Sebagai negara tetangga, Australia dan Indonesia dipisahkan hanya oleh laut. Hal ini lah yang menjadi inspirasi ReelOzInd untuk kembali hadir menyuguhkan film pendek dengan tema air. Di kali keduanya ini, ReelOzInd memutar sebanyak 21 film pendek dari berbagai macam kategori seperti animasi, dokumenter dan fiksi. Dengan demikian ReelOzInd sendiri menjadi platform bagi generasi muda Australia dan Indonesia dalam mengembangkan keterampilan membagikan cerita kepada masyarakat luas melalui film. Tak hanya berupa festival film pendek yang hadir di kota-kota di kedua negara, ReelOzInd juga menayangkan film-film pendek tersebut secara online.

Menariknya, ReelOzInd telah bekerjasama dengan beberapa produser ternama, seperti Mira Lesmana, Riri Riza dan Andrew Mason, serta tiga juri muda usia 14 dan 15 tahun untuk memberikan opini mereka mengenai film pendek yang berhasil masuk seleksi.

Penayangan perdana ReelOzInd 2017 dimulai di ACMI Cinema, Federation Square dengan menghadirkan beberapa pembuat film, diantaranya Jenae Hall (Entangled), Mark Pearce (A Gentle Giant), Ben Mortley (Friends of the Sea Muhktar’s Story).

Pada kesempatan tersebut, Jenae mengaku dirinya kerap mengikuti kompetisi film pendek, namun terpilihnya film Entangled untuk diputar dalam skala seperti ini merupakan pengalaman perdana yang sangat berharga.

Lain ceritanya dengan Mark Pearce yang turut angkat bicara menjelaskan pengalamannya membuat film dokumenter mengenai lobster dan keinginannya untuk membudidayakan lobster yang sekarang mulai punah. Melalui hasil karyanya tersebut, Mark berharap dapat membangkitkan kesadaran masyarakat untuk menjaga keseimbangan alam, seperti melestarikan lobster.

Tak kalah menarik adalah hadirnya Ben Mortley yang terpilih menjadi kandidat pemegang hadiah dengan kategori kolaborasi terbaik antara pembuat film Indonesia dan Australia. Ben membagikan pengalamannya mewawancarai korban yang selamat dari bencana Tsunami di Aceh tahun 2004.

Setelah Melbourne, ReelOzInd 2017 juga singgah di Canberra, Darwin, Sydney, Brisbane, Denpasar, Jakarta, Yogyakarta, Malang, Ubud, Ciamis, dan Surabaya.

Gaung kesuksesan ReelOzInd tahun lalu rupanya telah menyebar, hingga menurut Jemma Purdey sebagai penyelenggara festival film pendek dari ReelOzInd, jumlah film yang masuk ke dalam kompetisi tahun ini meningkat sebanyak 50% dari ReelOzInd 2016. Baginya, ini merupakan kebanggaan dan pencapaian luar biasa dalam waktu yang cukup singkat. Jemma pun tak bosan menyampaikan pesan bagi seluruh generasi penerus Australia dan Indonesia agar terus berkreasi dan berkarya tidak hanya untuk kedua negara, namun ke seluruh dunia.

 

 

 

Apa Kata Mereka?


Ifti Rashid

This is my first time coming to Australian-Indonesian Film Festival. I think the best part is not only both generations from Australia and Indonesia film-makers but also production that affect policy in making collaboration film for both countries. Given Australia and Indonesia has close relationship, the collaboration within both countries will be highly appreciated. The other good thing is that ReelOzInd covers all types of audience not only animation but also life issues that may happen in daily basis.

 

Ais dan Aca
Ini pertama kali kita datang ke festival ini dan bagus banget. Kita tertarik untuk datang karena memang suka banget sama festival film pendek. Kebetulan kita panitia dari Indonesian Film Festival sih jadi memang kurang lebih karena interested sama bentuk acara yang seperti ini. Kita suka banget sama semua animation films yang ditayangin dan juga untuk dokumenternya kita tertarik sama yang korban selamat di Aceh.

 

 

Devina