Bincang-bincang dengan Komikus Indonesia

Happy International Comic Day!

Selamat Hari Komik Bergambar Internasional bagi semua sahabat BUSET yang gemar membaca komik! Indonesia terkenal sebagai negara yang penuh dengan kesenian-kesenian unik, termasuk karya seni komik bergambar. Memang sejak dahulu ketika membicarakan mengenai cerita bergambar, kreasi-kreasi komik yang paling terkenal pada waktu itu berasal dari para komikus Jepang atau Amerika.

Tetapi, seiring berjalannya waktu dan perkembangan teknologi yang semakin canggih, industri komik Indonesia dengan pesat berkembang karena lahirnya platform komik digital seperti Line Webtoon. Pandemi terutama sangat membantu dengan jumlah pembaca dari komik-komik ini karena mendorong orang-orang untuk mencoba atau melakukan hal-hal baru. Demi merayakan hari yang bahagia ini, BUSET telah mengundang tiga komikus Indonesia yang terkenal di jagat Line Webtoon untuk berbicara mengenai kehidupan mereka sebagai komikus dan hal-hal behind the scene pembuatan komik mereka!

CHAIRUNNISA PUSPASARI adalah komikus digital terkenal di platform Webtoon dengan komik bergambarnya yang berjudul “Matahari ½ Lingkar” dan yang sedang on going ; “Joy Delight”. Komikus asal Tanggerang ini berhasil mengikat sekitar 725.6K viewers dengan pahit manis romansa dari plot yang ia kembangkan memalui karakter-karakter di dalamnya. Terlebih lagi, komik-komik romansa Chairunnisa menghadirkan drama yang realistis dan dapat dialami oleh banyak orang – dipertemukan kembali kepada cinta pertamamu dari sekolah.

Dengan pekerjaan yang berbeda dengan pekerjaan kantoran lainnya, bagaimana jadwal kerja Anda dalam membuat komik? Bagaimanakah proses pembuatan komik-komik Anda pada umumnya?

“Keseharian orang perkantoran memang biasa dikenal dengan sistem nine to five ya kan? Sedangkan komikus seperti aku bisa saja bekerja mulai dari sembilan atau sepuluh pagi hingga 11 malam. Itu semua aku lakukan secara digital semua! Dahulu, aku memang sempat melakukan sketsa untuk episode komik aku secara manual, yaitu dengan pensil di atas kertas kosong. Tetapi aku akui proses itu memakan begitu banyak waktu karena setelah menggambar sketsa-nya aku harus scan halaman tersebut ke komputer, mengedit beberapa hal dan berbagai banyak langkah yang tidak diperlukan apabila aku menggambar secara digital. Terlebih lagi dengan menggambar komik-komik aku secara digital, mampu membantu aku untuk mengejar deadline upload komik aku! Karena aku harus selalu update setiap minggu pula, aku selalu menetapkan target proses pembuatan komik aku.

Target standar yang saat ini aku ikuti untuk mengerjakan satu episode komik termasuk tiga hari sketsa dan line art lalu tiga hari lagi untuk proses pewarnaan juga finishing sehingga aku bisa istirahat selama satu hari penuh setelah itu.”

Dalam proses pembuatan komik, apakah tantangan-tantangan yang mecegah Anda menyelesaikan komik? Apakah keberadaan COVID-19 yang baru-baru ini muncul memberikan Anda lebih banyak beban atau halangan?

“Memang ketika membuat komik, pada awal proses pasti penuh dengan semangat! Tetapi dengan pekerjaan yang membutuhkan aku untuk duduk di depan komputer berjam-jam telah benar-benar menurunkan bukan semangat tetapi kesehatan aku sendiri. Tangan aku sempat kambuh dari cedera yang aku alami karena banyak menggambar, aku juga jadi menjadi lebih mudah mengantuk dan kelelahan. Semua ini sekarang aku tanggulangi dengan olahraga sesering mungkin.

Awalnya aku ingin nge-gym tapi karena COVID-19 harus tetap di rumah. Kesehatan mental juga penting untuk dijaga karena bisa terganggu apabila aku hanya terus mengerjakan komik aku. Jadi, aku selalu mengambil isitrahat beberapa kali dengan memasak, main game, bermain dengan kucing aku, atau bermacam-macam aktivitas lainnya.

