
AIBF 2016 sukses menyelenggarakan dua rangkaian acara, Networking Dinner dan Panel Discussion yang mengangkat tiga tema berbeda, yakni “Economy and Political Trends”, “Social Entrepreneurship”, dan “Motivation”.
Sesi pertama disksusi panel dibawakan oleh dua narasumber inspiratif, Anton Gunawan yang membahas kondisi ekonomi Indonesia berdasarkan data dan ilmu beliau sebagai Chief Economist Bank Mandiri, didukung oleh jurnalis senior ABC News Helen Brown. Anton meyakini adanya peluang bagi para wirausahawan untuk membangun ekonomi Indonesia yang lebih stabil. Beliau menyebutkan hal yang perlu diperhatikan dalam perkembangan ekonomi Indonesia adalah pelemahan ekonomi yang disebabkan oleh penurunan produktifitas, stabilitas keuangan Indonesia, serta ketentuan-ketentuan yang seperti fiscal policy dan monetary policy.
Helen Brown lanjut menjelaskan tingkat PDB di Indonesia yang menurun 0.3% dari tahun sebelumnya dan meningkatnya jumlah penduduk Indonesia yang bekerja kurang dari 35 jam per minggu sebanyak 1 juta orang. Hal ini tentu penting mengingat peran generasi muda Indonesia dalam menerapkan perkembangan yang berkelanjutan.
Tirka Widanty sebagai Presiden Yayasan Kul-Kul, Green School Bali membuka topik Social Entrepreneurship dengan berbagi pengalaman dan tips tentang membangun bisnis yang ramah lingkungan. Green School Bali memberikan ide untuk menggunakan alat atau bahan-bahan alami. Melalui sekolah ini, anak-anak dididik untuk lebih memperhatikan lingkungan sejak dini, seperti menggunakan Bio-Buspara yang mengajarkan murid untuk mengubah minyak untuk masak menjadi Bio-Fuel untuk bahan bakar bus sekolah mereka.
Topik ini dilanjutkan International Advisor Yayasan Cinta Anak Bangsa (YCAB) Andre Louhanapessy yang berbagi pengalamannya mengurangi masalah sosial di Indonesia melalui YCAB. YCAB berawal dari sebuah organisasi non-profit dan telah berkiprah selama 15 tahun untuk menjadi social entreprise dan mengajak warga Indonesia agar lebih peduli dan ingin untuk membantu mengurangi masalah pendidikan di Indonesia.
Sesi ketiga, Motivation, dibawakan oleh tiga pembicara muda yang bertujuan menginspirasi pelajar Indonesia di Australia untuk menjadi pebisnis yang juga dapat menjadi seorang pemimpin, bukan hanya perduli dengan profit. Seperti yang disampaikan General Manager DDI Victoria Michael Rafferty dalam sambutannya, nilai kepemempinan ini mencakup cara berkomunikasi dan menyampaikan aspirasi dengan baik kepada orang lain.
Selanjutnya, Hadi Ismanto (direktur dan penerbit Manual Jakarta) membahas mengenai tren sosial dan bisnis yang sedang berkembang, khususnya di kalangan anak muda yang dapat dijadikan inspirasi dan dasar pengetahuan bagi para mahasiswa Indonesia untuk memulai bisnis kelak setelah mereka kembali ke Indonesia. Dalam pembahasannya, beliau menceritakan pengalamannya dalam membangun Manual Jakarta pada usia yang relatif muda dan rintangan yang beliau hadapi.
Pembahasan terakhir yang tidak kalah menarik dibawakan oleh Alanda Kariza, seorang penulis muda berbakat yang juga merupakan Direktur Sinergi Muda Indonesia, sebuah organisasi sosial yang bertujuan memberdayakan generasi muda Indonesia agar berani menghasilkan perubahan positif dan menyelesaikan isu-isu sosial di Indonesia. Dalam presentasinya, Alanda menekankan bahwa generasi muda Indonesia harus berani mengutarakan aspirasi mereka guna mendatangkan perubahan positif di Tanah Air.
Acara ditutup dengan networking dinner yang dihadiri oleh peserta dan para pembicara beserta Mr. Hong Lim MP, Parliament Secretary for Multicultural Affairs Asia Engagement. Dalam sesi ini, para peserta mendapat kesempatan untuk berbincang lebih dekat dengan narasumber sekaligus memperluas jaringan dengan para perserta lainnya.
PPIA Monash