Siapa yang tidak kenal batik? Kesenian kain asal Indonesia itu sudah dikenal diseluruh dunia, termasuk Australia. Memakai baju batik pun bukan lagi hal yang langka di luar negeri. Namun, mencoba membatik? Ini bukanlah hal yang lumrah dilakukan, bahkan oleh orang Indonesia sendiri. Dalam upaya memperkenalkan kesenian batik dan budaya Indonesia kepada pemuda pemudi Australia, Australia-Indonesia Youth Association dan Sanggar Lestari menggelar workshop batik baru-baru ini.

Workshop yang diadakan di Katherine Symes Library itu merupakan hasil gagasan dari Jade Lee, presiden AIYA Victoria chapter.
“We have had dance workshop with Sanggar Lestari before, but this year I wanted to do something different. So I went to their website and see there is more than just dance, there is batik and I think oh my god we have to do that,” jelas Jade.
Workshop dibuka dengan lecture singkat seputar batik dari pemilik Sanggar Lestari, Ningsih Millane, atau yang akrab disapa sebagai Mama Ning.
“Kata batik datang dari ‘banyak titik’, kalau hanya satu titik bukan batik namanya,” ujar Mama Ning ketika memperkenalkan apa seni batik itu kepada para peserta workshop. Dirinya juga menjelaskan berbagai macam motif batik dan sejarah mereka. Contohnya motif Garuda yang dulu hanya dapat dikenakan oleh para bangsawan Keraton. Cara pembuatan batik pun dapat dibagi menjadi dua, batik tulis yang lebih tradisional dan 100% buatan tangan (handmade) dan batik cap yang menggunakan alat semacam stempel.

Kali ini, cara pembuatan yang diajarkan adalah cara tradisional, yakni batik tulis dimana para peserta memulai dengan menggambar pola batik yang mereka inginkan diatas kertas. Setelah itu, pola dipindah ke atas kain untuk kemudian diisi dengan malam menggunakan canting. Proses ini lah yang paling umum diketahui sebagai proses membatik. Seusai membatik, kain pun siap diwarnai dengan cat warna dan digantung hingga kering. Untuk tahap terakhir, Mama Ning menganjurkan para peserta untuk mensetrika kain batik karya mereka agar pola dan warna melekat di kain.


Tak hanya kegiatan membuat batik, Sanggar Lestari juga mengadakan kegiatan mini fashion show dimana para peserta dibagi menjadi beberapa kelompok. Salah satu anggota kelompok kemudian ditunjuk untuk menjadi model yang memeragakan busana tradisional Jawa seperti sarung, belangkon, dan kebaya.

Apa Kata Mereka
Muhammad Iftikhar Djojosugito – mahasiswa

I think this is a very interesting event that taught me about my culture and heritage in ways that I never imagined. I wish that there are more events like this in the future.
Litani Rosa – Peserta Workshop
Sangat senang, I met new friends as well and it’s very fun. Mama Ning, the instructor is very good at explaining things and she made it very fun. It’s very interactive.
Justin Pecth – Peserta Workshop

I think that’s really fun, craft things are something that I really enjoy. And just learning about different culture, so I came down here with Litani to get to know about her culture and stuff, and since I work with children this is something that I want to share with them in some way, shape or form.