonesia yang mengalir dalam diri mereka tidak membuat Bruce dan Ivan untuk lalu melupakan Tanah Air. Tak selang berapa lama sejak didirikannya Xynergy Realty Group kedua rekan ini pun membuka kantor cabang di Indonesia dengan cakupan properti yang ditawarkan dari sejumlah negara termasuk Malaysia dan Singapura.
Dalam pertemuan singkatnya dengan BUSET, Bruce sempat sedikit menjelaskan siklus naik turunnya nilai properti di Australia yang menurutnya mirip dengan siklus jam analog. Bila dibayangkan angka 12 sebagai puncak dan angka 6 sebagai dasar, properti di Melbourne sedang berada di sekitar jam tujuh. Walau kedengarannya tidak baik, sebenarnya inilah saat yang tepat untuk berinvestasi properti di Melbourne karena nilainya akan naik di beberapa tahun mendatang. Tidak baik untuk seseorang berinvestasi properti di saat nilainya sudah di angka 11 atau sudah hampir mencapai puncak karena dari sana hanya akan ada penurunan nilai. Misalnya saja di Sydney, Bruce menjelaskan bahwa di tahun 2013 ini nilai properti di Sydney telah berada di sekitar jam 11. Siklus ini dipengaruhi banyak faktor, namun secara garis besar, di Australia hanya ada tiga hal penting yang harus diperhatikan, yakni tingkat suku bunga, ekonomi global dan regulasi dari pemerintah terutama mengenai imigrasi dan properti.
Kemahiran dan pengalaman Bruce dalam bisnisnya bukan semata-mata faktor tunggal yang bisa membuatnya sukses seperti sekarang ini. Ia mengatakan bahwa untuk menjalankan bisnis, diperlukan karakter dan mentalitas yang kuat. Seseorang harus punya banyak keberanian untuk mengambil resiko, tahan banting, tidak cepat putus asa dan kreatif. Selain itu, tim yang kuat juga merupakan unsur penting dalam menjalankan bisnis yang sukses. “You need a strong team too because without a good team you will go nowhere,” cetusnya.
Untuk kedepannya, Bruce rupanya sudah memiliki rencana yang cukup mantap bagi dirinya dan perusahaannya. Misalnya saja rencana perluasan ke China. Alasan Bruce ingin masuk ke market China tak lain karena banyaknya populasi dengan target market yang sesuai.
Sedangkan untuk di Indonesia, walaupun Xynergy telah memiliki cabang di tiga kota, Jakarta, Surabaya dan Medan, Bruce ingin menambah cabang perusahaannya di beberapa kota lainnya. Selain itu, ada juga rencana jangka pendek untuk melakukan internal development dan menjadikan Xynergy sebagai perusahaan multinasional sebagai rencana jangka panjang.
Mengakhiri wawancara dengan BUSET, Bruce ingin mengingatkan bahwa di dalam berbisnis, ada baiknya untuk membagikan keuntungan yang kita dapat kepada komunitas di sekitar kita. Dalam hal ini, perusahaan Bruce ikut berbagi melalui program beasiswa sekolah yang diberikan kepada anak-anak tidak mampu di Indonesia. “We want to do this for a good cause. Yes it is a business, but at the same time we don’t forget about giving back to the community. We have to take care those people who are talented but don’t have money. In hope that one day they can contribute something back to Indonesia.”
(gaby)