(dari kiri) Ursula Tumiwa, Dian Purwanti dan Marsya Gusman

Always look beyond what you can see, seperti halnya sampah bisa menghasilkan nilai ekonomi. Kira-kira itulah salah satu pesan Ursula Tumiwa pendiri Indonesia Loh, salah satu pembicara yang dihadirkan di acara utama Khatulistiwa 2017 yang diadakan 9 September lalu di Fitzroy Townhall. Pada sesi bincang-bincang ini, Ursula tak hanya memamerkan berbagai karyanya bersama sesama rekan bisnisnya, Millaty Ismail, tapi juga membagi visi misi Indonesia Loh. Tak hanya menciptakan produk yang sangat bernuansa nusantara dengan membubuhkan jargon-jargon khas Indonesia, tapi juga khususnya menggunakan material daur ulang. Benda yang tak lagi terpakai dan dianggap sampah, belum tentu tidak bisa dimanfaatkan. Kegemarannya memanfaatkan benda-benda tak terpakai ia balut dengan kreativitas hingga meningkatkan nilai jual, diapresiasi publik dan akhirnya menuai untung serta melahirkan nilai tambah.

Konjen Dewi Savitri Wahab memberi kata sambutan

Selain Indonesia Loh, hadir pula seorang enviromentalist sekaligus pengajar dari Green School Bali, Dian Purwanti. Ia mengisahkan pengalamannya mengajar di sekolah yang menghargai keterhubungan dengan alam dan masyarakat lokal. Sekolah yang didirikan oleh John Hardy ini bahkan telah mendapat penghargaan sebagai sekolah terhijau di dunia. Tak hanya dikenal sebagai sekolah alam yang begitu sadar terhadap kelestarian alam, rupanya Green School Bali (GSB) juga mengajarkan entrepreneurship sejak dini kepada para muridnya. Dian mengungkapkan bahwa GSB telah mengubah dirinya menjadi lebih bertanggungjawab pada lingkungan hidup. Ia kini lebih sadar terhadap apa yang ia pakai atau yang ia makan. Sehari-hari Dian menempuh perjalanan ke sekolah dengan bersepeda.

Sesi talkshow selama dua jam yang dipandu oleh Marsya Gusman sebagai Miss Earth 2016 sekaligus alumni Deakin University ini terkesan lebih hidup ketika Ursula Tumiwa dan Dian Purwanti dipertemukan dalam satu panggung setelah sebelumnya membagikan kisah-kisah mereka masing-masing dalam bahasa Inggris. Pada sesi tersebut kedua narasumber tampak lebih rileks karena menggunakan bahasa Indonesia. Dalam acara ini hadir pula Dewi Savitri Wahab, Konsul Jendral RI di Melbourne; Mr. Chin Tan, perwakilan dari Swinburne University; dan Mr. David Hundt, perwakilan dari Deakin University.

Pembagian doorprize

Membangun kesadaran para wirausahawan muda terhadap lingkungan hidup memang menjadi tema utama Khatulistiwa yang digagas oleh PPIA Deakin dan PPIA Swinburne tahun ini. Menurut Dila F. Hasan, selaku Project Manager dari Swinburne University, menginjak tahun kedua bazaar tetap diadakan sebagai rangkaian pembuka sebelum memasuki acara utama. Acara bazaar diadakan di KJRI  seminggu sebelumnya, tepatnya tanggal 2 September 2017. Ada delapan booth yang turut ambil bagian dan dimeriahkan pula dengan pertunjukan dari sanggar tari Bhinneka, Mahindra Bali, Jimmy Valentino, Jason Justin, dan Klaudspirits.

Mr. Chin Tan dalam kata pembukanya menyatakan bahwa acara Khatulistiwa ini bisa menjadi bekal yang baik bagi anak-anak muda yang masih bersekolah sebelum terjun langsung di dunia bisnis. Khususnya, menjadi wirausahawan yang memiliki kepedulian tinggi terhadap lingkungan hidup.

 

 

Apa Kata Mereka

Anjani Elsa

Saya sebenarnya ke sini untuk support teman, tapi rupanya bisa dapat ilmu baru. Secara keseluruhan acaranya oke, hanya saja sebaiknya dipastikan saja target market atau sasaran yang datang dan sebaiknya ada sesi diskusi sehingga lebih interaktif.

 

Alvin Iswanto

Secara flow, acara ini bagus banget untuk menyemangati anak muda untuk berwirausha. Tapi acara ini terasa lebih hidup ketika para pembicara memakai bahasa Indonesia. Dan ke depannya semoga promosinya lebih baik lagi, sehingga bisa lebih booming lagi.

 

Pamela Karmelita

Acaranya sangat membangun semangat anak muda, karena tak hanya memberi inspirasi untuk menjadi entrepreneur tapi juga bagaimana bertanggungjawab pada lingkungan. Ke depannya saya harap promosinya lebih gencar dan jangan hanya di PPIA Swinburne dan PPIA Deakin, tapi promosi ke komunitas lainnya.

 

 

 

Deste