Hal yang juga bisa mematahkan semangatku dalam pembuatan komik termasuk respon-respon negatif para pembaca. Komikus seperti aku harus memiliki mental yang kuat untuk menghadapi setiap bentuk tanggapan dari audiens komikku. Pengaturan waktu adalah hal yang vital dalam pekerjaan aku terutama ketika aku harus mengerjakan komisi atau projek-projek desain sampingan lainnya. Pengaturan jadwal aku ketika membuat komik juga tidak selalu tentang menyeimbangkan kehidupan kerja aku tetapi juga kehidupan pribadiku dengan teman-teman dan keluargaku.”

Apakah cerita di balik passion Anda untuk menjadi seorang komikus? Apakah cita-cita ini terinspirasi oleh seorang figur yang Anda idolakan?

“Aku memang sejak dulu aku sangat suka membaca komik. Jadi, awalnya aku penasaran, bagaimana sih orang-orang bisa membuat komik? Rasa ingin tahu ini muncul karena pada saat itu kebetulan aku banyak membeli buku-buku komik yang diproduksi oleh author-author Jepang.

Maka dari itu, dahulu kala aku berpikir bahwa semua buku komik yang dijual di toko-toko buku hanya dapat dibuat oleh orang-orang Jepang. Tetapi pemikiran itu berubah karena untuk pertama kalinya menemukan buku komik yang diciptakan oleh komikus Indonesia! Komik yang pada saat itu aku temukan adalah buatan teh Archie The Red Cat, pencipta komik Eggnoid di Webtoon. Dari situ aku mulai menemukan passion aku untuk menjadi seorang komikus sama seperti Archie!”

Selama ini dari manakah Anda menemukan inspirasi dalam menciptakan cerita untuk komik-komik Anda?

“Kalau berbicara mengenai inspirasi, terutama untuk komik “Matahari ½ Lingkar”, aku mendasarkannya dari pengalamanku sendiri. Tetapi, bila boleh jujur plot-plot cerita yang aku rangkai bukan sebuah hasil yang terinspirasi oleh satu dua hal. Karena aku banyak membaca komik dan menonton berbagai drama, aku jadi mendapat gambaran alur cerita untuk komik aku. Terlebih lagi karena banyak yang menyepelekan alur cerita genre romance yang itu-itu saja, aku selalu memiliki misi melalui cerita-cerita aku untuk membuat cerita cinta yang berbeda. Genre romansa tidak semuanya berisi si a jatuh cinta si b. Maka dari itu, sejak SMA aku sudah mengutak-atik plot sendiri. Tidak bisa sekali jadi!”

Apakah harapan Anda untuk industri komik Indonesia di kemudian hari?

“Aku harap semua komikus lokal tetap sehat walafiat selama masa pandemi COVID-19 ini. Teruslah berkarya! Tetapi jangan lupa untuk menjaga kebahagiaan dan kesejahteraan diri Anda sendiri.”

Hypothetical fun question: Apabila Anda mendapatkan kesempatan untuk hidup di dalam dunia fantasi seperti yang ada pada komik-komik anda, genre cerita dan plot seperti apakah yang Anda inginkan ? Lalu karakter seperti apakah yang Anda inginkan dalam cerita tersebut?

“Wah! Aku jadi bingung sendiri hahaha. Mungkin yang ada petualangannya! Ya.. macam genre Isekai yang penuh dengan petualangan yang tidak disengaja. Kayaknya seru apabila setiap dari hariku penuh hal-hal yang tidak terduga.

Kalau karakter seperti apa, aku yang pasti tidak mau jadi karakter utama. Aku lebih memiliki untuk tokoh perempuan sampingan yang macho dan bisa bela diri. Karena aku suka sekali dengan Kendo dan dahulu pernah berlatih walau hanya sebentar saja. Jadi mungkin di kehidupan lain, di kehidupan ala-ala komik bisa memenuhi mimpiku itu! :D”

TUPAIKIDAL atau yang kerap dipanggil Juki, adalah komikus yang mengepalai studio produksi komik Cergaroma alias Cergam Romansa Remaja SMA. Walau Tupaikidal masih tergolong baru di industri komik bergambar, tetapi Cergaroma sudah menerima begitu banyak penggemar atas kreasi-kreasi mereka – komik digital Webtoon “LARA(S) HATI” dan yang sedang on going “Zona Maya”. Cergaroma tidak hanya memproduksi komik-komik di digital platform seperti Webtoon tetapi di berbagai platform media lainnya sebagai bentuk advertasi atau marketing perusahaan-perusahaan yang bekerja sama dengan mereka.

Dengan pekerjaan yang berbeda dengan pekerjaan kantoran lainnya, bagaimana jadwal kerja Anda dalam membuat komik? Bagaimanakah proses pembuatan komik-komik Anda pada umumnya?

“Sebenarnya sama saja menurutku dengan pekerjaan kantoran, karena bagaimana pun memproduksi sebuah komik juga membutuhkan pola kerja yang teratur. Walaupun memang terkadang menggambar itu tergantung dengan mood aku saat itu. Namun, demi menyeimbangkan pekerjaanku dengan bagian-bagian lain dari hidupku aku perlu membagi waktuku dengan baik.

Biasanya, aku mulai menggambar dari jam 10 pagi hingga jam lima sore atau hingga setidaknya tugas yang harus dicicil mencapai target yang ditentukan. Jika belum, pasti akan lebih larut dari itu karena kerap beberapa gambar memerlukan detail-detail yang memakan waktu jauh lebih banyak dari biasanya.

Proses pembuatan komik-komik kami pada umumnya berawal dengan pembuatan naskah logline keseluruhan cerita yang terdiri dari premis, intro cerita, konflik, hingga tamatnya cerita. Lalu naskah itu akan di-review oleh para editor yang nantinya akan memerlukan beberapa revisi atau langsung disetujui oleh para editor.

Setelah itu naskah logline akan dipecah-pecah lagi menjadi beberpa episode individual secara detail dengan dialog dan adegan pada setiap halaman. Jadi deh sebuah script! Setelah script sudah terbentuk, baru setelah itu kita bentuk storyboard setiap episode yang nantinya akan diproduksi lebih lanjut hingga waktu penerbitan!”

Dalam proses pembuatan komik, apakah tantangan-tantangan yang mecegah Anda menyelesaikan komik? Apakah keberadaan COVID-19 yang baru-baru ini muncul memberikan Anda lebih banyak beban atau halangan?

“Tantangan yang paling sering aku temui ketika membuat sebuah komik adalah deadline penerbitan dan kualitas produksi setiap episode. Hal ini diterutamakan karena pengerjaan setiap episode dijadwalkan untuk terbit setelah seminggu. Terlebih karena tentunya kami bukanlah mesin yang dibentuk untuk hanya membuat komik saja. Karena itu, ada naik dan turunnya produksi yang harus benar-benar dijaga. Ditambah karena aku termasuk orang yang perfeksionis jadi aku mengharapkan setiap aspek dalam episode minggu itu harus sempurna sebelum diterbitkan haha..

Kalau sepengamatanku, konten digital kami belum merasa ada hambatan setelah adanya COVID-19. Aku menggunakan kata ‘belum’ karena aku sendiri tidak bisa menjamin tidak ada permasalahan apa pun di kemudian hari. Karena menurut aku tipe konten yang kami produksi biasanya bisa dinikmati di rumah bahkan dibaca sebelum tidur. Secara produksi pun hanya dilakukan di atas meja dengan laptop dan alat gambar sendiri. Jadi, tidak perlu bertemu dengan banyak orang dan bepergian kemana-mana setiap harinya – berbeda dengan konten hiburan seperti film, serial tv, sinetron, bahkan iklan-ilan yang membutuhkan syuting lapangan.”

Apakah cerita di balik passion Anda untuk menjadi seorang komikus? Apakah cita-cita ini terinspirasi oleh seorang figur yang Anda idolakan?

“Sebenarnya, motivasi aku untuk bekerja di dunia komik karena hanya ingin bercerita dan kebetulan bisa menggambar. Bukan karena dari awal memilih industri komik sebagai karir hidup aku.

Karena aku ‘tuh orangnya suka bengong tetapi otakku terus berputar menciptakan berbagai macam skenario. Lalu aku berpikir kalau ide-ide ini tidak hanya menetap di dalam kepala aku saja tetapi diwujudkan ke dalam bentuk cerita bergambar bagaimana ya? Aku menjadi penasaran melihat reaksi orang-orang yang membaca cerita aku. Jujur, aku berharap sampai ada perdebatan mengenai cerita aku karena bagi aku sebuah cerita lahir untuk mengajak para pembaca kembali berpikir.

Idola aku di dunia komik banyak karena seiring bertambahnya usia aku, bertambahnya juga figur-figur yang aku kagumi. Ketika aku masih remaja, aku mengidolakan para komikus pembuat mangaka Jepang bergenre shoujo, sedangkan sekarang aku lebih mengarah pada mangaka Jepang bergenre Seinen oleh Usamaru Furuya, Oshimi Shuuzou, juga Asano Inio. Mengidolakan orang-orang ini tidak membuat aku berniat untuk mengikuti jejak karir mereka, tetapi aku lebih tertarik dengan ‘isi kepala’ dan pola pikir mereka ketika bercerita.

Awalnya cergaroma hanya sekedar coret-coretan iseng aku waktu masih kuliah. Dimulai dari strip-strip komik yang mengisahkan empat siswa-siswi sekolah yang berasal dari berbagai latar belakang dan sifat, lalu kemudian dijadikan webtoon.

Seiring berjalannya waktu, setelah penerbitan komik digital ini, keempat karakter ini beserta hubungan diantara mereka berkembang yang membuat para pembaca ikut merasa berkembang dengan mereka hingga season yang pada saat ini sedang dikerjakan. Perkembangan ini memang sudah aku rencanakan karena aku berharap untuk keempat karakter ini untuk tumbuh besar setiap kembali dalam bentuk serial.”

Selama ini dari manakah Anda menemukan inspirasi dalam menciptakan cerita untuk komik-komik Anda?

“Inspirasi ya? Kalau aku sebagai author memang mempunyai kecenderungan tertentu ketika merangkai cerita-cerita yang kami terbitkan. Aku memiliki gambaran untuk cerita-cerita kami merupakan potret dari realitas apa adanya. Apa yang ada di dalam cerita yang aku bangun tidak jauh dari lingkungan sekitarku juga orang-orang yang pernah terlibat denganku dari masa ke masa.

Aku tidak akan menggambarkan persona mereka secara keseluruhan tetapi hanya mengambil kesan dari kepribadian mereka. Selain itu aku juga suka mengangkat tema yang sebenarnya ada tetapi jarang diangkat oleh orang pada umumnya.”

Apakah harapan Anda untuk industri komik Indonesia di kemudian hari?

“Harapan aku pada saat ini stay healthy dahulu saja yang paling penting. Komikus adalah pekerjaan yang jujur bisa membuat umur orang lebih pendek lebih cepat. Hal ini dikarenakan pola tidur yang pasti akan berantakan karena lebih aktif menggambar di malam hari hingga subuh. Terlebih lagi harus tegang-tegangan dengan deadline. Jadi, stay healthy dulu saja. Urusan industri komik mau gimana bisa menyusul setelah masa pandemi selesai.”

Hypothetical fun question: Apabila Anda mendapatkan kesempatan untuk hidup di dalam dunia fantasi seperti yang ada pada komik-komik anda, genre cerita dan plot seperti apakah yang Anda inginkan ? Lalu karakter seperti apakah yang Anda inginkan dalam cerita tersebut?

“Waduh.. nggak mau berpikir seperti itu ah. Aku tidak mau merasakan seperti apa rasanya hidupku diacak-acak oleh author! :p”

ERIQ ADINUGRAHA alias M.E.A.W. adalah seorang desainer grafis yang di samping pekerjaannya suka membuat komik-komik digital. Eriq adalah salah satu komikus lokal terkenal di dunia webtoon atas komik-komik digital-nya yang berjudul “Teman Rasa Pacar” dan “KICK-OFF”. Kedua komiknya diwarnai oleh guyon dan lelucon dari interaksi karakter-karakter di dalamnya. Terutama untuk komik “Teman Rasa Pacar” yang telah memenangi hati sekitar 477 ribu pembaca memiliki style gambar doodle yang menunjukkan karakteristik homemade yang khas.

Dengan pekerjaan yang berbeda dengan pekerjaan kantoran lainnya, bagaimana jadwal kerja Anda dalam membuat komik? Bagaimanakah proses pembuatan komik-komik Anda pada umumnya?

“Kalau untuk aku, aku selalu mengatur jadwal kerjaku dengan memasang alarm. Jadi, aku memasang alaramku untuk berbunyi setiap 30 menit dan selama 30 menit itu aku akan melakukan pekerjaanku – antara pekerjaan desain grafis atau komik aku. Ketika alarm berbunyi, pekerjaan apa pun yang aku lakukan pada saat itu berarti selesai dan aku fokus pada pekerjaanku yang lain. Secara simpel, jadwal kerjaku 30 menit mengerjakan pekerjaan kantor, 30 menit komik lalu kembali lagi pekerjaan kantor selama 30 menit dan siklus ini berlanjut setiap hari. Kalau ditanya capek atau tidak, sebenarnya lebih capek dan stress mengerjakan pekerjaan kantorku. Jadi bagiku menggambar komik adalah sebuah bentuk istirahatku dari pekerjaan desain yang kian membuatku stres.”

Dalam proses pembuatan komik, apakah tantangan-tantangan yang mecegah Anda menyelesaikan komik Anda? Apakah keberadaan COVID-19 yang baru-baru ini muncul memberikan Anda lebih banyak beban atau halangan?

“Karena okupasiku sebagai seorang komikus bukan sebagai sumber pendapatan pokok kehidupanku, selama ini halangan-halangan yang mencegah pembuatan komikku adalah menyeimbangkan pekerjaan kantorku dengan pekerjaan komikku. Terutama karena masa COVID-19 kami menetap di rumah, jumlah pekerjaan yang diberikan semakin banyak.

Terlebih lagi, pasti semua seniman pasti juga memiliki permasalahan yang dikenal dengan sebutan art block. Kondisi dimana kita yang bekerja untuk menciptakan sebuah karya merasa stuck dan tidak tahu harus memulai darimana walau ada deadline yang menunggu di depan mata. Jadi untuk keluar dari situasi-situasi ini, aku biasanya menghibur diri dengan aktivitas-aktivitas lain seperti Netflix hingga mood-ku kembali lagi. Masalah kecil yang aku juga kerap temui sebagai arti digital mungkin masalah-masalah teknis dengan device gambarku atau hal-hal digital lain seperti mati lampu.”

Apakah cerita di balik passion Anda untuk menjadi seorang komikus? Apakah cita-cita ini terinspirasi oleh seorang figur yang Anda idolakan?

“Menjadi seorang komikus adalah cita-citaku sejak orok! Sejak kecil memang fans berat komik-komik Jepang yang dimulai dengan “Ultra Man Cosmos”. Keren nih! Cinta ini terus berkembang dan aku mulai mengikuti lebih banyak komik dan kartun seperti “Spider Man” dan melihat begitu banyak figur yang bekerja di industri ini – Sweta Kartika, Kim Jung Gi, Yusuke Murata, dan lain-lain. Lalu, lambat laun aku mulai berpikir, ‘wah kayaknya bisa nih mengejar karir di industri komik!’.

Setelah itu aku bekerja keras untuk mewujudkan mimpiku hingga sekarang telah terkabul hingga saat ini aku bisa berinteraksi dengan sebagian besar idola-idolaku – ketika SMA diajak untuk menjadi asisten Faza Meong pembuat komik “Si Juki”. Selain itu sejak dahulu aku punya karakteristik seorang entertainer yang selalu ingin menghibur banyak orang. ”

Selama ini dari manakah Anda menemukan inspirasi dalam menciptakan cerita untuk komik-komik Anda?

“Aku harap tidak hanya aku tetapi karya-karya dari berbagai genre tidak hanya romance dinikmati oleh lebih banyak orang. Jadi, aku bisa memasukkan lebih banyak idealism-idealismeku dan karakteristik edgy-ku di komik-komik yang aku ciptakan. Kedepannya, aku berharap industri komik bisa berkembang semaju di Amerika dan di Jepang dimana komik-komik diadaptasi menjadi live action atau bahkan serial animasi seperti anime.

Memang industri komik Indonesia sudah mulai berkembang contohnya dengan “Terlalu Tampan” dan “Eggnoid” yang sudah diadaptasi sebagai film di layar besar. Tetapi aku harap perkembangan ini tidak berhenti sampai situ saja. Karena aku percaya bahwa orang-orang Indonesia sangat kreatif tetapi terhalang untuk maju hingga membuat karya yang go international! Jadi, janganlah takut untuk mengambil setiap oportunitas yang kalian dapati di kehidupan kalian!”

Hypothetical fun question: Apabila Anda mendapatkan kesempatan untuk hidup di dalam dunia fantasi seperti yang ada pada komik-komik anda, genre cerita dan plot seperti apakah yang Anda inginkan ? Lalu karakter seperti apakah yang Anda inginkan dalam cerita tersebut?

“Aku akui bahwa aku orang yang edgy, jadi aku melihat dystopian future itu keren banget. Jadi kehidupan fiktif yang aku idamkan adalah kehidupan seperti yang ada di dalam film The Matrix sebagai seorang bounty hunter. Jadi aku ingin menjadi karakter Lucifer dari tv serial di Netflix di lingkungan dystopian future.”